trakomarakoma

39
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NAMA : ANDI ROY S NIM : 110100193 PAPER TRAKOMA Disusun oleh: ANDI ROY S NIM: 110100193 Supervisor: dr.Marina Yusnita Albar, M.Ked(Oph),Sp.M PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN i

Upload: andi-roy-s

Post on 08-Jul-2016

217 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tjwtnrrnt

TRANSCRIPT

Page 1: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

PAPER

TRAKOMA

Disusun oleh:

ANDI ROY S

NIM: 110100193

Supervisor:

dr.Marina Yusnita Albar, M.Ked(Oph),Sp.M

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP H. ADAM MALIK

MEDAN

2016

i

Page 2: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas paper ini dengan judul

“TRAKOMA”. Penulisan tugas paper ini adalah salah satu syarat untuk

menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di

Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dokter

pembimbing, dr.Marina Yusnita Albar, M.Ked(Oph),Sp.M, yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penyusunan tugas paper ini, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas paper ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan

laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini berguna bagi semua

pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 1 Februari 2016

Penulis

Page 3: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 4

2.1 Anatomi Mata ........................................................................... 4

2.2 Trakoma .................................................................................... 5

2.2.1 Definisi dan Etiologi ...................................................... 5

2.2.2 Faktor Resiko ................................................................. 6

2.2.3 Sumber infeksi dan Penularan ........................................ 7

2.2.4 Patofisiologi ................................................................... 7

2.2.5 Gejala Klinis……………………………………………. 8

2.2.6 Grading Trakoma ........................................................... 9

2.2.7 Diagnosis ........................................................................ 12

2.2.8 Diagnosis banding........................................................... 13

2.2.9 Penatalaksanaan ............................................................. 15

2.2.10 Kriteria Kesembuhan .................................................... 18

2.2.11 Komplikasi dan Sequele ................................................ 18

2.2.12 Prognosis ....................................................................... 18

BAB 3 PENUTUP ................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 21

1

Page 4: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Mata ............................................................. 4

Gambar 2.2 Lapisan Kornea............................................................... 4

Gambar 2.3 Jenis-jenis Chlamydia..................................................... 4

Gambar 2.4 Staging Trakoma menurut McCallan.............................. 4

Gambar 2.5 Trakoma Folikular........................................................... 4

Gambar 2.6 Trakoma Inflamasi berat................................................. 4

Gambar 2.7 Sikatrik Trakoma............................................................ 4

Gambar 2.8 Trikiasis........................................................................... 4

Gambar 2.9 Opasitas Kornea............................................................. 4

Gambar 2.10 Gambaran Klinis Trakom............................................... 4

2

Page 5: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trakoma adalah suatu penyakit tertua yang terkenal di dunia sejak dahulu

dan mengenai semua ras. Dengan 400 juta penduduk dunia yang terkena, penyakit

ini menjadi salah satu penyakit kronik yang paling banyak dijumpai. Prevalensi

dan berat penyakit yang beragam per regional dapat dijelaskan dengan dasar

variasi hygiene perorangan dan standart kehidupan masyarakat dunia, kondisi

iklim tempat tinggal, usia saat terkena, serta frekuensi dan jenis infeksi mata

bacterial yang sudah ada.1

Trakoma merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Chlamydia trachomatis, mudah menyebar melalui kontak langsung, bersama

handuk dan kain, ataupun akibat lalat yang berkontak dengan mata atau hidung

orang yang terinfeksi. Trakoma, yang menyebar di daerah yang tidak memiliki

akses yang memadai terhadap air dan sanitasi, mempengaruhi masyarakat yang

paling terpinggirkan di dunia. Secara global, hampir 8 juta orang tunanetra terjadi

akibat trakoma dan 500 juta beresiko kebutaan dari penyakit di seluruh 57 negara

endemik. Jika tidak diobati, infeksi trakoma berulang dapat menyebabkan luka

parah di dalam kelopak mata dan dapat menyebabkan trichiasis. Selain

menyebabkan rasa sakit, trichiasis menyebabkan kerusakan kornea secara

permanen dan dapat menyebabkan kebutaan ireversibel.2

Intervensi utama yang dianjurkan untuk mencegah infeksi trakoma adalah

peningkatan sanitasi, pengurangan tempat perkembangbiakan lalat dan

peningkatan kebersihan wajah (dengan air bersih) di antara anak-anak beresiko

penyakit. Baik kebersihan pribadi dan lingkungan telah terbukti berhasil dalam

memerangi trakoma. Mendorong anak-anak untuk mencuci wajah, meningkatkan

akses air berish, dan pembuangan kotoran manusia dan hewan telah terbukti

menurunkan jumlah infeksi trakoma di masyarakat.3

3

Page 6: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan paper ini sebagai syarat untuk mengikuti postest

Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSUP

Haji Adam Malik Medan.

4

Page 7: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata

Gambar 2.1 Anatomi Mata (Sumber : familyeyecare.com)

Mata terdiri dari suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior

(kornea) dan opak di posterior (sklera). Sambungan antara keduanya disebut

limbus. Otot – otot ekstraokular melekat pada sklera sementara saraf optik

meninggalkan sklera di posterior melalui lempeng kribiformis. Suatu lapisan kaya

pembuluh darah (koroid) melapisi segmen posterior mata dan memberi nutrisi

pada permukaan dalam retina. Korpus silaris terletak di anterior, korpus silaris

mengandung otot silaris polos yang kontraksinya mengubah bentuk lensa dan

memungkinkan fokus mata berubah-ubah. Epitel silaris mensekresi akueous

humor dan mempertahankan tekanan okular. Korpus silaris merupakan tempat

perlekatan iris. Lensa terletak di belakang iris dan disokong oleh serabut-serabut

halus (zonula) yang terbentang di antara lensa dan korpus silaris. Sudut yang

terbentuk oleh iris dan kornea (sudut iridokornea) dilapisi oleh suatu jaringan sel

dan kolagen (jalinan trabekula). Pada sklera di luar jalinan ini, kanal Schlemm

5

Page 8: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

mengalirkan akueous humor dari bilik anterior ke dalam system vena, sehingga

terjadi drainase akueous. Daerah ini dinamakan sudut drainase.

Antara kornea di anterior dan lensa serta iris di posterior terdapat bilik

mata anterior. Diantara iris, lensa dan korpus siliar terdapat bilik mata posterior.

Kedua bilik ini terisi oleh akueous humor. Diantara lensa dan retina terletak

korpus vitreous.  Dianterior, konjungtiva akan berlanjut dari sklera ke bagian

bawah kelopak mata atas dan bawah. Satu lapis jaringan ikat (kapsul tenon)

memisah konjungtiva dari sklera dan memanjang ke belakang sebagai satu

penutup di sekitar otot-otot rektus.4

Gambar 2.2 Lapisan Kornea

Di antara bagian- bagian mata tersebut penyakit trakoma merupakan suatu

penyakit yang mengenai bagian mata yaitu konjungtiva..

2.2 Trakoma

2.2.1 Definisi dan Etiologi

Trakoma adalah infeksi konnungtiva yang disebabkan oleh Chlamydia

trachomatis serotipe A, B, Ba dan C. (Salomon & Anthony, Yanoff Duker,R jogi,

AK Khurana). Masing- masing serotipe ditemukan di tempat dan komunitas yang

berbeda beda. Chlamydia adalah gram negatif, yang berkembangbiak secara

intraseluler. Spesies C.trakomatis menyebabkan trakoma dan infeksi kelamin

(serotipe D-K) dan limfogranuloma venerum (serotipe L1-L3). Serotipe D-K

6

Page 9: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

biasanya menyebabkan konjungtivitis folikular kronis yang secara klinis sulit

dibedakan dengan trakoma, termasuk konjungtivitis folikular dengan pannus, dan

scarring konjungtiva. Namun, serotipe genital ini tidak memiliki siklus transmisi

yang stabil dalam komunitas. Karena itu, tidak terlibat dalam penyebab kebutaan

karena trakoma.5-9

Gambar 2.3 Jenis-jenis Chlamydia

2.2.2 Faktor Resiko

Faktor predisposisi trakoma termasuk usia, jenis kelamin, ras, iklim, status

sosial ekonomi dan faktor lingkungan.

1. Usia.

Infeksi ini biasanya terjadi pada bayi dan anak usia dini

2. Seks.

Sejauh keterkaitannya dengan seks, ada kesepakatan umum bahwa yang

dominan terjadi pada perempuan baik dalam jumlah maupun tingkat

keparahan penyakit.

3. Ras.

Tidak ada ras yang kebal terhadap trakoma, tetapi penyakit ini sangat

umum di Yahudi dan relatif kurang umum di antara orang Negro.

4. Iklim.

Trakoma lebih umum di daerah dengan cuaca kering dan berdebu.

5. Status sosial ekonomi.

7

Page 10: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

Penyakit ini lebih umum pada golongan miskin karena kondisi hidup

kurang higienis, kepadatan penduduk, kondisi yang tidak sehat, populasi

lalat yang banyak, kurangnya air, kekurangan bahan seperti handuk

terpisah dan saputangan, dan kurangnya pendidikan dan pemahaman

tentang penyebaran menular penyakit.

6. Faktor lingkungan seperti paparan debu, asap, iritasi, sinar matahari dll

meningkatkan risiko tertular penyakit. Oleh karena itu, pekerja luar

ruangan lebih dipengaruhi dibandingkan dengan pekerja kantor. 9

2.2.3 Sumber Infeksi dan Penularan

Dalam zona endemik trakoma sumber utama infeksi adalah sekret

konjungtiva dari orang yang terkena. Karena itu, infeksi bakteri yang

berkelanjutan meningkatkan penularan penyakit dengan meningkatkan sekresi

konjungtiva. Infeksi dapat menyebar dari mata ke mata oleh salah satu mode

berikut:

1. penyebaran langsung dari infeksi dapat terjadi melalui kontak dengan udara

atau terbawa air.

2. transmisi vektor dari trakoma umum melalui lalat.

3. transfer material memainkan peran penting dalam penyebaran trakoma.

Transfer material dapat terjadi melalui jari-jari yang terkontaminasi dari dokter,

perawat dan tonometer terkontaminasi. Sumber-sumber lain dari transfer material

infeksi adalah penggunaan umum handuk, saputangan, dan selimut.9

2.2.4 Patofisiologi

Infeksi menyebabkan inflamasi, yang predominan limfositik dan infiltrat

monosit dengan plasma sel dan makrofag dalam folikel. Gambaran tipe folikel

dengan pusat germinal dangan pulau- pulau proliferasi sel B yang dikelilingi

sebukan sel T. Infeksi konjungtiva yang rekuren menyebabkan inflamasi yang

lama yang menyebabkan konjungtival scarring. Scarring diasosiasikan dengan

atropi epitel konjungtiva, hilangnya sel goblet, dan pergantian jaringan normal,

longgar dan stroma vaskular subepitel dengan jaringan ikat kolagen tipe IV dan

V.5,10

8

Page 11: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

2.2.5 Gejala Klinis

Secara klinis, trakoma dapat dibagi menjadi fase akut dan fase kronis ,

tetapi tanda akut dan kronis dapat muncul dalam waktu yang bersamaan dalam

satu individu. Derajat keparahan dari infeksi mata oleh Chlamydia trachomatis

dapat ringan sampai dengan berat. Banyak infeksinya bersifat asimtomatis. Sesuai

dengan masa inkubasinya yaitu 5-10 hari, infeksi konjungtiva menyebabkan

iritasi, mata merah, dan discharge mukopurulen. Keterlibatan kornea pada proses

inflamasi akut dapat menimbulkan nyeri dan fotofobia. Secara umum, gejala lebih

ringan dari tampilan mata.

Tanda awal infeksi yang kurang spesifik adalah vasodilatasi dari

pembuluh darah konjungtiva. Perubahan spesifik terjadi beberapa minggu setelah

infeksi, yaitu dengan munculnya folikel-folikel pada konjungtiva forniks,

konjungtiva tarsal dan limbus. Folikel adalah adalah limfoid germinal dan

ditemukan dibawah lapisan epitel. Folikel terlihat sebagai massa abu-abu atau

creamy dengan diameter 0,2-3,0 mm. Tidaklah normal bila ditemukan satu atau

dua folikel pada mata yang sehat, tertama di canthi lateral atau medial. Karena

lapisan superfisial dari stroma konjungtiva memiliki sedikit jaringan limfoid

sampai kurang lebih 3 bulan setelah lahir, neonatus tidak mampu menahan respon

folicular terhadap infeksi mata oleh Chlamydia. Papil juga dapat terlihat pada fase

ini :pada kasus ringan terlihat titik-titik merah kecil dengan mata telanjang.

Dengan bantuan slit lamp, papil terlihat sebagai pembengkakan kecil konjungtiva,

dengan vaskularisasi di tengahnya. Ketika inflamasi bertambah berat, reaksi

papilar pada konjungtiva tarsal diasosiasikan dengan penebalan konjungtiva,

pertambahan vaskularisasi pembuluh tarsal, dan kadang kadang edema palpebra.

Bila kornea terlibat pada proses inflamasi, keratitis punctata superficialis dapat

dideteksi dengan tes flouresensi. Infiltrat superficial atau pannus (infiltrasi

subepitel dari jaringan fibrovaskular ke perifer kornea) mengindikasikan inflamasi

kornea. Folikel, papil dan tanda kornea lain adalah tanda dari fase aktif, namun

pannus dapat bertahan setelah fase aktif.

Resolusi dari folikel ditandai dengan terjadinya scarring pada subepitel

konjungtiva. Deposisi dari skar biasanya di konjungtiva tarsal atas, walaupun

9

Page 12: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

konjungtiva fornces, konjungtiva bulbi dan daerah atas kornea dapat terkena. Di

daerah endemis trakoma, sikatrik pada daerah tarsal karena episode infeksi

berulang menjadi dapat terlihat secara makroskopis dengan mengeversi palpebra

atas, nampak seperti plester putih dengan latar konjungtiva yang eritematous. Di

limbus, pergantian folikel menjadi scar mengahasilkan formasi depresi translusen

pada corneoskleral junction yang disebut Herbert’s pits.

Bila scar pada konjungtiva tarsal cukup banyak berkumpul, menyebabkan

kelopak mata atas menekuk ke dalam dan menyebabkan bulu mata mengenai bola

mata, hal ini disebut trikiasis. Ketika semua bagian kelopak mengarah ke dalam

disebut entropion. Trikiasis sangat mengiritasi. Penderita kadang mencabut sendiri

bulu mata atau memplester kelopak mata agar mengahadap ke luar. Selain nyeri,

trikiasis juga mencederai kornea, sebagai efek abrasi kornea dapat terjadi infeksi

sekunder oleh jamur atau bakteri. Karena sikatrik bersifat opak maka penglihatan

dapat terganggu bila mengenai daerah sentral kornea.5,6,11

2.2.6 Grading Trakoma

Grading trakoma menurut McCallan7

Stadium Nama Gejala

Stadium I Trakoma Insipien Folikel imatur, hipertrofi papilar

minimal

Stadium II Trakoma Folikel matur pada dataran tarsal atas

Stadim IIA Dengan hipertrofi papilar

yang menonjol

Keratitis, folikel limbus

Stadium IIB Dengan hipertrofi

folikular yang menonjol

Aktivitas kuat dengan folikel matur

tertimbun di bawah hipertrofi papilar

yang hebat

Stadium III Trakoma sikatrik Parut pada konjungtiva tarsal atas,

permulaan trikiasis dan entropion

Stadium IV Trakoma sembuh Tak aktif, tak ada hipertrofi papillar

atau folikular, parut dalam bermacam

derajat deviasi

10

Page 13: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

Gambar 2.4 Staging Trakoma menurut McCallan

Pembagaian menurut WHO Simplified Trakoma Grading Scheme

1. Trakoma Folikular (TF)

Gambar 2.5 Trakoma Folikular

Trakoma dengan adanya 5 atau lebih folikel dengan diameter 0,5 mm di

daerah sentral konjungtiva tarsal superior

Bentuk ini umumnya ditemukan pada anak-anak, dengan prevalensi

puncak pada 3-5 tahun

2. Trakoma Inflamasi berat (TI)

Gambar 2.6 Trakoma Inflamasi berat

11

Page 14: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

Ditandai konjungtiva tarsal superior yang menebal dan pertumbuhan

vaskular tarsal.

Papil terlihat dengan pemeriksaan slit lamp.

3. Sikatrik Trakoma (TS)

Gambar 2.7 Sikatrik Trakoma

Ditandai dengan adanya sikatrik yang mudah terlihat pada konjungtiva

tarsal.

Memiliki resiko trikiasis ke depannya, semakin banyak sikatrik semakin

besar resiko terjadinya trikiasis.

4. Trikiasis (TT)

Gambar 2.8 Trikiasis

Ditandai dengan adanya bulu mata yang mengarah ke bola mata.

Potensial untuk menyebabkan opasitas kornea

12

Page 15: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

5. Opasitas Kornea (CO)

Gambar 2.9 Opasitas Kornea

Ditandai dengan kekeruhan kornea yang terlihat di atas pupil.

Kekeruhan kornea menandakan prevalensi gangguan visus atau kebutaan

akibat trakoma.5,12,13

2.2.7 Diagnosis

1. Riwayat Penyakit

Trakoma aktif biasanya ditemukan pada anak anak, dan penduduk pada

daerah endemis, hanya menimbulkan sedikit keluhan. Penderita dengan trikiasis

bisa simtomatis. Beratnya keluhan bergantung pada banyaknya bulu mata yang

menyentuh bola mata, ada atau tidaknya abrasi kornea, dan ada tidaknya

blefarospasme.

Diagnosa trakoma ditegakkan berdasarkan:

2. Gejala Klinik :

Bila terdapat 2 dari 4 gejala klinik yang khas, sebagai berikut :

1) Adanya prefolikel di konjungtiva tarsalis superior

2) Folikel di konjungtiva forniks superior dan limbus kornea 1/3 bagian atas

3) Panus aktif di 1/3 atas limbus kornea

4) Sikatrik berupa garis-garis atau bintang di konjungtiva palpebra/ forniks

superior, Herbert’s pit di limbus korne 1/3 bagian atas

13

Page 16: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

Gambar 2.10 Gambaran Klinis Trakoma

Karena Chlamydia adalah patogen intraseluler obligat, kerokan harus

mencakup sel yang terinfeksi. Karena itu, spesimen yang hanya berisi eksudat

atau sekresi, tetapi tidak ada sel, hasilnya tidak akan memuaskan. Untuk spesimen

konjungtiva setiap eksudat purulen harus dihapus sebelum mengumpulkan sel

epitel dengan menggosok memakai swab kering selama membalik konjungtiva

palpebra.14 Kerokan konjungtiva, yang dengan pewarnaan giemsa dapat

ditemukan badan inklusi Halbert.7-8

Diagnosa trakoma juga dapat ditegakkan bila terdapat satu gejala klinis yang khas

ditambah dengan kerokan konjungtiva yang menghasilkan badan inklusi.

3. Biakan kerokan konjungtiva dalam yolk sac, menghasilkan badan inklusi

dan badan elementer dengan pewarnaan giemsa

4. Tes serologis dengan:

1) Tes fiksasi komplemen, untuk menunjukkan adanya antibodi terhadap

trakoma,dengan menggunakan antigen yang murni. Melakukannya mudah,

tak memerlukan peralatan canggih, cukup mempergunkan antigen yang

stabil, mudah didapat di pasaran. Mempunyai nilai diagnostik yang tinggi.

2) Tes mikro-imunofluoresen, menentukan antibodi antichlamydial yang

spesifik, beserta sifat-sifatnya (IgM, IgA, IgG). Lebih sukar dan

memerlukan peralatan canggih.5,10,15

2.2.8 Diagnosis Banding 4

Trakoma Konjungtivitis folikularis Vernal

14

Page 17: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

catarrh

Gambaran

Lesi

(Dini) papula kecil

atau bercak merah

bertaburandengan

bintik-bintik

kuning pada

konjungtiva tarsal

(Lanjut) Granula

dan parut dan parut

terutama pada

konjungtiva tarsal

atas

Penonjolan merah muda

pucat tersusun teratur

seperti deretan beads

Nodul lebar

datar dalam

susunan

cobblestone

pada

konjungtiva

tarsal atas dan

bawah,

diselimuti

lapisan susu

Ukuran Lesi

dan Lokasi

Lesi

Penonjolan besar,

lesi konjuntiva

tarsal atas dan

teristimewa lipatan

retrotarsal kornea-

pannus, bawah

infiltrasi abu-abu

dan pembuluh

tarsus terlibat

Penonjolan kecil, terutama

konjungtiva tarsal bawah

dan forniks bawah tarsus

tidak terlibat

Penonjolan

besar, tarsus,

limbus dan

forniks dapat

terlibat

Tipe sekresi Kotoran air

berbusa atau frothy

pada stadium

lanjut

Mukoid atau purulen Bergetah,

bertali, seperti

susu

Pulasan Kerokan epitel dari

konjungtiva dan

kornea

memperlihatkan

eksfoliasi,

Kerokan tidak karakteristik

(Koch-Weeks, Morax

Axenfeld,

mikrokokus,pneumokokus)

Eosinofil

karakteristik

dan konstan

pada sekresi

15

Page 18: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

proliferasi dan

inklusi selular

Penyulit atau

sekuela

Kornea; Panus,

kekeruhan

kornea,xerosis,

Kornea-

Konjungtiva:

Simblefaron,

Palpebra;

Entropion, trikiasis

Ulkus kornea, Blefaritis

Ektropion

Infiltrasi

kornea

Pseudoptosis

2.2.9 Penatalaksanaan

Kunci pentalaksanaan trakoma yang dikembangkan WHO adalah strategi

SAFE (Surgical care, Antibiotics, Facial cleanliness, Environmental

improvement).3

1. Terapi antibiotik

WHO merekomendasikan dua antibiotik untuk trakoma yaitu azitromisisn oral

dan salep mata tetrasiklin.

Azitromisin lebih baik dari tetrasiklin namun lebih mahal.

Program pengontolan trakoma di beberapa negara terbantu dengan donasi

azitromisin.

Konsentrasi azitromisin di plasma rendah, tapi konsentrasi di jaringan

tinggi, menguntungkan untuk mengatasi organisme intraselular.

Azitromisin adalah drug of choice karena mudah diberikan dengan single

dose. Pemberiannya dapat langsung dipantau. Karena itu compliance nya

lebih tinggi dibanding tetrasiklin.

Azitromisin memiliki efikasi yang tinggi dan kejadian efek samping yang

rendah. Ketika efek samping muncul, biasanya ringan; gangguan GI dan

rash adalah efek samping yang paling sering.

16

Page 19: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

Infeksi Chlamydia trachomatis biasanya terdapat juga di nasofaring, maka

bisa terjadi reinfeksi bila hanya diberi antibiotik topikal.

Keuntungan lain pemberian azitromisin termasuk mengobati infeksi di

genital, sistem respirasi, dan kulit.

Resistensi C. trakomatis terhadap azitromisin dan tetrasiklin belum

dikemukakan.

Azitromisin : dewasa 1gr per oral sehari; anak anak 20 mg/kgBB per oral

sehari

Salep tetrasiklin 1% : mencegah sintesis bakteri protein dengan binding

dengan unit ribosom 30S dan 50S. Gunakan bila azitromisin tidak ada.

Efek samping sistemik minimal. Gunakan di kedua mata selama 6 minggu

2. Tindakan bedah

Pembedahan kelopak mata untuk memperbaiki trikiasis sangat penting

pada penderita dengan trikiasis, yang memiliki resiko tinggi terhadap

gangguan visus dan penglihatan.

Rotasi kelopak mata membatasi perlukaan kornea. Pada beberapa kasus,

dapat memperbaiki visus, karena merestorasi permukaan visual dan

pengurangan sekresi okular dan blefarospasme

3. Kebersihan wajah

Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kebersihan wajah pada anak-

anak menurunkan resiko dan juga keparahan dari trakoma aktif.

Untuk mensukseskannya, pendidikan dan penyuluhan kesehatan harus

berbasis komunitas dan berkesinambungan

4. Peningkatan sanitasi lingkungan

Penyuluhan peningkatan sanitasi rumah dan sumber air, dan pembuangan

feses manusia yang baik.

Lalat yang bisa mentransmisikan trakoma bertelur di feses manusia yang

ada di permukaan tanah. Mengontrol populasi lalat dengan insektisida

cukup sulit.13,16

Perawatan Rawat Jalan

17

Page 20: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

Perawatan jangka panjang serta perawatan lanjutan intermiten diperlukan untuk

pasien dengan penyakit aktif atau cicatricial. Salah satu episode infeksi dapat

diobati secara memadai, tapi reinfeksi dari komunitas infeksi kemungkinan terjadi

kecuali kampanye pengobatan massal yang efektif diimplementasikan. Ketika

pengobatan massal dilakukan, cakupan antibiotik harus setinggi mungkin, dengan

80% menjadi target minimal yang mutlak. Hal ini penting untuk mengobati semua

anggota keluarga, terutama anak-anak. Beberapa studi menunjukkan manfaat

besar jika cakupan lebih dari 95% dapat dicapai.Pasien bedah memerlukan

perawatan tindak lanjut tahunan karena potensi kekambuhan.10

Program pengendalian di negara-negara endemik sedang dilaksanakan

melalui strategi SAFE WHO. Program ini terdiri dari: operasi untuk mengobati

tahap menyilaukan penyakit (trachomatous trichiasis), antibiotik untuk mengobati

infeksi, pemberian obat terutama antibiotik, yang disumbangkan oleh produsen

untuk program eliminasi melalui International Trachoma Initiative, kebersihan

wajah, dan perbaikan lingkungan, terutama meningkatkan akses terhadap air dan

sanitasi. Negara yang paling endemik telah sepakat untuk mempercepat

pelaksanaan strategi ini untuk mencapai target eliminasi mereka, semua pada

tahun 2020.3

Pengobatan sequele trakoma :

1. Bagian yang mengelami konkresi harus dihapus dengan jarum suntik.

2. Trichiasis dapat diobati dengan pencukuran bulu, elektrolisis atau cryolysis

3. Entropion harus diperbaiki melalui pembedahan

4. Xerosis harus ditangani oleh air mata buatan.

Langkah-langkah profilaksis dapat membantu melawan infeksi ulang dari

trakoma.

1. Langkah-langkah higienis. Ini membantu banyak dalam mengurangi penularan

penyakit, seperti trakoma yang terkait erat dengan higiene pribadi dan sanitasi

lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan pada trakoma harus diberikan

kepada masyarakat. Penggunaan handuk umum, saputangan, batang dll harus

dicegah. Sanitasi lingkungan yang baik akan mengurangi perkembangbiakan lalat.

Sebuah pasokan air yang baik akan meningkatkan kebiasaan mencuci.

18

Page 21: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

2. Pengobatan dini konjungtivitis. Setiap kasus konjungtivitis harus ditangani

sedini mungkin untuk mengurangi penularan penyakit.

3. Blanket terapi antibiotik (pengobatan intermiten). WHO telah

merekomendasikan rezim ini akan dilaksanakan di daerah endemis untuk

meminimalkan intensitas dan tingkat keparahan penyakit. Regimennya adalah

menerapkan 1% salep tetrasiklin mata dua kali sehari selama 5 hari dalam sebulan

selama 6 bulan.9

2.2.10 Kriteria Kesembuhan

Kriteria kesembuhan berdasarkan pemeriksaan dengan mata telanjang,

terutama pada pengobatan masal adalah :

1) Folikel (-)

2) Infiltrat kornea (-)

3) Panus aktif (-)

4) Hiperemia (-)

5) Konjungtiva, meskipun ada sikatri, tampak licin.

Pada kasus individual, kriteria penyembuhan harus ditambah :

1) Pada pemeriksaan fluoresein, yang dilihat dengan slit lamp, menunjukkan

tidak ada keratitis epitelial di kornea.

2) Pada pemeriksaan mikroskopis dan kerokan konjungtiva, tidak

menunjukkan adanya badan inklusi.13

2.2.11 Komplikasi dan Sequele

Parut di konjungtiva adalah komplikasi yang sering terjadi pada trakoma

dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan duktulus

kelenjar lakrimal. Hal ini mengurangi komponen akueosa dalam film air mata

prakornea secara drastic, dan komponen mukosanya mungkin berkurang karena

hilangnya sebagian sel goblet. Luka parut itu juga mengubah bentuk palpebrae

superior berupa membaliknya bulu mata kedalam(trikiasis) atau seluruh tepian

palpebrae(entropion) sehingga bulu mata terus menerus mengggesek kornea.

Kondisi ini sering mengakibatkan ulcerasi kornea, infeksi bacterial kornea, dan

parut kornea. Ptosis, obstruksi ductus nasolacrimalis, dan dakriosistitis adalah

komplikasi trakoma lainnya yang sering dijumpai.1

19

Page 22: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

2.2.12 Prognosis

Trakoma, secara karakteristik merupakan penyakit kronik yang

berlangsung lama. Dengan kondisi hygiene yang baik (khususnya, mencuci muka

pada anak-anak), penyakit ini sembuh atau bertambah ringan sehingga sekuele

berat terhindarkan. Sekitar 6-9 juta orang di dunia telah kehilangan

penglihatannya karena trakoma.1,10

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Trakoma adalah suatu bentuk keratokonjungtivitis kronis yang disebabkan

oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis.

2. Grading trakoma menurut WHO adalah : Trakoma folikalular,trakoma

inflamasi berat, trakoma scarring, trikiasis, dan kekeruhan kornea.

20

Page 23: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

3. Diagnosa trakoma ditegakkan bila terdapat 2 dari gejala klinik yang khas,

1gejala klinik dengan kerokan konjungtiva yang positif atau dengan tes

serologis.

4. Azitromisin dan tetrasiklin adalah antibiotik yang direkomendasikan WHO

untuk trakoma.

5. Peningkatan individual higiene dan sanitasi lengkungan mengurangi resiko

penularan trakoma

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan & Asbury: Oftalmologi umum / paul Riordan-Eva, John

P.Whitcher : Alih bahasa, Brahm U. Pendit : editor edisi bahasa indonesia

diana susanto. –Ed 17- Jakarta : EGC, 2009

2. Anonymous. Trachoma. 2015. Available from :

http://www.cdc.gov/healthywater/hygiene/disease/trachoma.html

3. Anonymous. Trachoma. 2015. Available from:

21

Page 24: Trakomarakoma

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : ANDI ROY SNIM : 110100193

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs382/en/#

4. Ilyas, Sidarta. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-4. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

5. Salomon, Anthony dan Hugh R Taylor. 2010. Trachoma: Treatment and

Medication.eMedicine Ophtalmology. 214: 29-38

6. Salomon et al. 2004. Diagnosis and Assesment of Trachoma. Clinical

Microbiology Review. 17: 982-1011

7. Yanoff M, Duker JS. 2014. Ophthalmology. 4th Ed. Philadelphia.

Elsevier Inc. 86.

8. Jogi, R. 2009. Basic Ophthalmology.4th Ed. New Delhi. Jaypee Brothers

Medical Publishers. 81-86.

9. Khurana AK. 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th Ed. New Delhi:

New Age International. 62-68.

10. Taylor HR. Trachoma. 2016. Avalable from :

http://emedicine.medscape.com/article/1202088-overview

11. Jackson TL. 2008. Moorfield Manual of Ophthalmology. Philadelphia

Elsevier Inc. 141-142.

12. Olver J, Cassidy L, Jutley G and Crawley, L. 2014. Ophthalmology at a

Glance. 2nd Ed. Malden. Blackwell Science Ltd. 122.

13. Wijana, Nana. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi .

14. Crick RP and Khaw PT . 2003. A Textbook of Clinical Ophthalmology.

3rd Ed. London. World Scientific Publishing. 195-197.

15. Reinhard T, Larkin F. 2008. Cornea and External Eye Disease. New York

Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 179-183.

16. Jackson TL. 2008. Moorfield Manual of Ophthalmology. Philadelphia

Elsevier Inc. 141-142

22