tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas · pdf fileibu desy handayani, s.st ... penulis...
TRANSCRIPT
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENITAS
BOTOL BAYI DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN
SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
ARI HAPSARI
B09 007
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi di
Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini
disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat
kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti., M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Desy Handayani, S.ST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing dan selaku
Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk
dan bimbingan kepada penulis.
4. Ibu Hutari Puji Astuti, S.SiT., M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran agar KTI ini
menjadi lebih baik.
5. Kepala Desa Sambirejo bapak Warsana dan Kepala Desa Blimbing bapak
Sunarto yang telah memberi ijin pada penulis dalam hal pengambilan data.
v
6. Ibu Prapti, Amd.Keb dan ibu E. Yuliana Dewi Tamara, Amd.Keb, selaku
bidan desa Sambirejo yang telah membantu pada penulis dalam pengambilan
data.
7. Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
8. Seluruh responden yang telah bersedia dan telah membantu memberikan
informasi mengenai higienitas botol bayinya.
9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
vi
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012
Ari Hapsari
B09 007
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENITAS BOTOL BAYI
DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN
SRAGEN
xv+ 51 halaman+ 17 lampiran+ 7 tabel+ 3 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang: Masalah angka kejadian diare dan gangguan sistem pencernaan
pada bayi berkaitan dengan kurangnya pemahaman dan perilaku manusia terhadap
kebersihan, salah satunya tentang higienitas botol bayi belum baik. Agar ibu dapat
mengetahui dan melaksanakan pola higienitas botol bayi, serta dapat menurunkan
angka kejadian diare, maka diperlukan pengetahuan yang baik tentang higienitas
botol bayi.
Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi.
Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, lokasi penelitian
diambil di Desa Sambirejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen pada bulan
Desember 2011 sampai Juli 2012. Jumlah sampel sebanyak 30 orang , dengan
teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuisioner, sedangkan untuk mendapatkan kuisioner yang
berkualitas dilakukan uji validitas dan uji reabilitas dengan komputerisasi menggunakan program SPSS for Windows. Analisa data yang digunakan adalah
analisa univariat. Hasil Penelitian: Kriteria responden berdasarkan umur adalah 8 ibu (26,67%)
berusia <25 tahun, kemudian 21 ibu (70,00%) berusia 25-30 tahun, serta 1 ibu (3,33%) berusia >30 tahun, berdasarkan pendidikan responden adalah 7 ibu
(23,33%) tamat SMP, kemudian 21 ibu (70,00%) tamat SMA/SMK, serta 2 ibu
(6,67%) tamat PT, dan berdasarkan pekerjaan responden adalah 21 ibu (70,00%)
tidak bekerja (IRT), kemudian 8 ibu (26,67%) swasta, serta 1 ibu (3,33%) bekerja
sebagai buruh. Tingkat pengetahuan ibu dalam kategori baik yaitu sebanyak 3 ibu
(10%), kategori cukup sebanyak 12 ibu (40%), kategori kurang sebanyak 15 ibu
(50%).
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Desa
Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen berumur 25-30 tahun
sebanyak 21 ibu (70%), tamat SMA/SMK sebanyak 21 ibu (70%), tidak bekerja
(IRT) sebanyak 21 ibu (70%), dan yang mempunyai pengetahuan kurang
sebanyak 15 ibu (50%).
Kata Kunci : Pengetahuan, higienitas, botol bayi. Kepustakaan : 27 literatur (tahun 2001 s/d 2011)
vii
MOTTO
Nasib tidak akan dapat kita ubah tanpa manusia itu sendiri yang siap
mengubahnya karena sesungguhnya sukses adalah hak setiap orang (success
is my right). Sukses adalah milik siapa saja yang mau berjuang dengan
sungguh-sungguh (Andrie Wongso).
Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti. Tak ada yang fatal dengan cuma-
cuma, semua usaha dan juga kemenangan hari ini bukanlah kemenangan esok
hari, kegagalan hari ini bukanlah kegagalan esok hari (Kahlil Gibran).
Nasehat orangtua adalah sebuah bimbingan dan pengingat, bukan ancaman
yang membuat diri jadi takut dan nyali menciut. Gelap, tak akan menjadi
gelap bila kita memejamkan mata. Gelap, tak akan lagi menakutkan bila kita
percaya tak ada sesuatu yang menakutkan di sana (kapanlagi.com).
Kehidupan adalah hadiah pertama, cinta adalah hadiah kedua, dan pengertian
adalah hadiah ketiga (Marge Piercy).
Tiga kunci kehidupan adalah selalu bersyukur kepadaNya, tidak mengeluh
apa yang didapat hari ini, dan tidak boleh menyombongkan dari apa yang
telah didapat (Penulis).
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah Swt, karya kecil sederhana ini
penulis persembahkan kepada:
Bapak dan ibu sebagai wujud rasa hormat dan tanda bakti serta termakasih
atas doa yang terus mengalir, kasih sayang, pengorbanan, dan dorongan
semangat yang tak pernah berhenti.
Mbak Dewi, Mbak Nina, Mas Agus, Mas Dimas, dan si kecil Arden
terimakasih atas kasih sayang, dukungan, nasihat, dan segala doa yang
tiada henti-hentinya.
For my future imamku kelak semoga ridho Allah Swt menyertai dalam
meraih kemuliaan.
Sahabat-sahabatku “HAPPY FAMILY” (Fitri, Rosita, Nita, Wiad, Widy,
Ro’uf, Faridh, dan Bayu), Tika, Citra, Dewi, Ayu, Sri, Badriyah, Sisca,
Ifa, mbak Novi, Prima, Rischi, dan Titis yang selalu memberikan
dukungan dan semangat.
Teman-teman seperjuangan kebidanan angkatan 2009 terimakasih
kebersamaan selama ini.
Almamater tercinta STIKes Kusuma Husada Surakarta.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
ABSTRAK .................................................................................................. vi
MOTTO...................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ...................................................................................... viii
CURICULUM VITAE ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian. ................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian. ................................................................................ 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................................ 4
F. Sistematika Penelitian ........................................................................... 5
xi
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Teori dari Masalah yang Diteliti ............................................................. 7
1. Pengetahuan .................................................................................... 7
2. Higienitas Botol Bayi .................................................................... 17
B. Kerangka Teori .................................................................................... 29
C. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 30
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 30
D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 31
E. Teknik Pengambilan Data .................................................................... 35
F. Variabel Penelitian ............................................................................... 36
G. Definisi Operasional ............................................................................ 36
H. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ......................................... 37
I. Etika Penelitian .................................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A Gambaran Umum Tempat Penelitian .................................................... 42
B Hasil Penelitian .................................................................................... 43
C Pembahasan ......................................................................................... 45
D Keterbatasan ........................................................................................ 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 49
xii
B. Saran ................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Prosedur penyimpanan ASIP…………………………………………. 28
Tabel 3.1 Kisi-kisi kuisioner……………………………………………………. 35
Tabel 3.2 Definisi Operasional………………………………………………….. 37
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkanUmur………………….. 43
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan…………… 44
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan……………... 44
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Higienitas
Botol Bayi…………………………………………………………….. 45
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perbedaan Botol Susu……………………………………………..19
Gambar 2.2 Kerangka Teori…………………………………………………… 29
Gambar 2.3 Kerangka Konsep………………………………………………… 29
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadual Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2. Surat Permohonan Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 5. Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 6. Surat Permohonan Penggunaan Lahan
Lampiran 7. Surat Balasan Penelitian
Lampiran 8. Surat Permohonan Responden
Lampiran 9. Informed Consent
Lampiran 10. Kuisioner
Lampiran 11. Kunci Jawaban
Lampiran 12. Correlations Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 13. Tabulasi 1
Lampiran 14. Tabulasi 2
Lampiran 15. Tabulasi 3
Lampiran 16. Dokumentasi
Lampiran 17. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya IPTEK yang diikuti dengan banyaknya
penyakit berbasis lingkungan yang sedang terjadi di Indonesia yang disebabkan
karena kurangnya pemahaman dan perilaku manusia terhadap kebersihan
belum baik (Mulyadi, 2008).
Cemaran bakteri E. sakazakii dalam susu formula menyadarkan
masyarakat mengenai pentingnya pemberian air susu ibu (ASI). ASI akan steril
apabila diminum langsung dari sumbernya. Tetapi gaya hidup modern yang
menuntut kaum ibu untuk bekerja di luar rumah menyebabkan pemberian ASI
secara langsung dari sumbernya menjadi menyulitkan. Penyelesaiannya, air
susu terpaksa diperah dan disimpan supaya bisa dikonsumsi oleh bayi kapan
saja. Ketika ASI diperah, ASI bersentuhan dengan berbagai obyek, mulai dari
tangan manusia, alat pemerah, botol susu, yang semuanya tidak steril.
Walaupun ASI sendiri steril, bersentuhan dengan benda-benda asing itu
menyebabkan pencemaran bakteri. Pencegahan pencemaran E. sakazakii
merupakan hal penting yang diperlukan untuk menjaga kebersihan tangan dan
botol susu (Tejo, 2011).
Faktor higienis adalah aspek yang terpenting dalam pemberian susu
botol. Bayi dapat mengalami sakit perut, atau infeksi hebat yang berasal dari
botolnya jika tidak disterilkan secara memadai (Gore dkk, 2001).
2
Susu formula merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri,
sehingga kontaminasi mudah terjadi terutama jika persiapan dan pemberian
kurang memperhatikan segi antiseptik. Pemberian susu formula yang tidak baik
dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada bayi. Faktor penyebab diare
tidak berdiri sendiri akan tetapi saling terkait dan sangat kompleks. Susu
formula sebagai salah satu makanan pengganti ASI pada anak yang
penggunaannya semakin meningkat. Cara pemberian susu formula yang benar
merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan angka kejadian diare pada
bayi dan balita akibat minum susu formula (Amiruddin, 2007).
Penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia, penyakit diare menjadi
penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi dan nomor
lima pada semua umur. Angka kesakitan yang terkena diare pada bayi yang
diberi ASI hanya 6%, yang diberi ASI dan susu botol 14%, sedang bayi yang
hanya diberi susu botol saja meningkat hingga 18% (Adiningsih, 2011).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Desa Sambirejo
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen sebanyak 88 ibu yang mempunyai
bayi dimana 58 hanya memberikan ASI saja kepada bayinya dan 30 ibu
menggunakan botol bayi dalam memberikan susu kepada bayinya. Wawancara
dilakukan terhadap 10 ibu yang menggunakan botol bayi terdapat 7 ibu kurang
mengerti tentang higienitas botol bayi dan 3 ibu belum mengerti tentang
higienitas botol bayi. Selanjutnya dari 10 ibu tersebut terdapat 7 ibu
menyatakan bahwa bayinya pernah mengalami diare saat hanya diberikan susu
formula maupun ASI yang menggunakan botol.
3
Berdasarkan data di atas maka penulis dalam penelitian, ingin
mengetahui lebih lanjut mengenai pengetahuan ibu tentang higienitas botol
bayi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis ingin meneliti
“Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi di Desa
Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di
Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan karakteristik ibu yang menggunakan botol bayi
berdasarkan kriteria umur, pendidikan, dan pekerjaan di Desa
Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
b. Untuk mendeskripsikan ibu yang menggunakan botol bayi berdasarkan
kriteria tingkat pengetahuan baik, cukup, dan kurang.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu pengetahuan
Sebagai bahan referensi dan sumber pengetahuan tentang higienitas botol
bayi.
2. Bagi Peneliti
Mengerti dan menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman dalam
menerapkan ilmu kebidanan khususnya tentang higienitas botol bayi,
metodologi penelitian, dan biostatistik.
3. Bagi Institusi
a. Bagi Desa Sambirejo
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
yang lebih baik kepada warganya untuk memperhatikan higienitas
botol bayi sebelum diberikan kepada bayinya.
b. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut tentang higienitas botol bayi.
E. Keaslian Penelitian
Berikut ini penelitian-penelitian yang berhubungan dengan Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi yang pernah dilakukan
sebelumnya :
1. Cucu Suherna (2009) dengan judul ”Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Penggunaan Air untuk Mengencerkan Susu Formula pada Bayi”. Penelitian
ini menggunakan metode cross sectional dan teknik sampling dengan cara
5
cluster random sampling. Hasil penelitian menyatakan mayoritas sebanyak
58,6% responden lulusan SMA, pengetahuan ibu di wilayah kerja
Puskesmas Balai Agung Sekayu secara umum sebanyak 57,5% responden
berpengetahuan baik.
2. Fatmalina Febri (2009) dengan judul “ Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Cara Membersihkan Botol Bayi”. Penelitian ini menggunakan metode
cross sectional dan teknik sampling dengan cara cluster random sampling.
Hasil penelitian menyatakan mayoritas sebanyak 67,8% responden bekerja,
pengetahuan ibu di Desa Soak Baru Kecamatan Ilir Palembang secara
umum sebanyak 57,5% responden berpengetahuan kurang.
3. Rini Mutahar (2009) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Cara
Penyimpanan setelah Pengenceran Susu dalam Botol”. Penelitian ini
menggunakan metode cross sectional dan teknik sampling dengan cara
cluster random sampling. Hasil penelitian menyatakan mayoritas sebanyak
63,3% lulusan SMA, pengetahuan ibu di wilayah Puskesmas Sekardangan
kabupaten Sidoarjo secara umum sebanyak 46,7% responden
berpengetahuan kurang.
Penelitian yang berhubungan dengan Higienitas Botol Bayi telah banyak
dilakukan oleh penulis-penulis lain seperti pada hasil penelitian di atas,
dimana mempunyai perbedaan dengan penelitian ini. Perbedaannya terletak
pada judul, subyek, waktu, lokasi, metode penelitian dan hasil. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik sampling jenuh.
Hasil penelitian menyatakan mayoritas sebanyak 70% berumur 25-30 tahun,
70% lulusan SMA/SMK, 70% tidak bekerja dan 50% responden
berpengetahuan kurang.
6
F. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat peneletian, keaslian penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang akan
diteliti, kerangka teoritis, dan kerangka konsep.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini tentang jenis dan rancangan penelitian lokasi
penelitian, populasi dan sampel, alat penelitian, pengumpulan data,
jalannya penelitian, variable penelitian, definisi operasional, teknik
pengolahan data, analisa data, dan etika penelitian.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang hasil gambaran umum lokasi
penelitian, penelitian jalannya penelitian, karakteristik umur
responden, karakteristik pendidikan responden, karakteristik
pekerjaan responden, tingkat pengetahuan responden, pembahasan,
keterbatasan.
BAB V. PENUTUP
Dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori dari Masalah yang Diteliti
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap
suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa,
dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over
behavior) (Notoatmodjo, 2010).
b. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh
pengetahuan, yaitu:
1) Cara memperoleh Kebenaran Nonilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah
atau metode penemuan sistematik dan logis adalah dengan cara
nonilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan
pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:
8
a) Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan
yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka
dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila
kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat
dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba)
and errors (gagal atau salah) atau metode coba salah coba-
coba.
b) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
sengaja oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Di kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut
baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya
diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi
berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh
berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
9
ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain
menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau
membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris
ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan
karena orang yang menerima pendapat tersebut
menganggap bahwa yang dikemukannya ádalah benar.
d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi
pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa
pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
pengetahuan.
e) Cara Akal Sehat (Common Sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Pemberian hadiah dan
hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang
masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak
dalam konteks pendidikan.
f) Kebenaran Melalui Wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini
harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama
10
yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut
rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para
Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha
penalaran atau penyelidikan manusia.
g) Kebenaran secara Intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melaui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui
proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh
melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak
menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis.
Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan
intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
h) Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Manusia akan mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Sehingga, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya,
baik melalui induksi maupun deduksi.
i) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang
bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi
11
pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-
pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra.
Disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan
seseorang untuk memahami suatu gejala. Karena proses
berpikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra
atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa
induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal
yang abstrak.
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Proses berpikir deduksi
berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum
pada kelas tetentu, berlaku juga kebenarannya pada semua
peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam
kelas itu.
2) Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode
penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodelogi
penelitian (research methodology).
12
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1) Pengalaman
Menurut Notoatmodjo (2010), pengalaman merupakan suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman
diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara
pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka
orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan
mengulangi cara itu.
2) Pendidikan
Pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan mudah
menerima informasi sehingga semakin banyak pula menerima
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang kurang
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-
nilai baru yang diperkenalkan (Nursalam & Pariani, 2008).
3) Kepercayaan
Kepercayaan adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau
pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan.
Sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang
13
dalam masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang
sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali mendapatkan
informasi yang sama (Notoatmodjo, 2010).
4) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu keburukan atau tindakan yang harus
dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan diri sendiri dan
keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih
banyak cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan
banyak tantangan. Sedangkan bekerja merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempengaruhi terhadap
kehidupan keluarga (Nursalam & Pariani, 2008).
Ibu-ibu yang bekerja atau kesibukan sosial mempengaruhi
kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja.
Emansipasi dalam segala bidang kerja di kebutuhan masyarakat
menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya
menyusui. Persepsi masyarakat akan gaya hidup mewah membawa
dampak menurunnya kesediaan menyusui. Bahkan adanya
pandangan bagi kalangan tertentu bahwa susu botol sangat cocok
buat bayi dan terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang
selalu mau meniru orang lain, atau tanya untuk prestise. Merasa
ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. Budaya modern dan
perilaku masyarakat yang meniru negara barat mendesak para ibu
14
untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan
sebagai jalan keluarnya (Arifin, 2004).
Pekerjaan berkaitan dengan pemberian ASI, ibu yang bekerja
cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk menyusui bayinya
akibat kesibukan bekerja. Sedangkan ibu yang tidak bekerja (Ibu
Rumah Tangga) mempunyai waktu yang cukup untuk menyusui
bayinya (Amiruddin, 2006).
5) Dukungan keluarga
Dukungan atau support dari orang lain dan orang terdekat sangat
berperan dalam kesuksesan menyusu. Semakin besar dukungan
yang kita dapat untuk terus menyusui pada bayi semakin besar pula
kemampuan kita untuk dapat bertahan terus menyusui. Dukungan
suami maupun keluarga mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perilaku untuk menyusui. Ada beberapa ibu menyusui yang kurang
didukung dan ditakut-takuti atau dipengaruhi oleh suami, ibu,
mertua, serta keluarga sehingga akhirnya ibu beralih ke susu
formula (Nursalam & Pariani, 2008).
6) Umur
Menurut Nursalam & Pariani (2008), usia adalah umur individu
yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang
15
belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman
dan kematangan jiwa.
d. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2010), di dalam domain kognitif
berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir,
berintraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang
berjenjang sebagai berikut :
1) Tahu (Know)
Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya.
Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau
mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil di
himpun atau dikenali (recall of facts).
2) Memahami (Comprehension)
Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding)
tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal
yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi
meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini
misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan,
menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan.
3) Menerapkan (Aplication)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang
sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.
16
4) Analisa (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi
rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang
berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk
susunan berarti.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian-
bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang
mengandung arti tertentu.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal
yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya,
sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang
hal yang sedang dinilainya.
e. Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010), tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1) Pengetahuan baik
2) Pengetahuan cukup
3) Pengetahuan kurang
17
2. Higienitas Botol Bayi
a. Pengertian
Menurut UNICEF (2009), higienitas dapat didefinisikan dengan beberapa
pengertian, yaitu:
1) Bersih, perilaku baik, dan aman untuk kesehatan.
2) Kebersihan fisik dan mental yang dapat menciptakan lingkungan sehat
dan tubuh yang sehat.
3) Orang yang menjaga kebersihan dan lingkungannya serta makanan
yang dikonsumsi.
Menurut Safitri (2008), higienitas botol bayi merupakan tingkat kebersihan
pada peralatan bayi yang berupa botol, dot dan tutupnya.
b. Kriteria Higienitas Botol Bayi
Berikut beberapa kriteria tentang higienitas botol bayi
1) Persiapan memberikan susu dengan menggunakan botol
a) Menurut Farida (2008), ada banyak jenis botol dan dot yang
tersedia dengan berbagai gaya. Berikut ini beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika memilih botol susu :
(1) Ukuran Botol
Di pasaran terdapat berbagai ukuran botol yang biasanya
menyatu dengan dot. Ukuran kecil 30-50 ml, sedang 120 ml,
dan besar di atas 200 ml. Dianjurkan untuk menyesuaikan
ukuran botol dengan kebutuhan asupan susu bayi setiap kali
18
minum dan sangat tidak dianjurkan untuk menyisakan susu
dalam botol .
(2) Bahan Tahan Panas, Tidak Mudah Pecah, dan Tidak Beracun
Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan aman dan mudah.
Botol yang terbuat dari bahan gelas akan lebih awet, tahan
lama, dan proses sterilisasinya mudah. Tetapi, botol ini cukup
berat hingga kurang nyaman untuk digunakan dan mudah
pecah dan retak. Jika pecah akan sangat berbahaya bagi bayi.
Botol gelas juga mudah pecah atau retak ketika di sterilisasi,
dan bisa saja pecahan kaca masuk ke dalam makanan bayi.
Berbeda dengan botol plastik yang lebih tahan lama, tidak
mudah pecah, dan bayi aman memegang botol sendiri.
Menurut Budiman (2010), di dalam botol plastik terdapat
kandungan zat kimia berbahaya bernama Bisphenol-A (BPA)
berbahan polikarbonat yang banyak digunakan dalam kemasan
plastik, merupakan bahan yang dapat menimbulkan resiko
timbulnya gangguan kesehatan. Polypropylene adalah pilihan
terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang berhubungan
dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan
makanan, botol minum dan yang terpenting botol minum untuk
bayi. Karekteristiknya adalah botol transparan yang tidak
jernih atau berawan. Bahan ini lebih kuat dan ringan dengan
daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap
19
lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.
Sedangkan, Polycarbonate dapat mengeluarkan bahan
utamanya yaitu Bisphenol-A (BPA) ke dalam makanan dan
minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom
pada ovarium, penurunan produksi sperma dan mengubah
fungsi imunitas. Barang dengan bahan dasar ini tidak
dianjurkan digunakan untuk tempat makanan ataupun
minuman karena BPA dapat berpindah ke dalam minuman atau
makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan.
Bahayanya botol susu sangat mungkin mengalami proses
pemanasan.
Gambar 2.1 Perbedaan Botol Susu
Sumber: (Budiman, 2010)
20
(3) Tidak Banyak Gambar
Gambar yang terdapat di botol berisiko terkelupas saat
disterilisasi dalam air mendidih. Sedangkan botol dengan
aksesori, seperti kepala boneka atau mainan boleh dijadikan
pilihan, selama tidak menyulitkan proses sterilisasi atau
pemberian susu kepada bayi.
(4) Memiliki Ring Pengatur Deras
Ring pengatur deras dapat diputar ke arah tertentu, aliran susu
akan semakin deras atau sebaliknya. Ada tiga pengaturan yang
baku, yaitu lambat, sedang, dan cepat. Jadi, dapat diatur sesuai
kebutuhan. Bayi yang mengalami kelainan jantung sangat
dianjurkan mempunyai kelengkapan ini, karena bayi tidak
dianjurkan mengisap air susu terlalu deras. Jika tidak, napas
bayi dapat tersengal-sengal dan menimbulkan efek tersedak.
Ini juga dapat digunakan terutama untuk bayi 0-3 bulan.
Regulator akan membantu agar isi susu tidak keluar ketika
tidak diisap dan sangat membantu saat sedang menyusu
sehingga bayi tidur terlelap. Selain itu, sekat ini juga berguna
untuk menahan aliran susu jika botol miring atau terbalik.
Selain itu, saat bepergian dimana sering menyimpan botol
dalam tas dapat mengurangi kekhawatiran air susu yang
tumpah.
21
(5) Botol Susu dengan Pegangan
Bayi 6 bulan ke atas dapat diberikan kesempatan untuk
memegang botol sendiri dan dapat menikmati susu. Sehingga
kemampuan motorik akan terlatih.
b) Cara membuat susu
Teknik membuat susu yang pertama adalah mencuci tangan
kemudian membuat susu sesuai dengan anjuran atau perintah dalam
kemasan. Kedua, menuangkan air matang yang hangat dalam
jumlah yang benar ke dalam botol yang telah disterilisasi lebih
dahulu dan kemudian menambahkan bubuk susu dalam jumlah
yang benar. Memasukkan bubuk susu terlalu banyak akan membuat
bayi menjadi sakit. Ketiga, menyimpan sisa susu di dalam kulkas
merupakan tindakan yang salah sehingga harus dibuang, dan yang
keempat, harus menggunakan susu yang baru dibuat saat
pemberian berikutnya (Safitri, 2008).
c) Peralatan sterilisasi
Membersihkan botol susu (dot) bayi, merupakan suatu tugas yang
tampak ringan. Tapi tidak dianjurkan untuk dilupakan atau
disampingkan, karena kebersihan dan kesterilan botol susu bayi
sangat penting bagi kesehatan bayi (Farida, 2008).
Menurut Safitri (2008), sebelum menggunakan botol atau dot baru,
pada saat akan menggunakan sebaiknya dicuci dan disterilkan
terlebih dahulu. Botol atau dot baru tersebut dicuci dalam air
22
hangat dengan sikat botol yang telah diberi sabun, kemudian dibilas
sampai bersih di air mengalir.
Berbagai metode sterilisasi mencakup:
(1) Sterilisasi dengan uap listrik, yang memerlukan waktu sekitar
10 menit, ditambah waktu untuk mendinginkan peralatan.
Kelebihannya tidak memerlukan pembilasan lagi setelahnya
dan memiliki kapasitas besar. Kekurangannya alat ini tidak
bisa dibawa-bawa karena memerlukan listrik, harus sering
dibersihkan dan memiliki harga yang cukup mahal.
(2) Steamer microwave, yang membutuhkan waktu sekitar 5
menit, peralatan tetap steril sampai dengan 3 jam jika penutup
dibiarkan pada tempatnya. Alat ini juga menggunakan uap
untuk menghilangkakn bakteri, tapi harganya lebih murah.
Kapasitas yang dimiliki tidak terlalu besar dan alat ini tidak
bisa mensterilkan alat makan seperti sendok atau mangkuk
logam.
(3) Peralatan disterilkan dengan merebus, yang membutuhkan
waktu sekitar 10 menit, panci tidak boleh digunakan untuk ke
perluan lain dan dot karena dapat rusak lebih cepat. Selain itu
segera angkat dan meniriskan botol kemudian menyimpan di
tempat yang yang bersih dan kering. Jika dibiarkan hingga air
menjadi dingin akan membuat mikroorganisme masuk dan
menempel di botol.
23
Menurut Farida (2008), berikut adalah langkah-langkah yang
mungkin perlu dilakukan saat melakukan sterilisasi botol
dengan cara merebus:
(a) Mengumpulkan semua botol yang akan disterilkan.
Melepaskan tutup, nipple, tutup anti sedak, dan botolnya.
(b) Mengisi panci dengan 1/2 atau 3/4 air, lalu memanaskan di
atas kompor.
(c) Mengambil sabun pencuci piring dan melarutkan dalam
air hangat, lalu memberikan semua sabun pada bagian
botol, dan menggosok sampai bersih dengan
menggunakan spons lembut.
(d) Menggunakan sikat botol untuk menjangkau bagian yang
sulit dijangkau dengan tangan atau jari, lalu membilas
sampai busa hilang.
(e) Setelah air mendidih, memasukkan satu-persatu bagian
botol (tutup, nipple, tutup anti sedak, dan botol) ke dalam
panci. Merebus kira-kira 5 menit.
(f) Mengangkat botol dan bagian-bagiannya. Lalu menjepit
dengan penjepit botol, kemudian mengeringkannya.
(4) Tabung penyeteril dengan air dingin dapat digunakan baik
dengan pensteril khusus atau dalam wadah bersih yang sesuai
dengan penutup. Alat ini menggunakan larutan sterilisasi atau
tablet untuk membunuh bakteri. Segi positifnya alat ini tidak
24
membutuhkan tenaga yang besar dan bisa praktis dibawa
ketika sedang bepergian. Ini membutuhkan waktu sekitar 30
menit dan peralatan dapat dibiarkan dalam larutan sampai
dengan 24 jam, tetapi larutan ini harus diganti setiap hari
untuk menghilangkan bahan kimia dari larutan sterilisasi.
Menurut Farida (2008), setelah memiliki botol bayi yang telah
steril dan siap digunakan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
(a) Setelah botol digunakan, membilas segera dengan air
dingin, atau merendam jika tidak langsung mencucinya.
(b) Memastikan semua bagian botol tersentuh saat dicuci dan
leher botol juga harus disikat. Karena sangat rentan
dengan bakteri yang berkembang biak.
(c) Botol dan dot mempunyai ketahanan bakteri 2-3 hari dari
waktu penyeterilan. Menyeterilkan botol dan dot dapat
dilakukan setiap 2-3 hari sekali, asalkan menyimpan botol
dan dot bayi tersebut di tempat yang bersih dan tidak
dianjurkan menyimpannya di dekat kompor atau oven.
(d) Selalu uji susu bayi pada pergelangan tangan untuk
memastikan tidak terlalu panas.
Apabila langsung membilas atau merendam botol setelah
digunakan dapat menyebabkan lapisan formula lengket dan
tetap berada di bawah yang sulit untuk dihapus dengan sikat
25
botol. Ada solusi yang sangat sederhana untuk ini.
Memasukkan sekitar dua sendok makan beras dalam botol.
Mengisi dengan air sabun sekitar 1/4 atau 1/2 bagian botol.
Mengocok dengan penuh semangat sampai noda hilang.
Memastikan untuk membilas botol dengan baik, dan botol
akan seperti baru lagi.
d) Tidak dianjurkan membuat susu dalam beberapa botol sekaligus
Paling ideal harus membuat satu botol susu setiap kali pemberian.
Risiko yang berhubungan dengan penggunaan susu formula bubuk
akan berkurang jika susu dibuat setiap kali pemberian, karena
semakin lama susu formula disimpan, semakin tinggi pula risiko
pertumbuhan bakteri dalam botol Tidak direkomendasikan untuk
membuat banyak susu formula dalam beberapa botol sekaligus dan
menyimpannya di dalam kulkas karena risiko pertumbuhan bakteri,
namun jika terpaksa melakukan ini harus menyimpan di bagian
belakang kulkas dan tidak di bagian pintu, untuk memastikan agar
botol-botol tersebut tetap berada dibawah 5 °C dan tidak pernah
menyimpan susu melebihi 24 jam (hal ini juga telalu lama untuk
bayi yang masih muda) (Safitri, 2008).
e) Tingkat keamanan susu botol
Membawa susu formula yang hangat dalam tas tertutup merupakan
hal yang tidak aman, karena susu hangat merupakan bahan yang
baik untuk pertumbuhan bakteri. Pilihan yang lebih aman adalah
26
membuat susu sesaat pemberian. Apabila keluar rumah, dapat
membawa air matang di dalam tempat minum tertutup yang siap
dicampur dengan bubuk susu formula ketika membutuhkannya.
Susu siap minum yang disimpan dalam kardus kecil merupakan
pilihan lain yang lebih mahal, namun lebih mudah dibawa dan
dapat dipindahkan dengan cepat ke dalam botol yang telah
disterilisasi. Jika bayi menolak susu yang memiliki suhu ruangan,
dapat menggunakan penghangat botol untuk perjalanan yang juga
dapat digunakan untuk menghangatkan botol dan tempat makanan
bayi (Safitri, 2008).
f) Kewaspadaan saat membuat susu botol dalam perjalanan
Ketika menggunakan air dalam botol untuk membuat susu, harus
memastikan tutupnya masih tersegel. Menggunakan air jernih dan
menghindari air dengan kandungan mineral yang tinggi seperti
natrium, nitrat, atau fluorida. Mendidihkan air di dalam ketel
seperti memasak peralatan seperti biasa. Botol besar berisi air
mineral harus di simpan dalam kulkas setelah dibuka. Untuk
kenyamanan, lebih baik menggunakan botol air mineral berukuran
kecil jika sedang dalam perjalanan. Selain itu dapat menggunakan
susu yang telah tersedia dalam kemasan dus sehingga tidak perlu
membawa sekaleng besar susu bubuk. Walaupun lebih mahal, ini
dapat mengurangi pekerjaan dan dapat memastikan higienitasnya
meskipun tanpa fasilitas yang memadai (Safitri, 2008).
27
g) Pentingnya kebersihan saat memberikan susu botol
Bayi yang mempunyai ukuran kecil lebih rentan terhadap infeksi
saluran cerna sehingga penting untuk memperhatikan kebersihan
saat memberikan susu botol. Salah satu aspek yang paling penting
saat memberikan susu botol adalah memastikan bahwa semua
peralatan yang digunakan dalam proses pemberian susu botol
cukup steril dan bersih tanpa ada sisa susu sebelumnya. Ini berarti
mensterilkan botol, dot, dan tutupnya. Jika bayi tidak
menghabiskan susunya, tidak dianjurkan memberikan sisanya di
waktu yang lain karena bakteri yang berada di dalam mulut bayi
bisa pindah ke botol dan kemudian bisa berkembang di dalam susu.
Ketika bepergian atau keluar rumah, perlu menjaga susu selama
perjalanan. Susu formula siap minum paling aman untuk diberikan
saat perjalanan, atau bisa menambahkan susu formula pada air
ketika membutuhkannya. Perubahan air yang berbeda
menyebabkan sakit perut pada bayi yang mendapatkan susu botol
yang diberi ASI (Safitri, 2008).
2) Penyimpanan Air Susu Ibu Perah (ASIP)
Mengenai penyimpanan Air Susu Ibu Perah (ASIP), dapat
menggunakan botol kaca (botol bekas minuman ukuran 140 ml) yang
tutupnya diganti dengan tutup karet atau plastik khusus untuk
menyimpan ASIP dan dapat juga menggunakan plastik kiloan.
Sebaiknya selalu memberikan tanggal serta volume dalam
28
plastik/botol yang akan digunakan untuk menyimpan ASIP sehingga
memudahkan proses pemberian ASIP pada bayi (Lita, 2011).
Mengenai prosedur penyimpanan ASIP dapat dilihat pada bagan di
bawah ini :
Tabel 2.1 Prosedur penyimpanan ASIP
ASI Suhu Ruangan Lemari es/kulkas Freezer
ASI yang baru saja
diperah (ASI segar)
Kolostrum : hari
ke-5 (12-24 jam
dalam suhu<25°C)
3-8 hari dengan
suhu 0-4°C
2 minggu
freezer yang
terdapat di
dalam lemari
es/ kulkas (1
pintu)
ASI matang : 24
jam dalam suhu 15°C 10 jam dalam
suhu 19-22°C 4-6 jam dalam suhu
25°C
Jangan simpan di
bagian pintu, tetapi simpan di bagian
paling belakang lemari es/kulkas-
paling dingin dan tidak terlalu
terpengaruh perubahan suhu
3-4 bulan
dalam freezer yang terpisah
dari lemari es/ kulkas (2
pintu). 6-12 bulan dalam
freezer khusus yang sangat
dingin(<18°C)
ASIP beku :
dicairkan dalam
lemari es/ kulkas
tapi belum
dihangatkan
Tidak lebih dari 4
jam ( yaitu jadwal
minum ASIP
berikutnya)
Simpan di dalam
lemari es/ kulkas
sampai dengan 24
jam
JANGAN
masukkan
kembali dalam
freezer
ASIP yang sudah
dicairkan dengan
air hangat
Untuk diminum
sekaligus
Dapat disimpan
selam 4 jam atau
sampai jadwal
minum ASIP
berikutnya
JANGAN
masukkan
kembali dalam
freezer
ASIP yang sudah
mulai diminum
oleh bayi dari botol
yang sama
Sisa yang tidak
dihabiskan harus
dibuang
Dibuang Dibuang
Sumber : (Lita, 2011)
29
B. Kerangka Teori
Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: (Notoatmojo, 2010)
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tingkat Pengetahuan
Ibu
Pengetahuan
1. Tahu
2. Memahami
3. Menerapkan
4. Analisa
5. Sintesis 6. Evaluasi
Tentang
Higienitas
Botol Bayi
Baik
Cukup
Kurang
Ekonomi
Sosial Budaya
Persiapan
Penggunaan
Penyeterilan
Penyimpanan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Ditinjau dari segi tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2010),
deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah lokasi dilakukannya penelitian
(Notoatmojo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sambirejo
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian (Notoatmojo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 2 Desember 2011 sampai 14 April 2012.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
31
ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya
(Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai bayi dimana menggunakan botol dalam memberikan susu di
Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen yang berjumlah
30 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2010).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yang digunakan
adalah Sampling Jenuh. Sampel pada penelitian ini yang diambil yaitu ibu
yang mempunyai bayi dimana menggunakan botol dalam memberikan
susu yang berjumlah 30 orang. Menurut Sugiyono (2007), Sampling Jenuh
adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain Sampling Jenuh adalah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
D. Instrumen Penelitian
Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
kuisioner. Menurut Notoadmojo (2010), kuisioner adalah daftar pertanyaan
yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana responden (dalam hal
32
angket) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda – tanda
tertentu.
Alat pengukuran data atau pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan skala Guttman. Menurut Hidayat (2008), skala Guttman adalah
skala pengukuran dengan jawaban ya atau tidak, setuju atau tidak, dan benar
atau salah.
Kuisioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan ibu adalah
kuisioner tertutup dengan pilihan jawaban benar dan salah. Jawaban benar
dengan pernyataan positif (favorable) dan jawaban salah jika pernyataan
negatif (unfavorable) mendapatkan nilai 1. Jawaban yang salah dengan
pernyataan positif (favorable) dan benar jika pernyataan negatif (unfavorable)
mendapatkan nilai 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi tanda
centang (√) pada jawaban yang dianggap benar.
Kuisioner penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Uji validitas dilakukan
pada ibu yang mempunyai bayi dimana menggunakan botol dalam
memberikan susu di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen
dengan jumlah responden 30 orang.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus
33
product moment dengan bantuan program komputer SPSS for Windows.
Menurut Riwidikdo (2009), instrumen dikatakan valid apabila memenuhi
taraf signifikasi 5%. Rumus product moment adalah:
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Sesuai rumus product moment di atas soal akan dikatakan valid
apabila rhitung>rtabel.
Hasil uji validitas pada penelitian ini yaitu dari 30 soal terdapat 2
soal yang tidak valid yaitu nomor 1 dan 4, dimana nilai kedua nomor
tersebut adalah 0, 275 dan 0, 213.
Selanjutnya dua soal tersebut tidak digunakan dalam penelitian ini.
Soal yang akan dinyatakan valid apabila memenuhi taraf signifikasi 5%.
Uji validitas ini mendapatkan 28 soal yang dinyatakan valid atau sahih.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2010), reliabilitas menunjukkan pada suatu
pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensis, mengarahkan responden
( ) ( ) }Y - Y {N }X X {
YX. - XY . N
222 2 ΣΣΣ−Σ
ΣΣΣ=
Nrxy
34
memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai
dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama
hasilnya.
Uji reliabilitas instrumen ini peneliti menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows dengan
nilai alpha minimal 0, 7. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
Σ−
−
=t
b
k
kri 2
2
11 σ
σ
Keterangan:
ri = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varian butir
σt2
= Varians total
Uji reliabilitas dari hasil penelitian didapatkan nilai alpha 0,767>0,7.
Hasil uji dengan bantuan program komputer SPSS for Windows
menunjukkan bahwa nilai alpha adalah 0,767 sedangkan menurut
Riwidikdo (2009), hal ini menunjukkan bahwa nilai alpha 0,7 sehingga
kuisioner dinyatakan reliabel dan dapat dipergunakan sebagai alat
pengumpulan data.
35
3. Kisi – kisi kuisioner.
Tabel 3.1 Kisi – kisi kuisioner
Variabel
penelitian
Indikator Nomor
pertanyaan
favorable
Nomor
pertanyaan
unfavorable
Jumlah
Tingkat
pengetahuan ibu
tentang
higienitas botol
bayi
Pengetahuan
tentang
persiapan
memberikan
susu dengan
menggunakan
botol
1, 3, 4, 5,
6, 8, dan
24
2, 7, 22, dan
23
11
Pengetahuan
tentang
penyeterilan
bol bayi dan
bagian-baginnya
11, 13, 15,
16, 17, 19,
dan 21
9, 10, 12,
14, 18, dan
20
13
Pengetahuan tentang
penyimpanan botol dan ASIP
27 25, 26, dan 28
4
Jumlah 28
E. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan memberikan lembar pertanyaan
persetujuan dan membagikan kuisioner atau angket ibu yang menggunakan
botol bayi untuk memberikan susu di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo
Kabupaten Sragen, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya.
Responden disuruh mengisi kuisioner sampai selesai dan kuisioner diambil
pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari:
36
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya dan diperoleh dari
jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui pengisian kuisioner oleh
responden tentang pengetahuan higienitas botol bayi.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan selain dari responden secara langsung yaitu dari
data kepustakaan misalnya buku, karya tulis ilmiah, jurnal, dan internet
tentang higienitas botol bayi. Data sekunder juga didapatkan dari bidan
desa tentang data ibu menggunakan botol bayi dan lokasi penelitian di
Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
F. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2007), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan tentang
higienitas botol bayi.
G. Definisi Operasional
Menurut Notoatmodjo (2010), definisi operasional merupakan definisi
yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti.
37
Tabel 3.2 Definisi Operasional
No Variabel
Definisi Operasional
Skala Kategori
1 Variabel tunggal:
tingkat
pengetahuan
ibu tentang
higienitas
botol bayi
Segala sesuatu yang diketahui:
Pengetahuan ibu
tentang higienitas
botol bayi
merupakan
kemampuan
responden untuk
menjawab
pengertian serta
berbagai
pengetahuan pada
ibu tentang tingkat
kebersihan pada
peralatan bayi yang berupa botol,
dot dan tutupnya.
Ordinal a. Pengetahuan baik: > 75%
b. Pengetahuan
cukup: 60% - 75%
c. Pengetahuan
kurang:
< 60%
(Arikunto, 2010)
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Arikunto (2010)
adalah:
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban
dari kuisioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian
dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing
dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak
sesuai dapat segera dilengkapi.
38
b. Coding
Kegiatan ini memberi kode angka pada kuisioner terhadap tahap-
tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data
selanjutnya.
c. Entry
Kegiatan ini memasukkan data dalam program computer untuk
dilakukan analisis lanjut.
d. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban
kuisioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke
dalam tabel.
2. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisa univariat. Menurut Notoatmodjo (2010), analisa
univariat adalah menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap
penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap
variabel. Analisa dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk mendapatkan
gambaran distribusi dan prosentase dari tiap variabel.
Menurut Arikunto (2010), selanjutnya hasil untuk mengetahui tingkat
pengetahuan ibu maka, ditunjukan dengan prosentase dengan keterangan
sebagai berikut :
a. Pengetahuan baik : > 75%
39
b. Pengetahuan cukup : 60% - 75%
c. Pengetahuan kurang : < 60%
Menurut Riwidikdo (2009), rumus untuk mengetahui skor prosentase
adalah sebagai berikut:
Skor yang diperoleh responden
Skor Prosentase= x100% Total skor maksimal yang seharusnya diperoleh
Rumus prosentase untuk jumlah ibu tentang higienitas botol bayi menurut
tingkat pengetahuan.
Jumlah ibu menurut tingkat pengetahuan
Skor Prosentase = x100%
Jumlah responden
I. Etika Penelitian
Peneliti membuat informed consent atau persetujuan kepada responden
terlebih dahulu dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan
penelitian, serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam
penelitian. Pelaksanaan penelitian ini peneliti mendapat ijin dari STIKes
Kusuma Husada Surakarta, kepala Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo
Kabupaten Sragen, dan dari responden sendiri melalui informed consent yang
terjamin kerahasiaannya.
Menurut Hidayat (2008), masalah etika penelitian keperawatan
merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat
penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi
etika penelitian harus diperhatikan.
40
Setiap penelitian yang menggunakan obyek manusia tidak boleh
bertentangan dengan etika agar hak responden dapat terlindungi, kemudian
kuisioner dikirim ke subyek yang diteliti dengan menekankan pada masalah
etika penelitian. Penelitian ini menekankan pada masalah etika yang
meliputi:
1. Informed Consent
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian.
Informed consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Pemberian informed consent ini bertujuan agar subyek
mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.
Jika subyek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati keputusan tersebut (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini
semua responden akan diberi lembar persetujuan.
2. Anonimity (Kerahasiaan nama/ identitas)
Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar
pengumpulan data (kuisioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data tersebut (Hidayat, 2008). Peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data dalam
penelitian ini.
3. Confidentiality (Kerahasiaan hasil)
Subbab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus
dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah
41
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian (Hidayat, 2008).
Penelitian ini kerahasiaan hasil/ informasi yang telah dikumpulkan
dari setiap subyek akan di jamin oleh peneliti.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
1. Keadaan Geografi
Desa Sambirejo merupakan salah satu dari 208 desa atau kelurahan
yang berada di wilayah Kabupaten Sragen dan termasuk satu dari sembilan
desa atau kelurahan di Kecamatan Sambirejo. Desa Sambirejo mempunyai
luas wilayah 165.5753 Ha/m² dengan penggunaan lahan persawahan atau
ladang yaitu 191.3550 Ha/m², perkebunan karet yaitu 33.000 Ha/m²,
kuburan yaitu 0.7000 Ha/m², pekarangan atau perumahan yaitu 152.7203
Ha/m², luas taman atau bengkok pamong desa yaitu 33.2529 Ha/m², dan
perkantoran yaitu 0.3050 Ha/m², sehingga Desa Sambirejo mempunyai
luas total wilayah yaitu 586.8785 Ha/m². Adapun batas wilayah
administrasi Desa Sambirejo adalah sebagai berikut:
a. sebelah utara : Desa Blimbing, Kecamatan Sambirejo
b. sebelah timur : Desa Sambi, Kecamatan Sambirejo
c. sebelah selatan : Desa Kadipiro, Kecamatan Sambirejo
d. sebelah barat : Desa Bendungan, Kecamatan Kedawung.
2. Keadaan Demografi
Sambirejo terdiri dari 1.387 KK dengan jumlah penduduk sebanyak
5.042 jiwa, dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.493
jiwa, dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.549 jiwa.
43
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi dimana
menggunakan botol dalam memberikan susu di Desa Sambirejo,
Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen dengan jumlah responden
sejumlah 30 responden.
Setelah berbagai tahap penelitian dilakukan dan data terkumpul,
selanjutnya penulis melakukan pengolahan data dengan berbagai cara
seperti editing, coding, entry dan tabulating. Hasil data yang telah diolah
kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi tingkat pengetahuan
ibu yang mempunyai bayi dimana menggunakan botol dalam memberikan
susu pada ibu di Desa Sambirejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten
Sragen tentang higienitas botol bayi.
a. Umur
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur
No Umur
Responden
Frekuensi Prosentase
1 <25 tahun 8 26,67%
2 25-30 tahun 21 70,00%
3 >30 tahun 1 3,33%
Total 30 100%
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat tingkat pengetahuan
responden berdasarkan umur adalah 8 ibu (26,67%) berusia <25
tahun, kemudian 21 ibu (70,00%) berusia 25-30 tahun, serta 1 ibu
(3,33%) berusia >30 tahun.
44
b. Pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Responden
Frekuensi Prosentase
1 SMP 7 23,33% 2 SMA/SMK 21 70,00%
3 PT 2 6,67% Total 30 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat tingkat pengetahuan
responden berdasarkan pendidikan adalah 7 ibu (23,33%) tamat SMP,
kemudian 21 ibu (70,00%) tamat SMA/SMK, serta 2 ibu (6,67%)
tamat PT.
c. Pekerjaan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan
Responden
Frekuensi Prosentase
1 IRT 21 70,00%
2 Swasta 8 26,67% 3 Buruh 1 3,33%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat tingkat pengetahuan
responden berdasarkan pekerjaan adalah 21 ibu (70,00%) tidak
bekerja (IRT), kemudian 8 ibu (26,67%) swasta, serta 1 ibu (3,33%)
bekerja sebagai buruh.
45
2. Tingkat Pengetahuan Responden
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Higienitas
Botol Bayi
No Pengetahuan Frekuensi Prosentase
1 Baik 3 10%
2 Cukup 12 40%
3 Kurang 15 50%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer
Dari tabel diatas menunjukan tingkat pengetahuan ibu sebagai berikut:
sejumlah 3 responden (10%) berpengetahuan baik, 12 responden (40%)
berpengetahuan cukup, serta 15 responden (50%) berpengetahuan kurang.
C. Pembahasan
Penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang Higienitas Botol
Bayi di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen ini,
dilakukan terhadap 30 responden. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini
menunjukkan kriteria responden berdasarkan umur di Desa Sambirejo,
Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen adalah 8 ibu (26,67%) berusia <25
tahun, kemudian 21 ibu (70,00%) berusia 25-30 tahun, serta 1 ibu (3,33%)
berusia >30 tahun, berdasarkan pendidikan responden adalah 7 ibu (23,33%)
tamat SMP, kemudian 21 ibu (70,00%) tamat SMA/SMK, serta 2 ibu
(6,67%) tamat PT, dan berdasarkan pekerjaan responden adalah 21 ibu
(70,00%) tidak bekerja (IRT), kemudian 8 ibu (26,67%) swasta, serta 1 ibu
(3,33%) bekerja sebagai buruh.
46
Sesuai dengan pendapat dari Notoatmodjo (2010), bahwa dengan
bertambahnya usia seseorang, maka pemikirannya akan semakin berkembang
sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat. Faktor lain yang
mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan dan pekerjaan. Seseorang
yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih
luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih
rendah. Orang yang menekuni suatu bidang pekerjaan akan memiliki
pengetahuan mengenai segala sesuatu mengenai apa yang dikerjakannya.
Selain itu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
diantaranya: menurut Notoatmodjo (2010), pengalaman adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri
maupun orang lain, kepercayaan adalah suatu sikap menerima pernyataan
atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan,
sedangkan menurut Nursalam & Pariani (2008), dukungan atau support dari
orang lain dan orang terdekat sangat berperan dalam melakukan suatu
tindakan.
Hasil penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan ibu di Desa Sambirejo
tentang higienitas botol bayi yaitu: 3 responden (10%) berpengetahuan baik,
12 responden (40%) berpengetahuan cukup, serta 15 responden (50%)
berpengetahuan kurang.
Dari hasil penelitian mayoritas ibu berpengetahuan kurang, dikarenakan
ibu kurang mengetahui pada persiapan dan penyeterilan untuk higienitas botol
bayi. Ibu berpengetahuan cukup, dikarenakan kurang mengetahui tentang
47
penyeterilan botol bayi. Hal ini dikarenakan, ibu belum sepenuhnya mengerti
dan mendapatkan informasi mengenai higienitas botol bayi baik di
lingkungan keluarga misalnya orang tua maupun dari saudara perempuannya
kurang memberikan pengetahuan mengenai higienitas botol bayi dan di
lingkungan masyarakat misalnya tenaga kesehatan kurang memberikan
pengetahuan mengenai higienitas botol bayi kepada ibu, serta ibu mempunyai
tetangga memiliki pengetahuan yang sama.
Menurut Dani (2010), menjaga higienitas botol bayi merupakan hal
penting yang harus dipertimbangkan oleh ibu, karena lemak dan kandungan
protein dalam makanan bayi (dari susu) sangat mudah untuk menempel pada
botol, cangkir atau empeng fedding. Jika proses pencucian tidak dilakukan
dengan hati-hati, sisa kotoran dengan mudah akan membentuk bercak putih.
Bintik-bintik ini lebih sulit dibersihkan dan menjadi tempat bakteri. Jika
bakteri masuk ke saluran pencernaan bayi, resiko rentan terhadap diare sangat
tinggi.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian
dengan mayoritas berpengetahuan kurang, disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, kepercayaan, dan dukungan
keluarga. Sehingga sangat diperlukan peran serta tenaga kesehatan untu
memberikan pemahaman dan informasi yang lebih baik tentang higienitas
botol bayi.
48
D. Keterbatasan
Penelitian ini tidak terdapat kendala tetapi mempunyai keterbatasan di dalam
pelaksanaan penelitian, yaitu:
1. Penelitian ini ada kelemahan dalam penyusunan alat (kuisioner) yang
menggunakan jawaban tertutup sehingga responden tidak dapat
menguraikan jawaban selain dari jawaban yang tersedia.
2. Penelitian ini hanya menggambarkan pengetahuan ibu tentang higienitas
botol bayi tanpa adanya tindak lanjut terhadap hasil penelitian yang
diperoleh.
49
BAB V
PENUTUP
Sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh peneliti yaitu untuk mengetahui
tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Desa Sambirejo
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen maka peneliti mengambil sampel 30
responden, dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan
saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol
bahwa: bayi di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen
dapat disimpulkan
1. Kriteria responden berdasarkan umur adalah 8 ibu (26,67%) berusia <25
tahun, kemudian 21 ibu (70,00%) berusia 25-30 tahun, serta 1 ibu
(3,33%) berusia >30 tahun, berdasarkan pendidikan responden adalah 7
ibu (23,33%) tamat SMP, kemudian 21 ibu (70,00%) tamat SMA/SMK,
serta 2 ibu (6,67%) tamat PT, dan berdasarkan pekerjaan responden
adalah 21 ibu (70,00%) tidak bekerja (IRT), kemudian 8 ibu (26,67%)
swasta, serta 1 ibu (3,33%) bekerja sebagai buruh.
2. Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Desa Sambirejo
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen dalam kategori baik yaitu
sebanyak 3 ibu (10%), kategori cukup sebanyak 12 ibu (40%), kategori
kurang sebanyak 15 ibu (50%).
50
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang
higienitas botol bayi di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten
Sragen, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan menambah khasanah ilmu dan sumber pengetahuan tentang
higienitas botol bayi.
2. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang higienitas botol
bayi dengan menambah jumlah sampel yang lebih banyak dan metode
penelitian yang berbeda, dengan demikian dapat diperoleh hasil penelitian
yang lebih sempurna.
3. Bagi Institusi
a. Bagi Desa Sambirejo
Diharapkan dapat memberikan penyuluhan dan menjalin kerjasama
dengan tenaga kesehatan khususnya bidan wilayah kerja
setempat/puskesmas untuk memberikan penyuluhan tentang higienitas
botol bayi, sehingga warga setempat dapat melakukan pola higienitas
botol bayi dan angka kejadian diare dapat menurun.
b. Bagi pendidikan
Diharapkan karya tulis ilmiah ini digunakan sebagai sumber bacaan
atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan
khususnya tentang higienitas botol bayi.
51
4. Bagi Ibu
Diharapkan ibu meningkatkan pengetahuannya dan melaksanakan pola
higienitas botol susu agar bayi tidak mengalami diare atau gangguan
sistem pencernaan.