tumor parotis.docx

17
Tumor Kelenjar Parotis a. Definisi Tumor didefinisikan sebagai jaringan atau benjolan abnormal yang pertumbuhan sel-selnya berlebihan dan tidak berkoordinasi dengan pertum jaringan normal,kelenjar parotis adalah salah satu kelenjar saliva yang berpasangan berjumlah dua dan merupakan kelenjar saliva yang terbesar. Tumor kelenjar parotis memiliki arti benjolan abnormal yang pertumbuhan selnya berlebihan yang menyerang kelenjar parotis. b. Etiologi Etiologi belum diketahui dengan pasti, dicurigai adanya keterlibat intrinsic genetic! dan factor ekstrensik lingkungan,gaya hidup!. "ejauh ini paparan radiasi ion sudah ditetapkan sebagai factor resiko yang didapatkan pula hipotesis penggunaan telepon genggam yang terlalu sering meningkatkan resiko terjadinya tumor parotis ini. c. Epidemiologi Tumor pada kelenjar liur relatif jarang terjadi, persentasenya kur #$ dari seluruh keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi, faktor genetik, dan kar pada dada. "ebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi pada kelenja dimana %&$ - '&$ dari seluruh tumor berasal dari parotis dan '($ dari tu adalah adenoma pleomorphic jinak benign pleomorphic adenomas!. d. )natomi dan *isiologi anatomi Kelenjar parotis adalah kelenjar salivaa terbesar dibandingka saliva lainnya dengan berat sekitar +&-#( gram. Terletak di lateral aja aurikula sampai ke posterior mandibula. Dile ati oleh nervus fas membaginya menjadi dua lobus yaitu lobus profunda dan lobus superficial.

Upload: dinardeby

Post on 03-Nov-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tumor Kelenjar Parotisa. Definisi Tumor didefinisikan sebagai jaringan atau benjolan abnormal yang pertumbuhan sel-selnya berlebihan dan tidak berkoordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal, kelenjar parotis adalah salah satu kelenjar saliva yang berpasangan berjumlah dua dan merupakan kelenjar saliva yang terbesar.Tumor kelenjar parotis memiliki arti benjolan abnormal yang pertumbuhan sel-selnya berlebihan yang menyerang kelenjar parotis.

b. EtiologiEtiologi belum diketahui dengan pasti, dicurigai adanya keterlibatan factor intrinsic (genetic) dan factor ekstrensik (lingkungan,gaya hidup). Sejauh ini paparan radiasi ion sudah ditetapkan sebagai factor resiko yang cukup besar, didapatkan pula hipotesis penggunaan telepon genggam yang terlalu sering juga meningkatkan resiko terjadinya tumor parotis ini.

c. EpidemiologiTumor pada kelenjar liur relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85%dari seluruh tumor berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic adenomas).

d. Anatomi dan FisiologianatomiKelenjar parotis adalah kelenjar salivaa terbesar dibandingkan kelenjar saliva lainnya dengan berat sekitar 15-30 gram. Terletak di lateral wajah yaitu pre aurikula sampai ke posterior mandibula. Dilewati oleh nervus fasialis yang membaginya menjadi dua lobus yaitu lobus profunda dan lobus superficial.. lobus superficial terletal di superficial dari bagian posterior otot maseter ke atas hingga ke arkus igomatikum, ke bawah mencapai margo inferior os mandibular . lobus profunda ke atas berbatasan dengan kartilago meatus akustikus eksternal, terletak antara prosesus mastoideus tulang temporal dan ramus mandibula.

Terdapat duktus stensen yang muncul dari anterior kelenjar parotis yaitu lateral otot maseter. Menembus jaringan lemak pipi dan otot businator. Ujung saluran ini berada di mukosa pipi rongga mulut, berhadapan dengan gigi molar kedua atas. Kelenjar parotis aksesorius dapat ditemukan di sepanjang bagian anterior kelenjar dan pada duktus stensen.

Vaskularisasi kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna, dimana arteri ini berjalan medial dari kelenjar parotis, kemudian mempercabangkan arteri maksilaris dan arteri temporalis superior. Arteri temporalis superor mempercabangkan arteri fasialis tranversalis yang berjalan di anterior zigomatikum dan saluran parotis, kemudian memperdarahi kelenjar parotis, saluran parotis dan otot maseter. Vena maksilaris dan vena temporalis superfisialis bersatu membentuk vena retromandibular yang berjalan di sebelah dalam nervus fasialis kemudian menyatu dengan vena jugularis eksterna.

Fungsi sekretorik di hantarkan melalui serabut saraf parasimpatis lewat saraf glosofaringeus. Dalam perjalanan yang rumit serabut saraf ini memasuki kelenjar parotis setelah melewati ganglion otak dan di hantarkan melalui saraf aurikulotemporalis.Lobus superfisialis dari kelenjar parotis mengandung kurang lebih 3-20 kelenjar limfe, terletak di antara kelenjar parotis dan kapsulnya. Kelenjar limfe ini merupakan saluran dari kelenjar parotis, liang telinga luar, daun telinga, kulit kepala, dan kelenjar air mata. Lapisan kedua terdapat padakelenjar parotis profunda dan merupakan saluran dari kelenjar parotis, liang telinga luar, telinga tengah, nasofaring dan palatum mole. Kedua system ini mengalir ke system limfe servikal superfisialis dan profunda.Nervus fasialis sebenanya terdiri dari serabut saraf motorik saja, mamun pada perjalanannya ke tepi, nervus intermedius bergabung dengannya. Nervus intermedius in tersusun oleh serabut sekremotorik untuk kelenjar saliva dan serabut yang menghantarkan impuls pengecap dari 2/3 bagian depan lidah.Sebagai saraf motorik mutlak nervus fasialis keluar dari foramen stilomastoideum dan memberikan cabang-cabang kepaa otot stilohioid dan venter posterior muskulus digastrikus dan otot-otot oksipitalis. Pangkal sisanya menuju ke glandula parotis, disitu ia bercabang-cabang lagi untuk mempersarafi otot wajah. Nervus fasialis ini dalam kelenjar parotis bercabang menjadi 5, yaitu:1. Cabang temporal ke otot frontalis2. Cabang zigoma ke otot orbicularis oculi3. Cabang bucal ke otot wajah dan bibir atas4. Cabang mandibular ke otot bibir bawah dagu5. Cabang cervical ke otot plastisma

FisiologiPada kondisi basal, sekitar 0.5 mm saliva yang hamper seluruhnya dari tipe mucus disekresikan setiap detik sepanjang waktu kecuali selama tidur sekresi menjadi sangat sedikit. Sekresi ini berperan penting dalam mempertahankan kesehatan rongga mulut. Saliva membantu mencegah proses kerusakan jaringan mulut yang dapat di sebabkan oleh bakteri dengan cara membantu membuang bakteri pathogen juga partikel partikel makanan yang member dukungan metabolic bagi bakteri dan saliva juga mengandung beberapa factor yang menghancurkan bakteri, salah satunya adalah ion tiosianat dan enzim proteolitik terutama lisozim. Terakhir saliva juga mengandung sejumlah besar antibody protein yang dapat menghancurkan bakteri rongga mulut termasuk yang dapat menyebabkan karies gigi.Setiap hari 1-2 liter saliva di produksi dan hamper semua nya di telan dan di reabsorbsi. Proses sekresi di bawah kendali saraf otonom, makanan dalam mulut merangsang serabut saraf yang berakhir pada nucleus pada traktus solitaries dan pada akhirnya merangsang nucleus saliva pada otak tengah. Pengeluaran saliva juga di rangsang oleh penglihatan, penciuman melalui impuls dari kerja korteks pada nucleus saliva batang otak. Aktivitas simpatis yang terus menerus menghambat produksi saliva seperti pada ansietas, obat-obatan yang menghambat aktivitas parasimpatis seperti obat anti depresan, tranquilizers dan analgesic jenis opiate dapat menyebabkan xerostomia.Saluran saliva relative impermiabel terhadap air dan mensekresi kalium, bikarbonat, kalsium, magnesium, ion fosfat dan air. Jadi produk akhir dari kelenjar air liur adalah hipotonik, cairan yang bersifat basa yang kaya akan kalsium dan fosfat yang dapat mencegah demineralisasi enamel gigi.

e. KlasifikasiTumor kelenjar parotis di klasifikasikan menurut WHO

Jinak (benigna)Ganas (maligna)

1. Plemorphic adenoma (mixed benign tumor)2. Monomorphic adenoma3. Papillarycystadenoma4. Lymphomatosum ( warthins tumor)1. Mucoepidermoid carcinoma2. Acinic cell carcinoma3. Adenoid cystic carcinoma4. Adenocarcinoma5. Epidermoid carcinoma6. Small cell carcinoma7. Lymphoma8. Malignant mixed tumor9. Carcinoma ex pleomorphic adenoma (carcinosarcoma)

Tumor Jinak Kelenjar Saliva :1. Pleomorfik adenoma (mixed benign tumor)Tumor tersering pada kelenjar liur dan paling sering terjadi pada kelenjar parotis. Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel jaringan ikat. Pertumbuhan tumor ini lambat berupa benjolan pada depan bawah dan telinga atau angulus mandibula yang tidak memberikan gejala. Kondisi ini membuat luput, sehingga pasien sering dating ke rumah sakit setelah terdapat benjolan lebih dari 1 tahun. Pada perabaan didapatkan masaa berbentuk bulat, permukaan licin, kadang berbenjol-benjol dan konsistensinya lunak, berbatas tegas, tampak berkapsul dan ukuran terbesarnya jarang melebihi 6 cm. walaupun tumor ini berkapsul, pemeriksaan histologik sering memperlihatkan tempat tumor menembus kapsul, oleh sebab itu diperlukan batas reseksi yang adekuat untuk mencegah residif. Meskipun tumor ini dianggap jinak, terdapat kasus kekambuhan yang berkali-kali dengan pertumbuhan yang berlebihan di mana tumor meluas dan mengenai daerah kanalis eksterna dan dapat meluas ke rongga mulut dan ruang parafaringeal. Tumor yang kambuh dapat mengalami degenerasi maligna, tetapi insidens ini kurang dari 6 persen. Terapi radiasi dapat diberikan terhadap tumor yang kambuh berulang kali dan tidak dapat direseksi diberikan pengobatan paliatif.

2. Limfomatosum Adenokistoma Papilar (Tumor Warthin)Tumor jinak kelenjar liur lain yang relatif sering. Tumor ini paling sering terjadi pada pria usia 50-60 tahun dan ada hubunganya dengan faktor resiko merokok. Tumor ini juga merupakan tumor yang paling sering terjadi bilateral. Tumor ini dikenali berdasarkan histologinya dengan adanya struktur papil yang tersusun dari lapisan ganda sel granular eusinofil atau onkosit, perubahan kistik, dan infiltrasi limfostik yang matang.Tumor ini berasal dari epitel duktus ektopik.CT-Scan dapat menunjukkan suatu massa dengan batas jelas pada bagian postero-inferior dari lobus superficial parotis. Jika pemeriksaanradiosialografidilakukan maka dapat dilihat peningkatan aktivitas yang berhubungan dengan adanya onkosit dan peningkatan isi dari mitokondrianya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histology. Terapi terdiri dari reseksi bedah dengan melindungi saraf fasialis. Tumor ini berkapsul dan tidak mungkin kambuh. Tumor Ganas Kelenjar SalivaDengan bertambahnya usia, kemungkinan bahwa massa dalam kelenjar liur menjadi ganas bertambah besar, pada umumnya yang sering terjadi pada orang dengan usia 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas.Berdasarkan derajat keganasannya, tumor kelenjar liur dapat dibagi menjadi derajat tinggi, sedang, dan rendah.

1. Tumor ganas derajat tinggiYang termasuk derajat tinggi yaitu:1. Karsinoma sel skuamosa2. Adenokarsinoma yang tidak berdiferensiasi3. Karsinoma adenokistik (silindroma) Karsinoma adenokistik (silindroma) merupakan tumor kelenjar liur spesifik yang termasuk tumor dengan potensial ganas derajat tinggi. Tumor ini di dapat pada 3 % dari seluruh tumor parotis, 15 % tumor submandibular, dan 30 % tumor kelenjar liur minor.Sebagian dari pasien merasa asimptomatik, walaupun sebagian besar tumor terfiksasi pada struktur di atas atau di bawahnya. Keterlibatan tulang terdapat pada 1,5 kasus, 25 % terdapat rasa sakit di wajah, 20 % terdapat keterlibatan nervus fasialis, dan metastasis limfatik terjadi sebanyak 15 %. Tumor ini ditandai dengan penyebaran perineural awal. Asal tumor ini dipikirkan dari sel mioepitel.Terdapat 3 pola pertumbuhanyaitu: cribriform, solid, dan tubular. Tumor ini berbeda dari tumor-tumor sebelumnya karena mempunyai perjalanan penyakit yang panjang ditandai oleh kekambuhan lokal yang sering, dan kekambuhan dapat terjadi setelah 15 tahun. Penderita dengan karsinoma adenokistik mempunyai angka harapan hidup tinggi hingga lima tahun, angka harapan hidup yang secara keseluruhan sepuluh tahun ditemukan kurang dari 20 persen.Terapi tumor ganas derajat tinggi meliputi reseksi bedah radikal tumor primer, jika perlu struktur vital yang berdekatan seperti mandibula, maksila, dan bahkan tulang temporalis. Agar eksisi yang sempurna pada tumor-tumor ganas ini, bagian saraf fasialis yang berdekatan dengan tumor harus dieksisi. Pencangkokan saraf untuk mengembalikan kontinuitas saraf dapat dipertimbangkan manfaatnya karena dapat mengembalikan fungsi saraf fasialis tersebut. Jika telah menunjukkan paralisis saraf fasialis, maka prognosisnya buruk.

2. Tumor ganas derajat sedang dan rendahYang termasuk jenis tumor derajat ini adalah karsinoma mukoepidermoid dan karsinoma sel asini.Jika tumor-tumor ini terjadi pada daerah kelenjar parotis,dilakukan parotidektomi total dan saraf fasialis dilindingi jika perlindingan ini tidak membahayakan reseksi total dari keganasan. Invasi langsung pada saraf akan menghalangi perlindungan bagian saraf tersebut. Potongan beku harus dilakukan untuk menyingkirkan adanya invasi saraf, dan invasi ini selalu terjadi pada bagian kranial. Jika memungkinkan dilakukan cangkok saraf pada waktu reseksi bedah.Pembedahan leher radikal bukan merupakan bagian rutin dari reseksi awal untuk keganasan parotis tetapi dibutuhkan jika teraba adanya metastasis servikal atau jika terdapat kekambuhan tumor ganas pada daerah parotis. Pembedahan leher radikal digabung dengan reseksi parotis radikal yang luas. Jika pada waktu operasi ditemukan bahwa salah satunya berhubungan dengan tumor ganas parotis, prosedur yang lebih disukai adalah parotidektomi total dengan pengangkatan sekitarnya, jaringan lunak yang berdekatan. Saraf fasialis dilindungi jika tidak membahayakan reseksi tumor. Cangkok saraf fasialis dilakukan jika mungkin, khususnya jika jaras saraf harus direseksi. Jika mungkin, bagian dari mata dilindungi, karena ini akan menyebabkan sejumlah masalah yang besar pasca-operasi. Nodus digastrikus bagian atas dan nodus-nodus di daerah kelenjar parotis diangkat pada waktu prosedur operasi awal. Jika nodus-nodus ini menunjukkan keganasa, dianjurkan pembedahan leher radikal komplit atau pengobatan radiasi pasca-operasi.Karsinoma mukoepidermoid dan karsinoma sel skuamosa merupakan tumor yang kemungkinan besar dapat menimbulkan metastasis servikal. Terdapat insiden sebesar 40 % adanya metastasis untuk karsinoma sel skuamosa dan 16 % untuk karsinoma mukoepidermoid. Karsinoma adenokistik, adenokarsinoma, dan karsinoma asini dapat bermetastasis langsung ke leher tetapi kemungkinan besar menyebar oleh karena perluasan langsung. Tumor ini juga kemungkinan besar menimbulkan metastasis secara hematogen ke paru-paru. Dilakukan reseksi untuk tumor-tumor parotis ini dan nodus subdigastrikus. Jika pada saat itu ditemukan terdapat metastasis, dapat dilakukan pembedahan leher total.Paralisis saraf fasialis merupakan tanda prognosis buruk, hal ini juga merupakan indikasi dari kemungkinan terbesar adanya metastasis servikal dan merupakan indikasi untuk dilakukan pembedahan leher radikal.Untuk terapi pasca-operasi dianjurkan terapi radiasi untuk kebanyakan tumor parotis ganas. Terapi radiasi tambahan dapat menurunkan angka kekambuhan total. Terapi radiasi bukan merupakan terapi pengganti untuk reseksi bedah yang adekuat dan tidak menurunkan angka kekambuhan jika batas tumor positif.Prognosis untuk dewasa dengan tumor parotis ganas tergantung dari stadium dan ukuran tumor pada saat ditemukan, ada atau tidaknya paralisis saraf fasialis, dan menunjukkan metastasis servikal. Patologi spesifik dari tumor penting dalam memastikan harapan hidup dan prosedur operasi yang luas diperlukan. Keluhan awal dari nyeri dalam beberapa penelitian menunukkan tanda prognosis yang buruk.Karsinoma sel asiniTerjadi pada sekitar 3 % dari tumor parotis. Tumor ini menyerang lebih banyak wanita dibanding pria. Puncak insidens antara usia dekade 5 dan 6.Terdapat metastasis ke nodus servikal pada 15% kasus. Tanda patologik khas adalah adanya amiloid.Asal mula sel ini dipikirkan dari komponen serosa asinar dan sel duktus intercalated.

Karsinoma duktus salivaTumor ini jarang, menyerupai kanker duktus mammae. Duktus Stensen lebih sering terkena dibandingkan dengan duktus Wharton. Tumor ini memiliki kecenderungan untuk terjadi berulang pada tempat yang sama (35%) dan dapat berkembang ke metastasis jauh (62%), dengan hanya 23 % pasien yang dapat hidup selama 3 tahun.Karsinoma mioepitelTumor ini jarang. Tumor ini unik karena terdapat diferensiasi mioepitel dengan struktur immunohisto-kimia dan struktur ultra yang unik. Diobati dengan radiasi pasca operasi dan kemoterapi jika diindikasikan. Limfoma malignaLimfoma maligna primer dari kelenjar saliva jarang, pada umumnya di dapat pada lelaki usia tua. Hal ini juga diamati pada sekitar 5-10% pasien dengan tumor Warthin kelenjar parotis. Terapi optimal adalah biopsy dengan terapi radiasi pada daerah itu. Prognosis lebih baik untuk limfoma kelenjar saliva daripada limfoma nodus dengan penampilan histology yang mirip.Klasifikasi TNM dari Tumor Kelenjar Liur Primary Tumor (T)TXPrimary tumor cannot be assessed.

T0No evidence of primary tumor.

T1Tumor 2 cm in greatest dimension without extraparenchymal extension.b

T2Tumor >2 cm but 4 cm in greatest dimension without extraparenchymal extension.b

T3Tumor >4 cm and/or tumor having extraparenchymal extension.b

T4aModerately advanced disease.

Tumor invades skin, mandible, ear canal, and/or facial nerve.

T4bVery advanced disease.

Tumor invades skull base and/or pterygoid plates and/or encases carotid artery.

aReprinted with permission from AJCC: Major salivary glands (parotid, submandibular, and sublingual) . In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 79-86.

bExtraparenchymal extension is clinical or macroscopic evidence of invasion of soft tissues. Microscopic evidence alone does not constitute extraparenchymal extension for classification purposes.

Regional Lymph Nodes (N)aReprinted with permission from AJCC: Major salivary glands (parotid, submandibular, and sublingual) . In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 79-86.

NXRegional lymph nodes cannot be assessed.

N0No regional lymph node metastasis.

N1Metastasis in a single ipsilateral lymph node, 3 cm in greatest dimension.

N2Metastasis in a single ipsilateral lymph node, >3 cm but 6 cm in greatest dimension.

Metastases in multiple ipsilateral lymph nodes, 6 cm in greatest dimension.

Metastases in bilateral or contralateral lymph nodes, 6 cm in greatest dimension.

N2aMetastasis in a single ipsilateral lymph node, >3 cm but 6 cm in greatest dimension.

N2bMetastases in multiple ipsilateral lymph nodes, 6 cm in greatest dimension.

N2cMetastases in bilateral or contralateral lymph nodes, 6 cm in greatest dimension.

N3Metastasis in a lymph node, > 6 cm in greatest dimension.

Distant Metastasis (M)aReprinted with permission from AJCC: Major salivary glands (parotid, submandibular, and sublingual) . In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 79-86.

M0No distant metastasis.

M1Distant metastasis.

Anatomic Stage/Prognostic Groups

StageTNM

aReprinted with permission from AJCC: Major salivary glands (parotid, submandibular, and sublingual) . In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 79-86.

IT1N0M0

IIT2N0M0

IIIT3N0M0

T1N1M0

T2N1M0

T3N1M0

IVAT4aN0M0

T4aN1M0

T1N2M0

T2N2M0

T3N2M0

T4aN2M0

IVBT4bAny NM0

Any TN3M0

IVCAny TAny NM1

f. Penegakan Diagnosis1. AnamnesisPada anamnesis harus ditanyakan mengenai radiasi terdahulu pada daerah kepala-leher, operasi yang pernah dilakukan pada kelenjar ludah dan penyakit tertentu yang dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar ini (diabetes,sirosis,hepatitis, alkoholisme). Juga obat-obat seperti opiate, antihipertensi, derivate fenotiazin, diazepam, dan klordiazepoksid dapat menyebabkan pembengkakan, karena obat-obat ini menurunkan fungsi kelenjar ludah.2. Pemeriksaan FisikDengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada gerakan dapat ditentukan apakah ada pembengkakan abnormal dan dimana, bagaimana keadaan kulit dan selaput lendir di atasnya dan bagaimana keadaan fungsi nervus fasialis. Kadang-kadang pada inspeksi sudah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitarnya, dan langsung tampak adanya trismus. Penderita juga harus diperiksa dari belakang, untuk dapat melihat asimetrisitasyangmungkin lolos dari perhatian kita.Palpasi yang dilakukan dengan teliti dapat mengarah ke penilaian lokalisasi tumor dengan tepat, ukuran (dalam cm), bentuknya, konsistensi, dan hubungan dengan sekelilingnya. Jika mungkin palpasi harus dilakukan bimanual. Palpasi secara sistematis dari leher untuk limfadenopati dan tumor Warthin yang jarang terjadi juga harus dilakukan.Berikut ini kelainan patologi yang dapat terjadi :

1.Penyakit dengan metastase ke kelenjar lymph2.Reactive lymph nodes3.HIV infection4.Sarcoidosis5.Masseteric hypertrophy6.Chronic parotitis7.Lymphangioma (paediatric)8.Haemangioma.3. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan sitologik (biopsi jarum kecil) sangat penting dalam diagnostic pembengkakan yang dicurigai tumor kelenjar ludah. Dengan metode ini pada umumnya dapat dicapai diagnosis kerja sementara. Dan pada mayoritas tumor klinis dan sitologik benigna, tidak diperlukan lagi pemeriksaan tambahan dengan pencitraan.Foto rontgen kepala dan leher dapat menunjukkan ada atau tidak ada gangguan tulang, atau mungkin penting juga untuk diagnostic diferensial (batu kelenjar ludah; kelenjar limfe yang mengalami kalsifikasi). Foto toraks diperlukan untuk menemukan kemungkinan metastasis hematogen. Dengan ekografi atau CT, tetapi lebih baik lagi dengan MRI dapat diperoleh gambaran mengenai sifat pembatasan dan hubungan ruang tumornya: ukuran, lokalisasi, letaknya di dalam atau di luar kelenjar limfe. Adenoma pleomorf dapat dibedakan dari tumor kelenjar ludah yang lain dengan MRI. Metode ini tidak dapat membedakan antara tumor benigna dan maligna. Pemeriksaan dengan rontgen kontras glandula parotidea dan glandula submandibularis (sialografi) diperlukan untuk pemeriksaan lebih lanjut inflamasi (kronik) atau kalsifikasi dan dapat mempunyai arti untuk diagnosis diferensial.

g. TerapiTerapi pembedahan pada tumor parotis : 1. Stadium I : a. Derajat rendah, standard terapi : Pembedahan. Dapat dipertimbangkan terapi radiasi setelah operasi jika positif safe margin pada tumor.b. Derajat tinggi, standar terapi : Pembedahan. Terapi radiasi postoperative dapat meningkatkan lokal control dan meningkatkan angka harapan hidup.2. Stadium II :a. Derajat rendah, standar terapi : Pembedahan saja atau dengan terapi radiasi setelah operasi. Kemoterapi dapat dipertimbangkan, saat terapi radiasi tidak dapat dilakukan.b. Derajat tinggi, standar terapi : Pembedahan. Terapi radiasi postoperative dapat meningkatkan lokal control dan meningkatkan angka harapan hidup.

3. Stadium III :a. Derajat rendah, standar terapi : Pembedahan saja atau dengan terapi radiasi setelah operasi. Kemoterapi dapat dipertimbangkan, saat terapi radiasi tidak dapat dilakukan, tumor residif atau tidak berespon dengan radiasi.

b. Derajat tinggi, standar terapi : Pembedahan. Terapi radiasi postoperative dapat meningkatkan lokal control dan meningkatkan angka harapan hidup.

4. Stadium IV :Pasien dengan kanker kelenjar ludah stadium IV harus dipertimbangkan calon untuk uji klinis. Kanker mungkin responsif terhadap kombinasi terapi kemoterapi dan radiasi. Pasien dengan lesi metastasis dapat dipertimbangkan untuk uji klinis. Kemoterapi yaitu menggunakan doxorubicin, cisplatin, siklofosfamid, dan fluorouracil sebagai agen tunggal atau dalam berbagai kombinasi dikaitkan dengan tingkat respon tumor terhadap kemoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Frank H. Netter, MD. Atlas of Human Anatomy. 5th edition. Elsevier. Philadelpia. 2009. Head and Neck. 2. Shah, Jatin. Patel, Snehal. Singh, Bhuvanesh. Head and Neck Surgery and Oncology, Fourth edition. Philadelphia: Elsevier Inc. 2012. 3. Salivary Gland cancer treatment. National Cancer Institute at National Institutes of Health www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatments/salivarygland/healthprofessional/page84. Neoplastic salivary gland swellings . Free online resource , http:// www.surgical-tutor.org.uk/default-home.htm?specialities/ent/salivary_neoplasia.htm~right. 5. Sjamsuhidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC 1997.