wattmeter.docx
DESCRIPTION
pengukur dayaTRANSCRIPT
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
Nama : Siti Masitoh
NPM : 140310100033
WATTMETER
Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaannya dalam satuan
watt di mana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter. Wattmeter digunakan
untuk mengukur daya listrik searah (DC) maupun bolak-balik (AC). Ada 3 tipe Wattmeter
yaitu Elektrodinamometer, Induksi dan Thermokopel. Namun yang paling banyak
digunakan adalah wattmeter elektrodinamik atau elektrodinamometer, karena sesuai dengan
karakteristiknya.
1. Tipe-tipe Wattmeter, antara lain :
1.1 Wattmeter Elektrodinamometer
Wattmeter tipe elektrodinamometer terdiri dari satu pasang kumparan yaitu
kumparan yang tetap disebut kumparan arus dan kumparan yang berputar disebut
dengan kumparan tegangan, sedangkan alat penunjuknya akan berputar melalui suatu
sudut, yang berbanding lurus dengan hasil perkalian pada arus-arus yang melalui
kumparan-kumparan tersebut.
1.2 Wattmeter Induksi
Alat ukur tipe induksi mempunyai pula sepasang kumparan-kumparan yang
bebas satu dan lainnya, seperti alat ukur wattmeter elektrodinamometer. Susunan ini
menghasilkan momen yang berbanding lurus dengan hasil kali dari arus-arus yang
melalui kumparan-kumparan tersebut, dengan demikian dapat pula dipergunakan
sebagai alat pengukur watt. Untuk memungkinkan hal ini F1 dalam gambar ini
didapat dari arus beban I dan F2 dari tegangan beban V. Perlu diperhatikan bahwa
F2 akan mempunyai sudut fasa sebesar 90° terlambat terhadap V. Hubungan antara
fasa-fasa diperlihatkan dalam gambar 4-8, dan menurut persamaan di dapat :
Gambar 1.1 Diagram vektor wattmeter jenis elektrodinamometer dan Diagram vektor wattmeterjenis induksi
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
1.3 Wattmeter Thermokopel
Alat pengukur watt tipe thermokopel merupakan contoh dari suatu alat
pengukur yang dilengkapi dengan sirkuit perkalian yang khusus. Konfigurasi alat
ukur ini diperlihatkan dalam gambar 4-9. Bila arus-arus berbanding lurus terhadap
tegangannya, dan arus beban dinyatakan sebagai maka akan didapatkan :
Gambar 1.2 Prinsip wattmeter jenis thermokopel
2. Prinsip Dasar Wattmeter Eletrodinamik atau Elektrodinamometer
Instrumen ini cukup familiar dalam desain dan konstruksi elektrodinamometer
tipe ammeter dan voltmeter analog. Kedua koilnya dihubungkan dengan sirkuit yang
berbeda dalam pengukuran power. Koil yang tetap atau field coil dihubungkan secara
seri dengan rangkaian, koil bergerak dihubungkan paralel dengan tegangan dan
membawa arus yang proporsional dengan tegangan. Sebuah tahanan non-induktif
dihubungkan secara seri dengan koil bergerak supaya dapat membatasi arus menuju
nilai yang kecil. Karena koil bergerak membawa arus proposional dengan tegangan
maka disebut pressure coil atau voltage coil dari wattmeter.
Gambar 2.1 rangkaian Wattmeter
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
Gambar 2.2 Konektivitas wattmeter
Pada wattmeter dapat terjadi error, antara lain :
1. Error pada akibat hubungan berbeda.
2. Error akibat induktansi kumparan tegangan.
3. Error akibat kapasistansi pada rangkain kumparan tegangan.
4. Error karena medan liar.
5. Error karena arus Eddy.
2.1 Wattmeter Satu Fasa
Elektrodinamometer dipakai secara luas dalam pengukuran daya, dan dapat
dipakai untuk menunjukkan daya searah (DC) maupun daya bolak-balik (AC) untuk
setiap bentuk gelombang tegangan dan arus dan tidak terbatas pada gelombang sinus
saja. Elektrodinamometer yang digunakan sebagai voltmeter atau kumparan-
kumparan yang diam dihubungkan seri dengan tahanan penbatas arus dan membawa
arus kecil (IP). Arus sesaat didalam kumparan yang berputar adalah IP = e/RP
dimana e adalah tegangan sesaat pada jala-jala dan RP adalah tahanan total,
kumparan berputar beserta tahanan serinya.
Gambar 2.3 Wattmeter satu fasa
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
Defleksi kumparan putar sebanding dengan perkalian IC dan IP dan untuk defleksi
rata-rata selama satu perioda dapat dituliskan :
Dimana :
rata-rata = defleksi sudut rata-rata kumparan
K = konstanta instrumen
IC = arus seasaat dalam kumparan medan
IP = arus sesaat di dalam kumparan-kumparan potensial
Dengan menganggap sementara Ic sama dengan arus beban I
(secara aktual : Ic = Ip + I); dan
menggunakan nilai Ip = e/Rp; maka didapatkan :
Menurut definisi, daya rata-rata didalam suatu rangkaian adalah :
Elektrodinamometer yang dihubungkan dalam konfigurasi gambar 2.3 mempunyai
defleksi yang sebanding dengan daya rata-rata. Jika f dan I adalah besaran sinus
dengan bentuk e = Em sin (wt) dan I = Im sin (wt + f ) maka persamaan (*) berubah
menjadi :
dimana E dan I menyatakan nilai - nilai rms tegangan dan arus f menyatakan sudut
fasa antara tegangan dan arus.
Wattmeter elektrodinamometer membutuhkan sejumlah daya untuk
mempertahankan medan magnetnya, tetapi ini biasanya begitu kecil dibandingkan
daya beban sehingga dapat diabaikan, Jika diperlukan pembacaan daya yang tepat,
kumparan arus harus persis membawa arus beban, dan kumparan potensial harus
dihubungkan diantara terminal beban.
Dengan menghubungkan kumparan potensial ke titik A, tegangan beban terukur
dengan tepat. Tetapi arus yang melalui kumparan-kumparan medan lebih besar
sebanyak IP. Berarti wattneter membaca lebih tinggi sebesar kehilangan daya daya
tambahan didalam rangkaian potensial. Tetapi, jika rangkaian potensial dihubungkan
ke titik B, kumparan medan mencatat arus yang tepat, tetapi tegangan pada
kumparan potensial akan lebih besar sebanyak penurunan tegangan pada kumparan-
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
kumparan medan. Juga wattmeter akan mencatat lebih tinggi, tetapi dengan
kehilangan sebesar I.R di dalam kumparan medan.
Cara penyambungan yang tepat tergantung pada situasi. Umumnya,
sambungan kumparan potensial pada titik A lebih diinginkan untuk beban-beban
arus tinggi, tegangan rendah, sedang sambungan kumparan potensial pada titik B
lebih diinginkan untuk beban-beban arus rendah, dan tegangan tinggi.
Kesulitan dalam menempatkan sambungan kumparan potensi diatasi dengan
wattmeter yang terkompensasi. Kumparan arus terdiri dari dua kumparan, masing-
masing mempunyai jumlah lilitan yang sama. Salah satu kumparan menggunakan
kawat besaran yang membawa arus beban ditambah arus untuk kumparan potensial.
Gulungan lain menggunakan kawat kecil (tipis) dan hanya membawa arus ke
kumparan tegangan. Tetapi arus ini berlawanan dengan arus didalam gulungan besar,
menyebabkan fluks yang berlawanan dengan fluks utama. Berarti efek I dihilangkan
dan wattmeter menunjukkan daya yang sesuai.
2.2 Wattmeter Banyak Fasa
Pengukuran daya dalam suatu sistem fasa banyak, memerlukan pemakaian dua
atau lebih wattmeter. Kemudian daya nyata total diperoleh dengan menjumlahkan
pembacaan masing-masing wattmeter secara aljabar. Teorema Blondel menyatakan
bahwa daya nyata dapat diukur dengan mengurangi satu elemen wattmeter dan
sejumlah kawat-kawat dalam setiap fasa banyak, dengan persyaratan bahwa satu
kawat dapat dibuat common terhadap semua rangkaian potensial. Gambar 4-4
menunjukkan sambungan dua wattmeter untuk pengukuran konsumsi daya oleh
sebuah beban tiga fasa yang setimbang yang dihubungkan secara delta.
Kumparan arus wattmeter 1 dihubungkan dalam jaringan A, dan kumparan
tegangan dihubungkan antara (jala-jala, line) A dan C. Kumparan arus wattmeter 2
dihubungkan dalam jaringan B , dan kumparan tegangannya antara jaringan B dan C.
Daya total yang dipakai oleh beban setimbang tiga fasa sama dengan penjumlahan
aljabar dari kedua pembacaan wattmeter. Diagram fasor gambar 4-5 menunjukkan
tegangan tiga fasa VAC, VCB, VBA dan arus tiga fasa IAC, ICB dan IBA. Beban
yang dihubungkan secara delta dan dihubungkan secara induktif dan arus fasa
ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut.
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
Gambar 2.4 Konfigurasi Wattmeter
Kumparan arus wattmeter 1 membawa arus antara IA’A yang merupakan
penjumlahan vector dan arus-arus fasa IAC dan IAB. Kumparan potensial wattmeter
1 dihubungkan ke tegangan antara VAC. Dengan cara sama kumparan arus
wattmeter 2 membawa arus antara IB’B yang merupakan penjumlahan vektor dari
arus-arus fasa IBA dan IAC, sedang tegangan pada kumparan tegangannya adalah
tegangan antara VBC. Karena beban adalah setimbang, tegangan fasa dan arus-arus
fasa sama besarnya dan dituliskan :
Daya dinyatakan oleh arus dan tegangan masing-masing wattmeter
adalah:
W1 = VAC. IAA Cos (30°- θ) = V I Cos (30°- θ)
W2 = VBC. IBB Cos (30° + θ) = V I Cos (30° + θ)
Dan
W1 + W2 = V I Cos (30°- θ) + V I Cos (30° + θ)
= V I[(Cos 30°.Cos θ + Sin 30°.Sin θ) + (Cos 30°.Cos θ - Sin 30°.Sin θ)]
= 3 V I Cos θ
Persamaan diatas merupakan besarnya daya total dalam sebuah rangkaian tiga
fasa, dan karena itu kedua wattmeter pada gambar secara tepat mengukur daya total
tersebut. Dapat ditunjukkan bahwa penjumlahan aljabar dari pembacaan kedua
wattmeter akan memberikan nilai daya yang benar untuk setiap kondisi yang tidak
setimbang. Jika kawat netral dari system tiga fasa juga tersedia seperti halnya pada
beban yang tersambung dalam hubungan bintang 4 kawat, sesuai dengan teorema
Blondel, diperlukan tiga wattmeter untuk melakukan daya nyata total.
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
Gambar 2.5 Diagram fasor tegangan tiga fasa VAC, VCB, VBA dan arus
tiga fasa IAC, ICB dan IBA.
3. Cara Pengukuran
3.1 Wattmeter Satu Fasa
Ada beberapa cara Pengukuran Daya Satu Fasa, antara lain :
3.1.1 Dengan menggunakan Wattmeter
Suatu Wattmeter satu fasa dapat langsung mengukur daya yang diserap
beban, karena semua besaran arus dan Cos sydah tercakup di dalamnya.
Rangkaian pengkuran dengan Wattmeter satu fasa dapat dilihat pada gambar
dengan daya yang diukur adalah :
P = E I Cos
Gambar 3.1 Rangkaian pengukuran daya bolak-balik satu fasa dengan watt meter.
Kesalahan pada Wattmeter satu fasa antara lain adalah disebabkan oleh
sifat induktif kumparan tegangan. Hal ini menyebabkan arus yang mengalir pada
kumparan tegangan tidak sefasa dengan tegangan yang diukur.
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
3.1.2 Metoda 3 Voltmeter dan 3 Amperemeter
Pengukuran satu fasa dapat dilakukan memakai 3 Voltmeter (lihat gambar
8) dari diagram vector didapat :
V1 = V2 + V3 + 2V2 + V3 Cos
Karena itu daya pada beban dapat dihitung dengan rumus :
PL =
V 32−V 2
2−V 12
2R
Gambar3.2 Pengukuran daya 1 fasa dengan 3 voltmeter dan diagram vektor metoda 3
amperemeter.
3.1.3 Pengukuran daya satu fasa dapat juga dilakukan dengan menggunakan 3
Amperemeter.
Gambar 3.3 Pengukuran daya 1 fasa dengan 3 amperemeter dan diagram vektor.
Dari diagram vector didapat : I1 = I2 +I3 + 2 I2 + I3 Cos
Dan daya yang dapat dihitung dengan rumus :
PL =
R2
( I 32−I 2
2−I 12 )
3.2 Wattmeter Tiga Fasa
Pengukuran daya listrik AC tiga phasa adalah pengukuran daya yang dilakukan
untuk rangkaian listrik AC tiga phasa. Pengukuran daya listrik 3 phasa dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara atau metoda sesuai dengan alat ukur yang
digunakan diantaranya :
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
1. Menggunakan satu wattmeter satu phasa
Suatu metode pengukuran daya yang hanya menggunkan 1 wattmeter satu
pasa, pengukuran hanya dilakukan pada salah satu pasanya. Kedua pasa yang
lainnya tidak diukur. Diagram rangkaiannya seperti pada di gambar di bawah ini
:
Gambar 3.4 Pengukuran daya menggunakan satu Wattmeter satu fasa
Metode ini digunakan untuk pengukuran daya beban 3 pasa seimbang,
seperti motor listrik tiga pasa. Pengukuran tidak harus pada seluruh pasanya.
Besar daya pasa sama dengan besar penunjukkan wattmeter. Sedang besar daya
total beban tiga kali besar penunjukkan wattmeter.
2. Menggunakan dua wattmeter satu phasa
Suatu metode pengukuran daya yang menggunakan 2 wattmeter satu pasa,
pengukurannya dilakukan pada jaringan. Kedua pasa yang lainnya tidiukur.
Diagram rangkaiannya seperti gambar dibawah ini:
Gambar 3.5 Pengukuran daya menggunakan dua Wattmeter satu fasa
Metode dengan menggunakan dua wattmeter satu pasa digunakan untuk
mengukur daya total dari beban, daya setiap pasanya tidak diketahui. Disamping
itu arus dan tegangan yang terukur adalah arusa dan tegangan jaringan. Besar
daya total merupakan penjumlahan kedua wattmeter. Metode ini digunakan
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
untuk pengukuran daya beban 3 pasa secara umum. Besar daya setiap pasa tidak
terbaca.
3. Menggunakan tiga wattmeter satu phasa
Suatu metode pengukuran daya yang menggunakan 3 wattmeter satu pasa.
Pengukuran dilakuakan pada setiap pasa. Diagram rangkaiannya seperti gambar
di bawah ini:
Gambar 3.6 Pengukuran daya menggunakan tiga Wattmeter satu fasa
Metode ini digunakan untuk pengukuran daya beban tiga pasa secara
umum. Besar daya setiap pasa dapat diketahui yaitu sebesar penunjukkan
masing – masing wattmeter. Dapat diketahui perbedaan pembebanan setiap
pasanya. Metode pengukuran daya yang menggunakan 3 wattmeter satu pasa,
juga dapat dilakukan seperti gambar dibawah ini. Besar daya setiap pasa dapat
diketahui yaitu sebesar penunjukkan masing – masing wattmeter. Dapat
diketahui perbedaan pembebanan setiap pasanya.
4. Menggunakan satu wattmeter tiga phasa
Suatu metode pengukuran daya yang menggunakan 1 wattmeter tiga pasa,
pengukuran dilakukan sekaligus ketiga pasanya. Kedua pasa yang lainnya tidak
diukur. Diagram rangkaiannya seperti gambar berikut ini.
Gambar 3.7 Pengukuran daya menggunakan satu Wattmeter tiga fasa
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
4. Aplikasi Wattmeter pada alat KWh
Elemen alat ukur watt jam satu fasa ditunjukkan pada gambar dibawah dalam
bentuk skema. Kumparan arus dihubungkan seri dengan jala-jala, dan kumparan
tegangan dihubungkan paralel. Kedua kumparan yang dililitkan pada sebuah kerangka
logam dengan desain khusus melengkapi dua rangkaian maghnit. Sebuah piringan
aluminium ringan digantung di dalam senjang udara medan kumparan arus yang
menyebabkan arus pusar mengalir di dalam piringan. Reaksi arus pusar dan medan
kumparan tegangan membangkitkan sebuah torsi (aksi motor) terhadap piringan dan
menyebabkannya berputar.
Gambar 4.1 Konstruksi Watt Jam (KWH) Meter
Torsi yang dibangkitkan sebanding dengan kuat medan kumparan tegangan dan
arus pusar di dalam piringan yang berturut-turut adalah fungsi kuat medan kumparan
arus. Berarti jumlah putaran piringan sebanding dengan energi yang telah dipakai oleh
beban dalam selang waktu tertentu, dan diukur dalam kilowatt-jam (kWh, kilowatt jam).
Poros yang menopang piringan aluminium dihubungkan melalui susunan roda gigi ke
mekanisme jam dipanel alat ukur, melengkapi suatu pembacaan kWh yang terkalibrasi
dalam desimal. Redaman piringan diberikan oleh dua maghnit permanen kecil yang
ditempatkan saling berhadapan pada sisi piringan. Bila piringan berputar, maghnit-
maghnit permanen mengindusir arus pusar di dalamnya. Arus-arus pusar ini bereaksi
dengan medan maghnit dari maghnit-maghnit permanen kecil dan meredam gerakan
piringan. Kalibrasi alat ukur watt jam dilakukan pada kondisi beban penuh yang diijinkan
dan pada kondisi 10% dari beban yang diijinkan.
Pada beban penuh, kalibrasi terdiri dari pengaturan posisi maghnit-maghnit
permanent kecil agar alat ukur membaca dengan tepat. Pada beban-beban yang sangat
ringan, komponen tegangan dari medan menghasilkan suatu torsi yang tidak berbanding
langsung dengan beban. Kompensasi kesalahan diperoleh dengan menyisipkan sebuah
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
kumparan pelindung atau pelat diatas sebagian kumparan tegangan dengan membuat alat
ukur bekerja pada 10% beban yang diijinkan. Kalibrasi alat ukur pada kedua posisi ini
biasanya menghasilkan pembacaan yang memuaskan untuk semua bebanbeban lainnya.
Sebuah alat ukur watt jam satu fasa ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.2 Bagian Mekanik KWH Meter Tipe Induksi Dan Elektromekanik
Keterangan : Kumparan tegangan, yang dihubungkan paralel dengan beban Kumparan
arus, dihubungkan seri dengan beban Stator Piringan Aluminium Rotor Rotor brake
magnets Spindle dengan worm gear Display dial : 1/10, 10 dan 1000 , 1, 100 dan
10000.dials berputar searah jarum jam.
Meter induksi elektromekanik beroperasi dengan menghitung putaran dari cakram
aluminium yang dibuat berputar dengan kecepatan proporsional dengan power yang
digunakan. Alat ini mengkonsumsi power yang kecil sekitar 2 watts. Cakram metalik
bekerja dengan dua kumparan. Kumparan satu disambungkan dengan sebuah benda yang
menghasilkan flux magnetik yang proporsional dengan tegangan dan kumparan kedua
disambungkan dengan benda yang menghasilkan flux magnetik yang proporsional
dengan arus. Keadaan ini menghasilkan eddy currents di cakram dan efeknya adalah gaya
yang digunakan dalam cakram proporsional dengan hasil arus dan tegangan. Magnet
permanen menggunakan gaya berlawanan yang proporsional dengan kecepatan rotasi
cakram, hal ini menyebabkan sebuah pengereman yang menyebabkan cakram berhenti
berputar. Tipe meter yg didiskripsikan di atas digunakan pada AC fasa tunggal.
Perbedaan konfigurasi antara fasa tunggal dan tiga fasa adalah terletak adanya tambahan
kumparan tegangan dan arus.
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
Gambar 4.3 Meter induksi elektromekanik, 100 A 230/400 V. Cakram baling-baling aluminium horisontal
merupakan pusat meter
Pengukuran energi dalam sistem tiga fasa dilakukan oleh alat ukur watt jam fasa
banyak. Kumparan arus dan kumparan tegangan dihubungkan dengan cara yang sama
seperti wattmeter tiga fasa. Masing-masing fasa alat ukur watt jam mempunyai rangkaian
maghnetik dan piringan tersendiri, tetapi semua piringan dijumlahkan secara mekanis dan
putaran total permenit dari poros sebanding dengan energi total tiga fasa yang dipakai.
Paper Mata Kuliah “Instrumentasi dan Pengukuran”
DAFTAR PUSTAKA
http://elektronika-dasar.com/instrument/prinsip-kerja-wattmeter-elektrodinamometer/
http://elektronika-dasar.com/instrument/wattmeter-1-satu-fasa/
http://dc312.4shared.com/doc/XDTA_ebm/preview.html
http://indriezone.blogspot.com/2009/06/bab-iv-wattmeter.html