aitakata
DESCRIPTION
haiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Carpal tunnel syndrome merupakan gangguan pada neuropati jepitan yang
paling banyak dijumpai, yaitu terjebaknya nervus medianus di dalam
terowongan karpal pada pergelangan tangan, dibawah fleksor retinakulum.
Carpal tunnel syndrome spontan pertama kali dipublikasikan oleh Piere
Marie dan C. Foix pada tahun 1913. Bermacam–macam istilah dipakai untuk
menggambarkan keadaan klinis ini, Schulze 1893 memakai istilah parestesi
akral (acroparaesthesia). Pada tahun 1938 istilah sindrom terowongan karpal
(Carpal Tunnel Syndrome) diperkenalkan oleh Moersch. Sejak itu mulai
dilakukan bermacam-macam tes provokasi untuk mempertajam penegakan
diagnosis dan cara-cara penanganan serta pengobatannya.
Carpal tunnel syndrome umumnya menyerang sistem saraf, akibat adanya
tekanan pada saraf medial pada pergelangan carpal tunnel. Pada tahun 1995
Ellis, melaporkan bahwa penderita carpal tunnel syndrome di negara Amerika
lebih dari 5 juta orang. Biasanya carpal tunnel syndrome ini diderita oleh pria
dan wanita yang berusia antara 35 dan 55 tahun. Dan sekitar 500.000 ahli
bedah tiap tahunnya mengoperasi penderita carpal tunnel syndrome.
Umumnya wanita penderita carpal tunnel syndrome yang melakukan operasi
berusia 45 sampai 55 tahun, sedangkan laki-laki penderita carpal tunnel
syndrome yang melakukan operasi berusia diatas 65 tahun. Biasanya operasi
dilakukan oleh seseorang yang baru mengetahui adanya gejala carpal tunnel
syndrome, yang gejalanya sudah mendekati 2-3 bulan. Operasi juga dilakukan
bila gejala ini telah berlangsung lama, sekitar 1 tahun.
Carpal tunnel syndrome juga dapat ditangani oleh seorang fisioterapis
yang telah mendalami ilmu fisioterapi. Fisioterapi adalah ilmu yang
menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat
gerak atau fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan proses
atau metode terapi gerak.
Berdasarkan kompetensi yang dimiliki, seorang fisioterapis mempunyai
keterampilan yang lebih baik dalam mengobati pasien yang menderita carpal
1
tunnel syndrome, karena fisioterapis memiliki pengetahuan yang lebih banyak
mengenai sistem gerak. Selain itu juga fisioterapis memiliki kelebihan dalam
menangani penederita carpal tunnel syndrome, seorang fisioterapis memiliki
keahlian dalam menyembuhkan tanpa operasi dan injeksi, melainkan
menggunakan modalitas-modalitas yang dimiliki oleh fisioterapi, seperti
modalitas alat dan terapi gerakan latihan untuk penderita carpal tunnel
syndrome.
Dengan begitu diharapkan dengan adanya tenaga fisioterapis dapat
mengurangi dampak resiko pada operasi dan injeksi, dan lebih mengutamakan
metode terapi yang jauh lebih aman, serta diharapkan pula penderita carpal
tunnel syndrome dapat berkurang.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang masalah, maka secara garis besar rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana cara fisioterapis menangani penderita carpal tunnel syndrome?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fisioterapi pada Penderita Carpal Tunnel Syndrome
1. Carpal Tunnel Syndrome
Carpal tunnel syndrome merupakan gangguan pada neuropati jepitan
yang paling banyak dijumpai, yaitu terjebaknya nervus medianus di dalam
terowongan karpal pada pergelangan tangan, dibawah fleksor retinakulum.
Carpal tunnel syndrome spontan pertama kali dipublikasikan oleh
Piere Marie dan C. Foix pada tahun 1913. Bermacam-macam istilah
dipakai untuk menggambarkan keadaan klinis ini, Schulze 1893 memakai
istilah parestesi akral (acroparaesthesia). Pada tahun 1938 istilah
sindroma terowongan karpal (Carpal Tunnel Syndrome) diperkenalkan
oleh Moersch. Sejak itu mulai dilakukan bermacam-macam tes provokasi
untuk mempertajam penegakan diagnosis dan cara-cara penanganan serta
pengobatannya.
Berikut adalah beberapa hasil kesimpulan berdasarkan beberapa
penelitian yang telah dilakukan, yaitu :
1. Carpal tunnel syndrome merupakan bagian terbesar dari semua
neuropati jebakan.
2. Wanita lebih banyak terkena dibandingkan pria, terutama diatas usia
40 tahun.
3. Mengenai kedua tangan tetapi lebih sering dan lebih berat mengenai
tangan yang dominan.
4. Banyak ditemukan pada orang yang melakukan pekerjaan tangan
tertentu, kadang dapat hilang dengan mengganti aktivitas tersebut.
Wibowo BS pada penelitiannya di Jakarta mendapatkan hasil tidak
jauh berbeda yaitu:
1. Wanita lebih sering terkena dengan perbandingan 6,25:1.
2. Lebih sering mengenai tangan kanan (4:1) atau lebih berat pada tangan
kanan (2,22:1) bila bilateral.
3. Terbanyak mengenai golongan usia 46-50 tahun.
3
a. Anatomi Carpal
Terowongan karpal terletak di pergelangan tangan.
Kerangkanya dibentuk oleh 8 buah tulang karpal yang tersusun atas
dua deret. Deretan proksimal terdiri dari (lateral ke medial) tulang
navikulare, lunatum, triqetrum dan pisiformis. Deretan distal terdiri
dari (lateral ke medial) tulang trapesium (Multangulum mayus),
trapezoidum (Mulatangulum minus), kapitatum dan hamatum. Di
bagian proksimal tulang-tulang karpal ini bersendi dengan bagian
distal tulang radius dan tulang ulna, sedangkan distal dari deretan
distal bersendi dengan tulang-tulang metakarpl. Deretan proksimal
dengan distal berhubungan melalui sendi-sendi midkarpal. Tulang-
tulang karpal ini melengkung dengan bagian konkaf menghadap ke
arah volar. Persendian yang banyak ini menyebabkan bermacam-
macam pergerakan pergelangan, terutama sendi radiokarpal dan sendi
midkarpal. Di samping itu, ligamen yang menghubungkan masing-
masing sendi juga banyak mempengaruhi posisi tulang-tulang tersebut.
Pada permukaan volar pergelangan tangan terdapat penebalan
fasi yang disebut fleksor retinakulum dan terdiri dari 2 lapisan fasia
yaitu ligamen karpi palmaris (volaris) dan ligamen karpi transversum.
Ligamen karpi palmaris (volaris) berjalan melintang dari prosesus
stiloideus tulang ulnaris ke prosesus stiloeideus tulang radius.
Ligamen karpi transversum menutupi lengkungan tulang-tulang karpal
pada permukaan palmar sehingga membentuk terowongan karpal.
Pada sisi ulnar ligamen ini melekat pada tulang pisiformis dan pengait
tulang hamatum, sedangkan di sisi radial melekat pada tuberositas
tulang naviculare dan trapesium
Pada orang dewasa ukuran terowongan ini dapat dilalui satu
jari. Luas penampang tersempit lebih kurang 2,5 cm dan panjangnya
lebih kurang 9-16 mm. Dalam terowongan ini terdapat 10 struktur
yaitu nervus medianus, fleksor polisis longus untuk ibu jari dan 8 tendo
fleksor digitorum masing-masing dua setiap jari. Pada potongan
melintang pergelangan tangan melalui terowongan karpal, terlihat
4
nervus medianus terletak langsung di bawah ligamen karpi
transversum dan di puncak semua tendon-tendon fleksor.
Nervus medianus terbentuk dari fasikulus lateralis asal radiks
C5, C6, C7 dan fasikulus medialis asal radiks C8 dan Th1. Setelah
memberi cabang pada otot-otot lengan bawah untuk berbagai gerakan
lengan jari-jari tangan, di bawah ligamen karpi tranversum nervus
medianus bercabang dua, yang lateral (motorik) mempersarafi
abduktor polisis brevis, fleksor polisis brevis, oponen dan otot
lumbrikalis ke satu dan ke dua, sedangkan cabang sensorik
mempersarafi bagian volar jari-jari 1, 2, 3 dan setengah lateral jari ke 4
serta di bagian dorsal hanya bagian distal ujung-ujung jari tersebut.
Kulit telapak tangan bagian tengah agak ke radial dipersarafi cabang
kutaneus palmaris yang berasal dari nervus medianus juga, tapi
dipercabangkan sebelum memasuki terowongan karpal, sehingga pada
carpal tunnel syndrome, daerah ini tidak mengalami gangguan.
Selain dari yang telah disebutkan di atas, kadang-kadang
terdapat variasi anatomis, misalnya variasi letak nervus medianus,
anomali persarafan otot-otot intrinsik tangan (Martin-Gruber
anastomosis) sehingga otot-otot mendapat persarafan kembar.
Disamping itu ada lagi variasi anatomis berupa otot-otot aberant atau
arteri medianus yang persisten. Variasi-variasi anatomis ini perlu
diingat, sebab dapat mempengaruhi penilaian pada pemeriksaan carpal
tunnel syndrome.
Secara histologi nervus medianus terdiri dari juluran
protoplasma neuron yang disebut akson. Akson ini diselubungi oleh
sel schwan, dan diantara 2 sel schwan terdapat celah yang disebut
nodus ranvier. Serabut saraf yang berdiameter kecil merupakan akson
tidak bermielin, beberapa akson diselubungi satu sel schawn. Serabut
saraf ini memiliki kecepatan hantar saraf rendah; untuk menyampaikan
impuls suhu dan nyeri. Serabut saraf yang berdiameter besar
diselubungi serangkaian sel schawn. Serabut saraf ini memiliki
5
kecepatan hantar saraf tinggi yang berguna untuk menyampaikan
impuls motorik dan propioseptif.
Masing-masing serabut saraf ini dibungkus oleh lapisan
endoneurium yang merupakan jaringan ikat longgar. Beberapa
kelompok saraf dalam endoneurium bergabung lagi dalam fasikulus
yang dilapisi jaringan ikat padat perineurium. Jaringan ikat ini terdiri
dai anyaman kolagen dan serabut elastik yang berfungsi melindungi
saraf dari peregangan dan menghambat difusi, berperan juga sebagai
sawar darah saraf (blood nerve barier) sehingga dapat
mempertahankan tekanan intra fasikuler. Pada lapisan terluar terdapat
jaringan ikat longgar epineurium yang berperan mengatasi tekanan
pada saraf.
Nervus medianus di daerah pergelangan tangan mendapat darah
dari cabang arteri nutrien sisi ulnar, proksimal ligamen
karpitransversum, dan cabang arteri arkus palmaris superfisialis distal
ligamen karpitransversum. Menurut Blunt bahwa tepat dalam
terowongan karpal, nervus medianus terletak di daerah yang relatif
avaskuler, sehingga di tempat ini nervus medianus peka terhadap
gangguan.
Persarafan tangan dilakukan oleh nervus radialis, nervus medianus
dan nervus ulnaris. Dari ketiga saraf ini hanya nervus medianus yang
melewati terowongan karpal, sehingga pada carpal tunnel syndrome
menimbulkan gangguan fungsi nervus medianus dari terowongan
karpal ke distal, walaupun rasa nyeri kadang-kadang dapat dirasakan
sampai ke arah proksimal di leher tempat nervus medianus berasal.
Selain fungsi motoris dan sensoris, nervus medianus juga merupakan
saraf simpatis, sehingga ketiga fungsi ini dapat terganggu pada carpal
tunnel syndrome.
b. Patofisiologi Carpal Tunnel Syndrome
Sebelum kita menentukan terapi, kita perlu mengenal secara
singkat, mengapa sampai terjadi carpal tunnel syndrome ini. Ada
beberapa teori yang diajukan, umumnya para ahli berpendapat bahwa
6
faktor mekanik dan vaskuler sangat berperan dalam terjadinya carpal
tunnel syndrome ini.
Sebagian besar carpal tunnel syndrome terjadi perlahan-lahan
(kronis). Pada jaringan pelindung tendon yaitu tenosynovium
membengkak, dicurigai karena cairan synovial yang berfungsi
melindungi dan melumasi tendon tertimbun, terjadi juga penebalan
fleksor retinakulum. Kedua keadaan ini akan menekan nervus
medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama pada nervus
medianus akan menyebabkan tekanan intrafasikuler meninggi.
Keadaan ini menyebabkan perlambatan aliran vena. Kongesti ini lama-
lama akan mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi
anoksia yang akan merusak endotel, menimbulkan kebocoran protein
sehingga terjadi edema epineural. Hipotesis ini dapat menerangkan
keluhan yang sering pada carpal tunnel syndrome yaitu berupa rasa
nyeri dan sembab terutama malam atau pagi hari, yang akan berkurang
setelah tangan yang bersangkutan digerak-gerakan atau diurut,
mungkin karena perbaikan dari gangguan vaskuler ini.
Bila keadaan berlanjut terjadi fibrosis epineural dan merusak
serabut saraf. Selanjutnya saraf menjadi atrofi dan diganti jaringan ikat
sehingga fungsi nervus medianus akan terganggu.
Pada carpal tunnel syndrome yang akut, biasa terjadi kompresi
yang melebihi tekanan perfusi kapiler, sehingga terjadi gangguan
mikrosirkulasi saraf. Saraf menjadi iskemik, terjadi peninggian
tekanan fasikuler yang juga akan memperberat keadaan iskemik ini.
Selanjutnya terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan
edema yang menimbulkan terganggunya sawar darah saraf dan
selanjutnya merusak saraf tersebut. Pengaruh mekanik atau tekanan
langsung pada saraf tepi dapat pula menimbulkan invaginasi nodus
ranvier dan demieliminasi setempat sehingga konduksi saraf
terganggu. Selainnya dari faktor mekanik dan vaskuler ini mungkin
ada keadaan lain yang membuat nervus medianus tertekan dalam
terowongan karpal.
7
Terdapat juga beberapa kondisi medis yang mempunyai
hubungan dengan kejadian carpal tunnel syndrome seperti:
1. Diabetes, dicurigai karena keadaan ini menyebabkan hipoperfusi
dan hipoksia jaringan sehingga mempercepat progresifitas
pembengkakan dan pembentukan jaringan ikat.
2. Penyakit paru obstruktif kronik, asma, emfisema dan bronchitis
kronik diduga karena terdapat penurunan suplai oksigen.
3. Penyakit autoimun atau keadaan sistem imun yang abnormal
seperti pada SLE, rheumatoid atrhritis dan hipotiroid juga
menimbulkan inflamasi di terowongan karpal.
4. Gangguan pada otot, jaringan ikat dan tulang seperti arthritis,
gout, amyloidosis, akromegali juga meningkatkan resiko carpal
tunnel syndrome.
5. Trauma dan riwayat operasi pada tangan walaupun sudah lama
juga berperan.
6. Struktur yang abnormal, baik pada tangan, pergelangan atau
lengan.
7. Gangguan fungsi ginjal yang memerlukan hemodialisis sering
menimbulkan penimbunan protein pada terowongan karpal yang
disebut β 2 mikroglobulin.
c. Etiologi Carpal Tunnel Syndrome
Setiap keadaan yang menyebabkan kompresi pada nervus
medianus di terowongan karpal dapat menjadi etiologi carpal tunnel
syndrome ini, antara lain:
1. Keadaan yang mengurangi luas terowongan karpal, misalnya
kelainan anatomis bawaan, patah tulang atau kalus setelah patah
tulang, akromegali osteofit, eksostosis tulang, perkapuran dll. yang
dapat mempengaruhi struktur pergelangan tangan. Keadaan yang
paling terjadi adalah penebalan fleksor retinakulum misalnya
karena proses radang seperti pada arthritis rematoid.
2. Keadaan yang menyebabkan isi terowongan berlebihan.
Misalnya terdapat otot aberant dalam terowongan, atau terjadi
8
trombosis pada arteri medianus yang persistent. Proses yang
tersering menyebabkan isi terowongan berlebihan ialah radang
seperti tenosinovitis non spesifik yang dapat menyebabkan
penebalan dan fibrosis sinovium. Tuberkulosis, histoplasmosis,
tophi gout, neoplasma atau neurinoma atau ganglion juga
pernah dilaporkan.
3. Penyakit sistemik lainnya misalnya kegemukan, kehamilan,
menopause, miksedema, gagal jantung ataupun gangguan
keseimbangan hormon yang mengakibatkan penimbunan lemak
atau cairan yang juga menimbulkan sembab dalam terowongan.
4. Ellis dkk. mengatakan defisiensi vitamin B6 (Pyridoxin)
memegang peranan sebagai penyebab carpal tunnel syndrome.
Tetapi penulis lain banyak yang tidak setuju pada pendapat ini.
5. Pada carpal tunnel syndrome akut, biasanya disebabkan oleh
trauma (fraktur atau dislokasi) pergelangan tangan. Dapat juga
karena infeksi pergelangan atau lengan bawah. Perdarahan
spontan, trombosis dll. Seluruhnya dapat mengakibatkan
peninggian tekanan dalam terowongan karpal dan menekan nervus
medianus.
6. Selain itu mungkin ada faktor lain yang belum terungkap yang
menjadi etiologi carpal tunnel syndrome ini, sehingga sering kita
sebut carpal tunnel syndrome idiopatik.
d. Tanda dan Gejala Klinis
1. Gangguan sensorik
Gangguan sensorik yang timbul awalnya adalah parestesia,
kurang merasa (numbness) atau rasa jari seperti terkena aliran
listrik pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-
kadang dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan parestesia
biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lain adalah nyeri di
tangan yang juga dirasakan lebih memberat di malam hari.
Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan
leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal
9
pergelangan tangan. Dapat pula dijumpai pembengkakan dan
kekakuan pada jari-jari tangan dan pergelangan tangan terutama di
pagi hari.
2. Gangguan motoris
Carpal tunnel syndrome pada tahap lanjut dapat terjadi gangguan
pada nervus medianus yang menimbulkan kelemahan otot tenar
sehingga jari-jari tidak dapat digunakan untuk bekerja, misalnya
menjahit, menulis, mengancingkan baju, mengendarai motor.
2. Penanganan Fisioterapi pada Penderita Carpal Tunnel Syndrome
Sebelum melakukan intervensi atau melakukan penyembuhan pada
penderita carpal tunnel syndrome, seorang fisioterapis harus mendiagnosis
terlebih dahulu pasin untuk memastikan bahawa si pasien positif
menderita carpal tunnel syndrome. Diagnosis carpal tunnel syndrome
ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh
beberapa pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan menyeluruh pada
penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan
otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat
membantu menegakkan diagnosis carpal tunnel syndrome adalah :
a. Flick’s sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
mendukung diagnosis carpal tunnel syndrome. Namun harus diingat
bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit raynaud.
b. Thenar wasting
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-
otot thenar.
c. Menilai kekuatan dan keterampilan serta kekuatan otot secara
manual maupun dengan alat dinamometer
Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar
lalu ujung jari satu dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai
juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan atau
10
ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan yang
rumit seperti menulis atau menyulam.
d. Wrist extension test
Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti carpal
tunnel syndrome, maka tes ini mendukung diagnosis carpal tunnel
syndrome.
e. Phalen’s test
Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti carpal tunnel syndrome, tes ini
mendukung diagnosis. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini
sangat sensitif untuk menegakkan diagnosis carpal tunnel syndrome.
f. Torniquet test
Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik.
Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti carpal tunnel syndrome, tes
ini mendukung diagnosis.
g. Tinel’s sign
Tes ini mendukung diagnosis apabila timbul parestesia atau
nyeri pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi
pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
h. Pressure test
Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul
gejala seperti carpal tunnel syndrome, tes ini mendukung diagnosis.
i. Luthy’s sign (bottle’s sign)
Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya
pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan
mendukung diagnosis.
11
j. Pemeriksaan sensibilitas
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus,
tes dianggap positif dan mendukung diagnosis.
k. Pemeriksaan fungsi otonom
Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering
atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila
ada akan mendukung diagnosis carpal tunnel syndrome.
Setelah melakukan diagnosis terhadap pasien, dan pasien telah positif
menderita carpal tunnel syndrome, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan intervensi atau penyembuhan dengan menggunakan beberapa
modalitas fisioterapi. Adapun beberapa modalitas yang dapat digunakan
untuk mengintervensi penderita carpal tunnel syndrome adalah sebagai
berikut:
a. Ultra sound
Gelombang ultra sound adalah gelombang suara yang tidak
dapat didengar oleh manusia. Ultra sound merupakan gelombang
longitudinal yang gerakan partikelnya yang perambatanya
memerlukan media penghantar. Media penghantar harus elastis agar
partikel bisa berubah bentuk. Dari sini dijumpai daerah padat atau
Compression dan daerah renggang atau refraction.
Dalam penggunaaan modalitas ultra sound beberapa ahli
membuktikan bahwa ultra sound efektif untuk mengurangi nyeri
karena ultra sound dapat meningkatkan ambang rangsang, mekanisme
dari efek termal panas. Selain itu pembebasan histamin, efek fibrasi
dari ultra sound terhadap gerbang nyeri dan suatu percobaan
ditemukan bahwa pemakaian ultra sound dengan pulsa rendah dapat
merangsang pengeluaran dan pelepasan histamine. Histamine
menyebabkan pelebaran pembuluh darah lokal sehingga terjadi
percepatan pembersihan zat atau bahan kimia yang menyebabkan
nyeri.
12
1) Mesin ultra sound
Mesin ultra sound terdiri dari sirkuit primer dan sirkuit
skunder. Sirkuit primer adalah generator berfrekuensi tinggi yang
membangkitkan arus listrik berfrekuensi tinggi pula. Sirkuit ini
yang dihubungkan dengan tranduser dari bahan piezo elektrik yang
disebut sebagai sirkuit skunder yang memiliki frekuensi sama
dengan sirkuit primer. Frekuensi sirkuit sekunder juga ditentukan
oleh ketebalan bahan piezo elektrik yang harus disesuaikan dengan
sirkuit primer. Mesin ultra sound dapat memberikan energi secara
kontinu dan terputus. Pada pemberian-pemberian ultra sound
secara terputus efek panas dapat ditekankan dan memungkinkan
pemberian dengan intensitas yang tinggi. Sedang pemberian
pemberian secara kontinu lebih menekankan efek termalnya.
Dalam tranduser terdapat area yang memiliki radiasi efektif
yang disebut dengan ERA (Effective Radiating Area). Penentuan
Effective Radiating Area sangat penting dalam pemberian
intensitas selain luas daerah yang diobati.
a) Fisika Dasar Ultra sound
i. Sifat-sifat gelombang Ultra sound
Gelombang ultra sound memiliki dua area pancaran
yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda
yaitu area konvergen dan area divergen. Area konvergen
memiliki ciri terdapat gejala intervensi pada bundle
tersebut sehingga timbul variasi intensitas yang besar.
Sedangkan area divergen memiliki ciri tidak terjadi gejala
interfensi sehingga bundle gelombang sama dan intensitas
semakin berkurang. Jika jarak tranduser semakin jauh dari
permukaan tubuh. Pada area ini bundle gelombangnya
memiliki diameter lebih besar sehingga penyerapan energi
lebih besar.
13
ii. Panjang gelombang
Frekuensi dari mesin ultra sound tetap dan
kecepatan penyebaran ditentukan oleh medium, maka
panjang gelombang tergantung dari medium yang
digunakan.
iii. Penyebaran gelombang ultra sound
Penyebaran gelombang ultra sound di dalam tubuh
manusia timbul oleh karena fenomena yaitu adanya
refleksi dan difergensi pada area divergen. Adanya
penyebaran gelombang ultra sound dapat menimbulkan
efek di luar daerah pancaran bundle ultra sound sehingga
harus diperhatikan media-media yang kuat daya
refleksinya seperti metal, udara, dan jaringan tulang.
iv. Penyerapan dan penetrasi pada gelombang ultra sound
Jika energi ultra sound masuk kedalam jaringan
tubuh, maka efek pertama yang diharapkan adalah efek
biologis. Oleh karena adanya penyerapan tersebut semakin
dalam gelombang ultra sound masuk kedalam tubuh, maka
intensitasnya akan semakin berkurang.
Gelombang ultra sound diserap jaringan tubuh
dalam berbagai ukuran. Sebagai ukuran digunakan
koefisien penyerapan. Penyerapan tergantung pada
frekuensi. Pada frekuensi rendah penyerapanya lebih
sedikit dari pada yang berfrekuensi tinggi. Disamping
refleksi, koefisien penyareapan menentukan penyebaran
ultra sound di dalam tubuh.
Semakin dalam gelombang ultra sound masuk
kedalam tubuh semakin besar pula intensitasnya. Pada
frekuensi rendah penyerapan lebih sedikit daripada
frekuensi tinggi.
14
v. Bentuk gelombang
Bentuk gelombang dari ultra sound adalah continous
yaitu gelombang yang dihantarkan secara terus-menerus
dan interupted atau pulsa yaitu gelombang yang terputus,
dengan bentuk pulsa dan lamanya ditentukan oleh
karakteristik mesin yang digunakan.
vi. Media penghantar
Media penghantar harus memenuhi kriteria harus bersih
dan steril pada keadaan tertentu, tidak terlalu cair ( kecuali
metode sub aqual), tidak cepat terserap kuli, tidak
menyebabkan flek-flek, tidak menimbulkan iritasi kulit,
mudah meghantarkan ultra sound, transparan dan murah.
b) Efek dari ultra sound
i. Efek mekanik
Efek yang pertama kali didapat oleh tubuh adalah efek
mekanik. Gelombang ultra sound menimbulkan peregangan
dan perapatan didalam jaringan dengan frekuensi yang sama
dengan frekuensi dari ultra sound. Efek mekanik ini juga
disebut dengan micro massage. Pengaruhnya terhadap jaringan
yaitu meningkatkan permeabilitas terhadap jaringan dan
meningkatkan metabolisme.
Micro massage adalah merupakan efek teraputik yang
penting karena semua efek yang timbul oleh terapi ultra sound
diakibatkan oleh micro massage ini.
ii. Efek termal
Panas yang dihasilkan tergantung dari nilai bentuk
gelombang yang digunakan, intensitas dan lama pengobatan.
Bagian yang paling besar yang menerima panas adalah
jaringan antar kulit dan otot. Efek termal akan memberikan
pengaruh pada jaringan yaitu bertambahnya aktivitas sel,
vasodilatasi yang mengakibatkan penambahan oksigen dan
sari makanan dan memperlancar proses metabolisme.
15
iii. Efek biologi
Efek biologi merupakan respon fisiologi yang dihasilkan
dari pengaruh mekanik dan termal. Pengaruh biologi ultra
sound terhadap jaringan antara lain:
a. Memperbaiki sirkulasi darah
Pemberian ultra sound akan mengakibatkan
kenaikan temperatur dan vasodilatasi sehingga aliran darah
ke daerah yang diobati menjadi lebih lancar. Hal ini akan
memungkinkan proses metabolisme dan pengangkutan sisa
metabolisme serta suplai oksigen dan nutrisi menjadi
meningkat.
b. Rileksasi otot
Rileksasi otot akan mudah dicapai bila jaringan
dalam keadaan hangat dan rasa sakit tidak ada . Pengaruh
termal dan mekanik dari ultra sound dapat mempercepat
proses pengangkutan sel P (zat asam laktat) sehingga
dapat memberikan efek rileksasi pada otot.
c. Meningkatkan permeabilitas jaringan
Energi ultra sound mampu menambah permeabilitas
jaringan otot dan pengaruh mekaniknya dapat
memeperlunak jaringan pengikat.
d. Mengurangi nyeri
Nyeri dapat berkurang dengan pengaruh termal dan
pengaruh langsung terhadap saraf. Hal ini akibat
gelombang pulsa yang rendah intensitasnya memberikan
efek sedatif dan analgetik pada ujung saraf sensorik
sehingga mengurangi nyeri. Pengurangan rasa nyeri ini
diperoleh antara lain, perbaikan sirkulasi darah,
normalisasi dari tonus otot, berkurangnya tekanan dalam
jaringan, berkurangnya derajat keasaman.
16
e. Mempercepat penyembuhan
Ultra sound mampu mempercepat proses
penyembuhan jaringan lunak. Adanya peningkatan suplai
darah akan meningkatkan zat antibodi yang mempercepat
penyembuhan dan perbaikan pembuluh darah untuk
memperbaiki jaringan.
f. Pengaruh terhadap saraf parifer
Menurut beberapa penelitian bahwa ultra sound
dapat mendepolarisasikan saraf efferent, ditunjukkan
bahwa getaran ultra sound dengan intensitas 1,2 w/cm2
dengan gelombang kontinu dapat mempengaruhi eksitasi
dari saraf perifer. Efek ini berhubungan dengan efek
panas. Sedangkan dari aspek mekanik tidak teralu
berpengaruh.
Penggunaan ultra sound efektif dalam mengurangi nyeri karena
adanya pengaruh termal dan pengaruh langsung dari serabut saraf.
Nilai ambang rangsang nyeri meningkat setelah pemberian ultra
sound dengan intensitas 1 – 1,5 W/cm2 selama dua menit. Menurut
Midellamas dan Chatterje bahwa acut soft tissue injury dapat
membaik dengan diberikan ultra sound 1,5 MHz pada intensitas 0,5 -
1 watt/cm² selama 4 – 10 menit untuk jaringan superficial dan 1-2
watt/cm² untuk jaringan yang lebih dalam. Dengan gelombang
continous pada ultra sound pada intensitas 0,5 – 2 W/cm2 dan
frekuensi 1,5 MHz telah menghasilkan efek yang lebih efektif pada
jaringan superficial dari pada pemanasan dengan parafin dan
modalitas lainnya dalam hal mengurangi nyeri pada soft tissue injury
atau pada kondisi akut. Selain itu dengan berkurangnya nyeri maka
tidak terjadi hambatan dalam kontraksi otot dan kekuatan otot pun
bias meningkat, sehingga kemampuan menggenggam juga
meningkat.
17
Efek yang dihasilkan ultra sound salah satunya yaitu efek termal
yang akan mengakibatkan dilatasi pembuluh darah sehingga terjadi
peningkatan aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi yang
diperlukan untuk perbaikan jaringan. Selain itu proses pengangkutan
zat pengiritasi menjadi lebih lancar sehingga diperoleh efek rileksasi.
Dengan frekuensi 1 MHz efek thermal dari pemakaian ultra sound
dapat menembus jaringan hingga kedalaman 5 cm dari permukaan
kulit. Adanya pengaruh non termal dari ultra sound mampu
memberikan efek peningkatan permeabilitas jaringan kolagen dan
perubahan aktifitas seluler yang berperan dalam proses regenerasi
jaringan.
Nyeri spontan, tenderness, eritema, dan swelling setelah 10 kali
pengobatan selama 12 hari menunjukkan perbandingan yang berarti.
Sedang penelitian lain menunjukan bahwa dengan pemberian ultra
sound dengan dosis 1 watt/cm² dengan gelombang konstan selama 5
menit dapat meninggikan ambang rangsang. Penggunaan ultra sound
telah digunakan sejak 50 tahun yang lalu dan efek yang ditimbulkan
paling besar adalah efek biologi pada jaringan dengan frekuensi
tinggi dengan angka kesembuhan mencapai 73%.
b. Terapi Latihan
Terapi latihan merupakan salah satu pengobatan dalam
fisioterapi yang dalam pelaksanaanya menggunakan latihan-latihan
gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif. Dapat pula
didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mempercepat proses
penyembuhan dari suatu cidera yang telah merubah cara hidupnya
yang normal. Hilangnya suatu fungsi atau adanya hambatan dalam
melakanakan suatu fungsi dapat menghambat kemampuan dirinya
untuk hidup secara independen yaitu dalam melaksanakan aktifitas
kerja.
Terapi latihan pada carpal tunnel syndrome adalah resisted
active exercise. Resisted active exercise merupakan latihan yang
dilakukan dengan memberikan tahanan dari luar terhadap kerja otot
18
yang memebentuk suatu gerakan. Tahanan dari luar tersebut bisa
berasal dari tahanan manual ataupun mekanik. Apabila otot itu
berkontaksi dengan melawan suatu tahanan, maka ketegangan dalam
otot itu akan naik. Karena ketegangan otot bertambah ( bila melawan
melawan suatu tahanan) maka untuk memperkuat otot-otot dengan
menggunakan resistance. Tahanan yang dilaksanakan bisa
menggunakan tahanan manual, kantong pasir, per, dan karet.
Efek penggunaan resisted exercise adalah menaikkan kekuatan
dan daya tahan otot, memperbaiki ketidakseimbangan otot,
memperkembang koordinasi gerakan, memperbaiki kemampuan
fungsional, memperbaiki kondisi umum penderita.
Adapun cara melakukan latihan resisted active exercise adalah
pertam-tama pasien duduk di kursi dengan tangan disangga bantal dan
fisioterapis duduk berhadapan dengan pasien. Fisioterapis
membimbing pasien untuk melakukan gerakan latihan resisted active
exercise, yaitu:
1) Gerakan dorsi fleksi dan palmar fleksi
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga
penuh. Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri.
Terapis menstabilisasi pada pergelangan tangan kemudian pasien
diminta menggerakkan ke arah dorsal dan palmar fleksi dan
terapis memberi tahanan ke arah palmar dan dorsal tangan dengan
aba-aba
“pertahankan disini…
tahan…
tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-8 pasien
rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien dengan
pengulangan 8 – 10 kali.
2) Gerakan ulnar deviasi dan radial deviasi
Ulnar deviasi :
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh
dan pronasi dalam posisi netral. Latihan diberikan pada
19
pergelangan tangan kanan dan kiri terapis memfiksasi pada distal
lengan bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke ulnar
dan terapis memberi tahanan ke arah dorsal tangan dengan aba-aba
“pertahankan disini…
tahan…
tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-8 pasien rileks.
Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan
pengulangan 8 – 10 kali.
Radial deviasi:
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga
penuh dan pronasi dalam posisi netral. Latihan diberikan pada
pergelangan tangan kanan dan kiri terapis memfiksasi pada distal
lengan bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke radial
deviasi dan terapis memberi tahanan ke arah ulnar tangan dengan
aba-aba
“pertahankan disini…
tahan…
tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-8 pasien
rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan
pengulangan 8 – 10 kali.
Manfaat dari terapi latihan adalah untuk meningkatkan kekuatan
otot, meningkatkan kemampuan fungsional, meningkatkan peredaran
darah pada persendian dan nutrisi tulang rawan sendi dan
memperbaiki fungsi jaringan sekitar persendian akibat peradangan
atau perlengketan. Suatu percobaan membuktikan bahwa dengan
resisted exercise dengan pengulangan 1-8 kali dapat meningkatkan
kekuatan otot hingga 60% dan tidak terjadi hambatan dalam kontraksi
otot.
20
c. Edukasi untuk Penderita Carpal Tunnel Syndrome
Keberhasilan yang nyata dengan pemberian terapi ultra sound
dan terapi latihan pada kondisi carpal tunnel syndrome ini
dipengaruhi oleh beberapa factor pendukung. Faktor yang mendukung
keberhasilan terapi yang dilaksanakan berasal dari faktor terapis,
pemilihan modalitas yang efektif, serta faktor dari pasien sendiri.
Faktor dari terapis antara lain tingkat pengetahuan tentang carpal
tunnel syndrome yaitu proses patologis sampai intervensi terapi,
kemampuan fisioterapis dalam memilih dan melaksanakan program
terapi dan pemberian edukasi yang jelas dan benar kepada pasien.
Modalitas ultra sound dilakukan dalam keadaan baik sehingga dapat
memberikan efek terapi sesuai yang diinginkan. Sedangkan dari
pasien sendiri, dukungan dari pasien terhadap program terapi yang
telah ditetapkan, seperti edukasi sehingga dapat memberikan hasil
sesuai yang diharapkan.
Adapun edukasi yang dapat diberikan pada pasien adalah
misalnya tentang cara melakukan aktivitas sehari-hari yang benar dan
pemberian modalitas fisioterapi. Edukasi yang diberikan untuk
penderita carpal tunnel syndrome yaitu pasien diminta untuk
mengompres dengan air hangat pada kedua pergelangan sampai
telapak tangan kanan dan kiri sekitar 10 menit, menggerakkan kedua
pergelangan tangan sebatas nyeri pasien secara aktif dengan tujuan
pemperlancar peredaran darah dan mengistirahatkan kedua tangan saat
timbul nyeri dan juga jangan mengangkat beban berat yang
menimbulkan nyeri, serta melakukan latihan tangan seperti yang
diajarkan terapis tapi menggunakan tahanan kantong pasir, jangan
mengangkat beban berat yang menimbulkan nyeri, jangan
memaksakan bekerja secara berlebihan saat tangan merasa nyeri.
21
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Carpal tunnel syndrome merupakan neuropati jepitan yang paling banyak
dijumpai, yaitu terjebaknya nervus medianus di dalam terowongan karpal
pada pergelangan tangan, dibawah fleksor retinakulum. Penyakit ini umumnya
banyak diderita oleh wanita. Para ahli berpendapat bahwa faktor carpal tunnel
syndrome adalah faktor mekanik dan vaskuler, selain itu didukung oleh
kondisi medis dan etiologi.
Carpal tunnel syndrome umumnya menimbulkan gejala rasa nyeri pada
pergelangan tangan dan kelemahan pada jari. Penyakit ini dapat ditangani oleh
fisioterapis. Fisioterapis dapat menggunakan modalitas ultra sound dan teknik
gerakan latihan yaitu gerakan resisted active exercis, serta pemberian edukasi
untuk penderita carpal tunnel syndrome.
22
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia. 2012. Fisioterapi. (online). (http:// id. wikipedia.org/wiki/Fisioterapi, diakses pada 17 Desember 2012 )
Risto. 2011. Carpal Tunnel Syndrome. (online). (http: / / www. artikel. indonesianrehabequipment.com/2012/06/carpal-tunnel-syndrome.html , diakses pada 18 Desember 2012 )
Wahyu. 2011. Carpal Tunnel Syndrome. (online). ( http : / / wahyuwahid. wordpress. Com /2011 /12 /20 /carpal-tanel-syndrome/, diakses pada 18 Desember 2012)
Maula. 2005. Diagnosis dan Terapi Sindroma Terowongan Karpal. (online).(http://neurology.multiply.com / journal / item / 33 / Diagnosis - dan - Terapi – sindroma - Terowongan -Karpal?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2aFitem , diakses pada 16 Desember 2012)
Rissingummah. 2011. Physiotherapy pada Carpal Tunnel Syndrome. (online) .(http://physio-upik.blogspot.com/2011/08/physiotherapy - pada - carpal -tunnel.html, diakses pada 18 Desember 2012)
23