wwf.pdf
DESCRIPTION
asaTRANSCRIPT
-
TINJAUAN PUSTAKA
Papan komposit polimer
Komposit Polimer Kayu adalah komposit yang mengandung kayu dari
berbagai bentuk yang berfungsi sebagai pengisi (filler) dan resin thermoset
ataupun thermoplastic yang berfungsi sebagai matriks atau perekat. Kelahiran
industri papan komposit polimer menyangkut pertemuan dua industri yaitu,
industri kayu dan plastik, yang keduanya memiliki pengetahuan, kepakaran dan
perspektif yang sangat berbeda. Sampai saat ini industri papan komposit polimer
masih merupakan bagian kecil dari keseluruhan industri perkayuan, namun sudah
menciptakan pasar tertentu terutama di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang.
Menurut studi pasar terkini di USA, pasar papan komposit polimer adalah 320
ribu ton pada tahun 2001 dan diprediksi akan meningkat lebih dari dua kali lipat
pada tahun 2005 (Clemons, 1997).
Komposit kayu merupakan istilah untuk menggambarkan setiap produk
yang terbuat dari lembaran atau potonganpotongan kecil kayu yang direkat
bersama-sama. Mengacu pada pengertian di atas, komposit serbuk kayu plastik
adalah komposit yang terbuat dari plastik sebagai matriks dan serbuk kayu sebagai
pengisi (filler), yang mempunyai sifat gabungan keduanya. Penambahan filler ke
dalam matriks bertujuan mengurangi densitas, meningkatkan kekakuan, dan
mengurangi biaya per unit volume. Dari segi kayu, dengan adanya matrik polimer
di dalamnya maka kekuatan dan sifat fisiknya juga akan meningkat (Febrianto
1999 dalam Setyawati 2003). Menurut Maloney, (1993) komposit kayu
merupakan istilah untuk menggambarkan setiap produk yang terbuat dari
lembaran atau potonganpotongan kecil kayu yang direkat bersama-sama.
Universitas Sumatera Utara
-
Pembuatan komposit dengan menggunakan matriks dari plastik yang telah
didaur ulang, selain dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu, juga dapat
mengurangi pembebanan lingkungan terhadap limbah plastik disamping
menghasilkan produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti kayu.
Keunggulan produk ini antara lain : biaya produksi lebih murah, bahan bakunya
melimpah, fleksibel dalam proses pembuatannya, kerapatannya rendah, lebih
bersifat biodegradable (dibanding plastik), memiliki sifat-sifat yang lebih baik
dibandingkan bahan baku asalnya, dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan,
serta bersifat dapat didaur ulang (recycleable). Beberapa contoh penggunaan
produk ini antara lain sebagai komponen interior kendaraan (mobil, kereta api,
pesawat terbang), perabot rumah tangga, maupun komponen bangunan (jendela,
pintu, dinding, lantai dan jembatan) (Youngquist, 1995: Febrianto, 1999).
Proses Pembuatan
Pada dasarnya pembuatan komposit serbuk kayu plastik daur ulang tidak
berbeda dengan komposit dengan matriks plastik murni. Komposit ini dapat
dibuat melalui proses satu tahap, proses dua tahap, maupun proses kontinyu. Pada
proses satu tahap, semua bahan baku dicampur terlebih dahulu secara manual
kemudian dimasukkan ke dalam alat pengadon (kneader) dan diproses sampai
menghasilkan produk komposit. Pada proses dua tahap bahan baku plastik
dimodifikasi terlebih dahulu, kemudian bahan pengisi dicampur secara bersamaan
di dalam kneader dan dibentuk menjadi komposit. Kombinasi dari tahap-tahap ini
dikenal dengan proses kontinyu. Pada proses ini bahan baku dimasukkan secara
bertahap dan berurutan di dalam kneader kemudian diproses sampai menjadi
produk komposit (Han dan Shiraishi, 1990). Umumnya proses dua tahap
Universitas Sumatera Utara
-
menghasilkan produk yang lebih baik dari proses satu tahap, namun proses satu
tahap memerlukan waktu yang lebih singkat.
Gambar 1 : Langkah- langkah dalam pembuatan papan komposit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Di Indonesia perkebunan kelapa sawit pertama kali dikembangkan dan
diusahakan secara massal di Sumatera Utara dan Lampung sejak tahun 1970
(Bakar, 2003). Sekarang sawit telah menyebar di hampir seluruh Nusantara dan
menjadi primadona subsektor perkebunan dengan luas 5,2 juta hektar pada tahun
2006.
Tanaman sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif
dan bagian generatif. Bagian vegetatif sawit meliputi akar, batang, dan daun
sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri dari
bunga dan buah (Fauzi et. al. 2004).
Klasifikasi Tanaman Sawit
Klasifikasi botani kelapa sawit diuraikan sebagai berikut (Hadi, 2004) :
Divisio : Tracheophyta
Subdivisio : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Penyiapan Filler
Penyiapan Matriks
Blending Pembentukan Pengujian
Universitas Sumatera Utara
-
Subkelas : Monocotiledonae
Ordo : Cocoidae
Familia : Palmae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq
Varietas : Dura, Psifera, Tenera
Varietas kelapa sawit digolongkan berdasarkan (Fauzi et al, 2004) :
1. Ketebalan tempurung dan daging buah, diantaranya yaitu Dura, Pisifera,
Tenera, Macro carya, dan Diwikka-wakka.
2. Warna kulit buah yaitu : Nigrescens, Virescens, dan Albescens.
Kandungan Batang Kelapa Sawit
Batang kelapa sawit dan kelapa mempunyai sifat yang sangat beragam dari
bagian luar ke pusat batang dan sedikit bervariasi dari bagian pangkal ke ujung
batang.penting dari setiap bagian batang disajikan pada Tabel 1.
Salah satu masalah serius dalam pemanfaatan batang kelapa sawit adalah
sifat higroskopis yang berlebihan. Meskipun telah dikeringkan hingga mencapai
kadar air kering tanur, batang kelapa sawit dapat kembali menyerap uap air dari
udara hingga mencapai kadar air lebih dari 20%. Pada kondisi ini beberapa jenis
jamur dan cendawan dapat tumbuh subur baik pada permukaan maupun bagian
dalam kelapa sawit. Hal ini terutama berhubungan dengan karakteristik kimia
kelapa sawit yang memiliki kandungan ekstraktif (terutama pati) yang lebih
banyak dibandingkan kayu biasa seperti agathis dan jati. Perbedaan karakteristik
kimia antara batang kelapa sawit, agathis dan jati disajikan pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
-
Tabel 1. Sifat-sifat Dasar Batang Kelapa Sawit dan Kelapa
Sifat-sifat Penting Spesies Kelapa Sawit Kelapa Berat Jenis 0,28 0,60 Kadar Air, % 260 60 Kekauan Lentur, Kg/cm2 8800 13500 Keteguhan Lentur, Kg/cm2 53 131 Susut Volume, % 38 10 Kelas Awet V III Kelas Kuat V III
Sumber : Bakar (2003) dan Choon et al (1991)
Tabel 2. Karakteristik Kimia Batang Kelapa Sawit, Agathis dan Jati Sifat Kimia Sawit Agathis Jati Kandungan, % Selulosa 54,38 52,4 47,5 Lignin 23,95 24,7 29,9 Pentosan 19,36 12,6 14,4 Abu 2,02 1,1 1,4 Silika 1,34 0,1 0,4 Kelarutan, % Alkohol, benzene 8,90 2,0 4,6 Air Dingin 12,02 0,6 1,2 Air Panas 16,37 1,3 11,1 1% NaOH 24,87 7,3 19,8 Kelas Kuat III-V V V
Sumber : Balfas (2003)
Limbah Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit menghasilkan limbah padat yang berlimpah
sepanjang tahun dan pemanfaatan limbah ini masih terbatas. Limbah padat kelapa
sawit yang tersedia adalah berupa tandan kosong, pelepah dan batang kelapa
sawit. Ketiga jenis limbah padat ini mengandung lignisellulosa yang mungkin
dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai produk-produk serat. Berdasarkan
lokasi pembentukannya, limbah hasil perkebunan kelapa sawit digolongkan
menjadi dua kelompok.
Universitas Sumatera Utara
-
1. Limbah lapangan
Merupakan sisa tanaman yang ditinggalkan waktu panen, peremajaan atau
pembukaan areal perkebunan baru. Contoh limbah lapangan adalah batang,
ranting, daun, pelepah, dan gulma hasil penyiangan kebun. Setiap pembukaan
perkebunan baru, dihasilkan kayu tebangan hutan antara 40-50 m3/tahun.
2. Limbah pengolahan
Merupakan hasil ikutan yang terbawa pada waktu panen hasil utama dan
kemudian dipisahkan dari produk utama waktu proses pengolahan. Pemanfaatan
batang kelapa sawit sebagai substitusi kayu tropis memiliki aspek lingkungan
yang sangat baik dalam kaitannya dengan upaya nasional dan intenasional dalam
penyelamatan hutan tropis (Balfas, 2003). Pemanfaatan batang kelapa sawit
sebaiknya dimanfaatkan berdasarkan sifat kimia dan fisika yang terkandung dalam
batang. Cara pemanfaatan batang kelapa sawit yang tepat adalah sebagai berikut :
1. Bagian bawah sampai ketinggian 2 meter dapat dimanfaatkan untuk furniture.
Karena pada bagian ini mempunyai karakteristik khusus, yaitu terdapat
bercak-bercak hitam yang popular disebut sebagai tiger wood yang dapat
dijadikan sebagai perabot eksotik.
2. Bagian atas (> 2 meter) dapat dimanfaatkan untuk papan serat atau papan
partikel (Lubis et.al, 1994).
Polimer
Polimer adalah molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari
perulangan satuan-satuan monomernya. Istilah makromolekul lebih
menggarisbawahi struktur-struktur yang kompleks. Berkembang dari pangkal
polimer alam, kini telah dikembangkan pula berbagai sistem polimer sintetik yang
Universitas Sumatera Utara
-
rumit dan kebanyakan berasal dari bahan baku turunan minyak bumi. Beberapa
sistem polimer yang paling penting secara industri adalah karet, plastik, serat,
pelapis (coating) sampai perekat (adhesive) (Hartomo et.al., 1992).
Polimer merupakan obyek kajian yang amat rumit. Oleh karena itu, dibuat
pengelompokan-pengelompokan polimer. Menurut Hartomo et.al. (1992), polimer
dapat dikelompokkan berdasarkan :
1. Secara struktur, terdiri atas polimer yang merupakan molekul individual, ada
yang bercabang, ada yang merupakan jaringan raksasa makroskopik. Ada
yang bercabang, ada polimer linier. Gugus-gugusnya ada yang acak, ada yang
terarah tertentu.
2. Secara keadaan fisik, terdiri atas yang kristal, nirtata (disordered), yang nirtata
dapat gelas (sifatnya getas), yang lelehan bercirikan viskositas cairan, yang
elastis seperti karet.
3. Menurut reaksinya terhadap lingkungan, yang mempengaruhi pemrosesannya
dan penggunaannya, terbagi atas thermoplastic (mempunyai suhu defleksi/
menjadi lembek) dan thermoset.
4. Pengelompokkan secara kimia sesuai dengan gugus yang dikandungnya,
terbagi atas eter, ester, hidroksil, vinil dan sebagainya.
5. Menurut pemakaiannya polimer terbagi atas perekat, serat, karet, plastik,
pelapis dan sebagainya. Banyak polimer yang dapat berfungsi lebih daripada
kelompok tersebut.
Universitas Sumatera Utara
-
Plastik
Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan
kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar,
yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset.
Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi
bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan
kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah dalam bentuk thermoplastic.
Plastik thermoplastik adalah plastik yang dapat dicetak berulang-ulang
dengan adanya panas. Yang termasuk plastik thermoplastik antara lain : PE
(Polietilena), PP (Polipropilena), PS (Polisterena), ABS (Akriloniteril, Butadiena
dan Stirena), Nylon, PET (Polietilen Terephthalate), Polyacetal (POM), PC
(Polivinil-klorida) dll. Sedangkan plastik thermoseting adalah plastik yang apabila
telah mengalami kondisi tertentu tidak dapat dicetak kembali karena bangun
polimernya berbentuk jaringan tiga dimensi. Yang termasuk plastik thermoseting
adalah : PU (Poly Urethena), UF (Urea Formaldehyda), MF (Melamine
Formaldehyda), Polyester, Epoksi dll. Untuk membuat barang-barang plastik agar
mempunyai sifat-sifat seperti yang dikehendaki, maka dalam proses
pembuatannya selain bahan baku utama diperlukan juga bahan tambahan atau zat
aditif (Tsoumis, 1991).
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus
meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan
plastik impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar
136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam
Universitas Sumatera Utara
-
kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut
diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai
konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Menurut
Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap
rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata
setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah
tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara
lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air,
maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi
lingkungan (YBP, 1986).
Polipropilena Murni
Polipropilena (PP) adalah merupakan salah satu polimer termoplastik,
yang dibuat oleh industri kimia dan digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi
seperti, pembungkus makanan, bahan tekstil, barang-barang plastik dan berbagai
jenis barang bekas yang boleh digunakan lagi serta komponen-komponen
otomotif. Menurut Amstead et.al. (1993), polipropilena dapat dibentuk dengan
berbagai teknik termoplastik. Bahan ini memiliki sifat-sifat listrik yang baik, nilai
nampak dengan kekuatan yang tinggi, sangat tahan terhadap suhu dan bahan-
bahan kimia. Filament tunggal polipropilena dianyam menjadi tali/ tambang, jala
dan tekstil. Contoh produk lain adalah alat untuk peralatan rumah sakit dan
laboratorium, mainan anak-anak, koper, perabot, lembaran untuk pengemasan
makanan, kotak televisi dan isolasi listrik.
Polipropilena lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup
Universitas Sumatera Utara
-
mengkilap (Winarno dan Jenie, 1983). Monomer polipropilena diperoleh dengan
pemecahan secara thermal naphtha (distalasi minyak kasar) etilena, propilena dan
homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan destilasi pada temperatur
rendah. Dengan menggunakan katalis Natta- Ziegler polipropilena dapat diperoleh
dari propilena (Birley, et al., 1988)
Gambar 2. Rumus Bangun Polipropilena
Tabel 3. Karakteristik Polipropilena Deskripsi Polipropilena
Densitas pada suhu 200C (g/ cm3) Suhu melunak (0C) Titik lebur (0C) Kristalinitas (%) Indeks fluiditas MOE (kg/ cm2) Tahanan volumetrik (ohm/ cm2) Konstanta dielektrik (60 108 cycles) Permeabilitas gas Nitrogen Oksigen Gas karbon Uap air
0,90 149 170 60 70 0,2 2,5 11.000 13.000 1017 2,3 - 4,4 23 92 600
Sumber : Bost (1980) dalam Syarief et.al. (1989)
Polipropilena Daur Ulang
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan
oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik
dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu
Universitas Sumatera Utara
-
sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak
terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah
tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana,
yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi
dan sebagainya (Sasse et.al.,1995).
Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan
plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan
mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat
dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di
Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya
adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya
tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek
pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan
untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar
(Syafitrie, 2001).
Bost (1980) dalam Syarief et.al. (1989), mengatakan bahwa sifat-sifat
utama polipropilena yaitu :
1. Ringan (kerapatan 0,90 g/ cm3), mudah dibentuk, tembus pandang dan jernih
dalam bentuk film.
2. Mempunyai kekuatan tarik yang lebih besar dari polietilena, pada suhu rendah
akan rapuh, dalam bentuk murni pada suhu -300C mudah pecah sehingga perlu
ditambah polietilena atau bahan lain untuk memperbaiki ketahanan terhadap
benturan.
Universitas Sumatera Utara
-
3. Lebih kaku dari polietilena dan tidak gampang sobek sehingga lebih mudah
penanganannya.
4. Permeabilitas uap air redah, perrmeabilitas gas sedang.
5. Tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 1500C.
6. Titik leleh cukup tinggi pada suhu 1700C.
7. Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak, tidak terpengaruh oleh pelarut
pada suhu kamar kecuali HCl.
8. Pada suhu tinggi polipropilena akan bereaksi dengan benzena, siklena,
toluena, terpentin dan asam nitrat kuat.
Tabel 4. Sifat Fisis Mekanis Beberapa Hasil Penelitian Pembuatan Papan Komposit Polimer dengan Menggunakan Polipropilena Daur Ulang
Sifat Fisis Mekanis
SNI 03-2105-1996
JIS A 5908-2003
Setyawati (2003)
Mulyadi (2001)
Putri (2002)
Sarumaha (2009)
Kerapatan (g/cm3) 0.5 - 0.9 0,4 - 0,9 0,64 - 0,66 0,73 0,77 0,62-0,82 Kadar Air (%)
-
Bahan Aditif
Menurut Mujiarto (2005) bahan tambah aditif pada material plastik
berupa:
Penstabil (stabilizer)
Stabilizer berfungsi untuk mempertahankan produk plastik dari kerusakan,
baik selama proses, dalam penyimpanan maupun aplikasi produk.
UV stabilizer
UV stabilizer berfungsi mencegah kerusakan batang plastik akibat
pengaruh sinar matahari. Hal ini dikarenakan sinar matahari mengandung sinar
ultra violet dengan panjang gelombang 3000-4000 0A yang mampu memecah
sebagian besar senyawa kimia terutama senyawa organik.
Antioksidan
Antioksidan berfungsi mencegah atau mengurangi kerusakan produk
plastik karena pengaruh oksidasi yang dapat menyebabkan pemutusan rantai
polimer.
Maleated polipropilena (MAPP) memiliki tingkat leleh 13 g/menit dan
titik lebur 1600C dan digunakan sebagai modifikator untuk serat kayu, komposit
polipropilena murni dan polipropilena daur ulang. MAPP biasanya digunakan
untuk memodifikasi hubungan antara serat dengan matriks, sehingga dengan
adanya MAPP dapat meningkan ikatan antara serat kayu alami dengan
polipropilena daur ulang (Karina et.al, 2007).
Universitas Sumatera Utara
-
Penggerek Kayu di Laut (Marine Borer)
Organisme perusak kayu dilaut sering disebut dengan marine borer.
Organisme ini dapat menyebabkan kerusakan yang luas pada bagian- bagian
tiang-tiang dan kayu-kayu dermaga yang bersentuhan dengan air asin atau
setengah air asin dan perahu- perahu yang terbuat dari kayu. Binatang ini tersebar
luas di sebagian besar perairan asin di dunia dan lebih banyak merusak di daerah-
daerah tropis dari pada di daerah sub tropis (Hunt dan Granat, 1986 ).
Di daerah tropis organisme ini dapat berkembang dengan subur dan
dijumpai sepanjang tahun. Pada umumnya organisme ini hidup pada perairan yang
mempunyai salinitas sekitar 10-40 per mil. Aktivitas perkembangan penggerek
kayu di laut dipengaruhi oleh temperatur, salinitas, arus, pasang surut, gerakan
ombak dan lain sebagainya (Muslich dan Sumarni, 1987).
Adapun penggerek kayu dilaut yang sering dijumpai dan banyak
menimbulkan kerusakan pada kayu terdiri atas dua golongan yaitu crustaceae dan
mollusca. Kedua golongan ini masing-masing mempunyai karakteristik yang
berbeda, demikian pula cara menyerangnya. Dua tipe serangan yang dikenal
adalah shipworn dan gribble. Tipe shipworn merupakan tipe penyerangan pada
crustaceae dengan menempel pada bagian kayu dengan pengeboran yang
cenderung lebih pendek sedangkan tipe gribble merupakan tipe penyerangan pada
mollusca dengan merusak kayu dengan cara mengebor dan membuat serambi
kecil untuk tempat tinggalnya (Muslich dan Sumarni, 1998).
Crustaceae
Kira- kira ada lebih dari 25.000 spesies Crustacea, kebanyakan kecil dan
hampir mikroskopik. Di dalam ekosistem kolam atau danau dan terutama dalam
Universitas Sumatera Utara
-
ekosistem laut, konsumen tingkat pertama terutama terdiri atas sejumlah besar
hewan crustaceae. Hewan- hewan ini menjadi makanan utama hewan-hewan lain,
dari ikan yang sangat kecil sampai ikan paus raksasa. Teritip (Lepas sp) wujudnya
sangat berbeda dengan hewan- hewan crustacea yang lain. Walaupun larvanya
hidup dengan berenang- renang bebas, tetap larva ini segera beristirahat dan
selanjutnya hidup melekat pada suatu permukaan yang keras di laut, misalnya
lunas kapal, malahan dapat melekat pada punggung hewan lain, misalnya penyu
(Muslich dan Sumarni, 1987).
Kelas Crustaceae memiliki tiga genera yang penting yaitu limnoria,
chelura, dan shpaeroma. Ketiga genera ini memperbanyak diri dengan bertelur.
Limnoria disebut juga gribble merusak kayu dengan cara mengebor dan membuat
serambi kecil untuk tempat tinggalnya. Serangan limnoria terlihat seperti bunga
karang. Besar kecilnya gerakan air laut dapat mempengaruhi aktifitas dari
limnoria, semakin besar gerakan air laut akan semakin besar dorongan limnoria
membuat lubang untuk tempat berlindungnya, sehingga akan memperluas
kerusakan kayu. Jenis lain dari kelas crustaceae adalah chelura dan sphaeroma.
Sphaeroma lebih destruktif dibandingkan dengan limnoria, umumnya
terdapat di perairan tropik dan subtropik. Struktur badannya hampir sama dengan
limnoria, tetapi ukurannya jauh lebih besar dan kuat. Saluran-saluran serangan
pada kayu lebih lebar dan dapat mencapai kedalaman tiga sampai empat inchi
(Muslich dan Sumarni, 1987).
Mollusca
Mollusca memperlihatkan keanekaragaman yang luas dalam pola
strukturnya. Beberapa mollusca mempunyai dinding yang terbagi- bagi menjadi
Universitas Sumatera Utara
-
banyak bagian. Tetapi ada pula anggota-anggotanya yang tidak mempunyai
dinding. Beberapa jenis merayap pada permukaan yang keras. Jenis lainnya
bergerak sangat perlahan- lahan dengan susah payah melalui pasir dan lumpur,
sedangkan ada lagi yang menggunakan pancaran air untuk maju, seperti ikan
gurita dan cumi-cumi.
Beberapa genera terpenting dari kelas Mollusca yaitu bankia, teredo,
martesia dan xylophage. Bankia dan teredo termasuk dalam famili teredinidae
sedangkan martesia dan xylophege termasuk dalam famili pholadidae. Teredo dan
bankia sering disebut terenide borer atau shipworn, binatang ini dapat hidup dan
berkembang normal di air yang mempunyai salinitas 10 30 per mil. Jenis lain
dari mollusca adalah martesia dan xylophage. Martesia striata linne merupakan
salah satu species yang dijumpai di perairan pantai yang mempunyai bentuk
seperti buah pir. Kerusakan yang dapat ditimbulkan dapat mudah diketahui,
berupa pengikisan bagian luar kayu dengan lubang- lubang yang dangkal.
Sedangkan Xylophage dorsalis selain merusak kayu juga merusak kawat yang ada
di laut. Jenis ini mempunyai panjang tidak lebih dari 40 mm (Muslich dan
Sumarni, 1998).
Larva dari organisme ini bebas bergerak dalam air dan menempel pada
tiang- tiang dan kayu lain yang terendam, kemudian melubangi kayu dan masuk
ke dalam kayu. Sekali berada dalam kayu, binatang ini melanjutkan pengeboran
dan menerobos kayu yang cukup untuk pertumbuhan tubuhnya (Hunt dan Garratt,
1986). Lubang yang terbentuk dari kegiatan pengeboran binatang ini biasanya
tegak lurus dari permukaan, panjang dan diameternya sesuai dengan ukuran
cangkangnya. Kerusakan yang disebabkannya dapat dengan mudah dikenal
Universitas Sumatera Utara
-
berupa lubang kayu yang dangkal pada permukaan kayu yang diserang dan
kadang- kadang hewan tersebut juga terlihat.
Larva cacing kapal menempel pada permukaan kayu dan hanya membuat
lubang masuk yang kecil di permukaan kayu tersebut. Sekali ada di dalam,
cacing- cacing tersebut membuat lubang-lubang yang tidak teratur sepanjang
serat. Jika organisme ini tumbuh, lubang-lubang tersebut menjadi bertambah besar
hingga kayu menyarang lebah seluruhnya. Lubang-lubang dilapisi dengan bahan
yang terbentuk seperti kerang. Cacing kapal sering terpusat dekat garis lumpur
pada tonggak atau pancang dan meninggalkan bukti luar yang kecil tentang
kehadirannya hingga kerusakan menjadi berat (Hunt dan Garratt, 1986).
Kulit dan kepala cacing kapal mengikis habis kayu untuk membentuk
lubang-lubang. Bagian belakang tubuhnya tetap berada pada kedua dekat lubang
masuk untuk dapat memperoleh air dan mengeluarkan sisa-sisa. Jika cacing kapal
memanjang dan bersembunyi lebih dalam dari lubang masuknya, panjangnya
dapat mencapai beberapa kaki (Muslich dan Sumarni, 1998).
Kerusakan oleh folad serupa dengan kerusakan oleh cacing kapal kecuali
bahwa pengeborannya cenderung lebih pendek. Folad mencapai panjang sampai
2,5 inchi. Folad tetap tampak seperti kerang berkatup dua ketika tumbuh,
sedangkan cacing kapal hanya mempunyai satu kulit pada kepalanya. Folad
menyerang pangkal- pangkal kayu dengan kerusakan yang lebih besar daripada
Limnoria karena lebih mudah dikenal dan terdapat pada lapisan permukaan.
Daerah penyerangan utama adalah kayu yang terkena pasang surut (Hunt dan
Garratt,1986).
Universitas Sumatera Utara