balara1998_01304_017

8
 Buletin ALARA 1 (3), 17 – 24 (1998)  Pusat Standardisasi dan P enelitian Keselamatan Radiasi Badan Tenaga Atom Nasional 17 MEW ASPADAI GAS RADON Hasnel Sofyan Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BATAN  Jl. Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440  PO Box 7043 JKSKL Jakarta 12070 PENDAHULUAN Di antara berbagai sumber radiasi yang ada di sekitar kita, sumber radiasi yang berasal dari alam memberikan kontribusi yang cukup  berarti. Sumber-sumber radiasi alam khususnya radon dan thoron mendapatkan perhatian yang serius sehubungan dengan efek merugikan yang dapat ditimbulkannya seperti kanker paru-paru [1,2]. Radon yang merupakan gas radioaktif, secara kimia adalah gas mulia dengan nomor atom 86 dan diberi lambang Rn. Radon tidak berwarna dan tidak berbau juga tidak dapat dilihat sama seperti gas helium dan neon, sehingga keberadaannya di udara tidak dapat dikenali oleh sistem panca indera manusia. Gas-gas mulia ini tidak dapat atau relatif sangat sulit untuk  berinteraksi dengan unsur-unsur kimia lainnya meskipun terperangkap pada suatu rongga dalam suatu bahan yang sama. Radon yang lebih dikenal sebagai 222 Rn merupakan hasil luruhan langsung dari radium, 226 Ra, dan radium ini berasal dari anak luruh isotop uranium, 238 U, yang telah meluruh beberapa kali. Isotop uranium sudah ada semenjak dunia ini terbentuk. Radon yang bersifat radioaktif, pada temperatur kamar selalu berbentuk gas dengan kerapatan 10 gr/liter dan terlarut dalam udara, juga meluruh menghasilkan turunan/anak luruh yang radioaktif. Secara berurutan turunan tersebut adalah polonium, 218 Po (radium A) ; timbal, 214 Pb (radium B) ; bismuth, 214 Bi (radium C); polonium, 214 Po (radium C'); timbal, 210 Pb (radium D) [3,4]. Jika radon dan turunannya terhisap pada saat  bernafas, maka anak luruhan radon yang berbentuk  partikel sangat kecil tersebut akan mengendap di dalam paru-paru dan merupakan awal indikasi yang dapat menimbulkan kanker paru-paru [1,5]. Semakin tinggi konsentrasi radon yang terhisap, makin besar pula kemungkinan seseorang menderita kanker paru-paru. Sejak abad ke-19 efek merugikan dari radiasi yang dipancarkan oleh gas radon ini telah diketahui. Pada saat itu para pekerja tambang di Eropa Tengah, banyak yang menderita gangguan kesehatan. Menurut perkiraan, para  pekerja tersebut telah menghirup gas radon dalam  jumlah berlebihan. Gangguan itu kemudian dikenal dengan sebutan Shneebergkrankheit . Pengamatan berikutnya pada pertengahan abad ke- 20 yang dilakukan terhadap para pekerja tambang  batu bara menunjukkan bahwa radon beserta anak luruhnya menyebabkan terjadinya kanker paru-  paru. Tetapi hingga kini belum ada data epidemiologi yang lengkap tentang efek gas radioaktif ini. Dalam beberapa dekade terakhir ini radon dan turunannya yang terdapat di udara bebas telah menjadi topik penelitian yang utama. Hal ini disebabkan karena disamping efek merugikan yang berhubungan dengan kesehatan manusia,  juga karena hampir dari separuh paparan radiasi alami (natural radiation exposure), yaitu paparan radiasi yang berasal dari alam, disebabkan oleh radon dan turunannya. Beberapa negara telah mulai melaksanakan pengukuran konsentrasi radon di lingkungan, tempat tinggal dan perkantoran [3]. Batas maksimum konsentrasi radon dalam ruangan yang direkomendasikan oleh Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (ICRP,  International

Upload: friedrich-rabin-situmorang

Post on 11-Jul-2015

76 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAlara1998_01304_017

5/11/2018 BAlara1998_01304_017 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/balara199801304017 1/8

 

Buletin ALARA 1 (3), 17 – 24 (1998) Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan RadiasiBadan Tenaga Atom Nasional

17

MEWASPADAI GAS RADON

Hasnel Sofyan

Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BATAN

•  Jl. Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440

•  PO Box 7043 JKSKL Jakarta 12070

PENDAHULUAN

Di antara berbagai sumber radiasi yang

ada di sekitar kita, sumber radiasi yang berasal

dari alam memberikan kontribusi yang cukup

berarti. Sumber-sumber radiasi alam khususnyaradon dan thoron mendapatkan perhatian yang

serius sehubungan dengan efek merugikan yang

dapat ditimbulkannya seperti kanker paru-paru

[1,2].

Radon yang merupakan gas radioaktif,

secara kimia adalah gas mulia dengan nomor atom

86 dan diberi lambang Rn. Radon tidak berwarna

dan tidak berbau juga tidak dapat dilihat sama

seperti gas helium dan neon, sehingga

keberadaannya di udara tidak dapat dikenali oleh

sistem panca indera manusia. Gas-gas mulia initidak dapat atau relatif sangat sulit untuk 

berinteraksi dengan unsur-unsur kimia lainnya

meskipun terperangkap pada suatu rongga dalam

suatu bahan yang sama. Radon yang lebih dikenal

sebagai222

Rn merupakan hasil luruhan langsung

dari radium, 226Ra, dan radium ini berasal dari

anak luruh isotop uranium, 238U, yang telah

meluruh beberapa kali. Isotop uranium sudah ada

semenjak dunia ini terbentuk.

Radon yang bersifat radioaktif, pada

temperatur kamar selalu berbentuk gas dengankerapatan 10 gr/liter dan terlarut dalam udara, juga

meluruh menghasilkan turunan/anak luruh yang

radioaktif. Secara berurutan turunan tersebut

adalah polonium, 218Po (radium A) ; timbal, 214Pb

(radium B) ; bismuth,214

Bi (radium C); polonium,214

Po (radium C'); timbal,210

Pb (radium D) [3,4].

Jika radon dan turunannya terhisap pada saat

bernafas, maka anak luruhan radon yang berbentuk 

partikel sangat kecil tersebut akan mengendap didalam paru-paru dan merupakan awal indikasi

yang dapat menimbulkan kanker paru-paru [1,5].

Semakin tinggi konsentrasi radon yang terhisap,

makin besar pula kemungkinan seseorangmenderita kanker paru-paru. Sejak abad ke-19 efek 

merugikan dari radiasi yang dipancarkan oleh gas

radon ini telah diketahui. Pada saat itu para pekerja

tambang di Eropa Tengah, banyak yang menderita

gangguan kesehatan. Menurut perkiraan, para

pekerja tersebut telah menghirup gas radon dalam

  jumlah berlebihan. Gangguan itu kemudian

dikenal dengan sebutan Shneebergkrankheit .

Pengamatan berikutnya pada pertengahan abad ke-

20 yang dilakukan terhadap para pekerja tambang

batu bara menunjukkan bahwa radon beserta anak 

luruhnya menyebabkan terjadinya kanker paru-paru. Tetapi hingga kini belum ada data

epidemiologi yang lengkap tentang efek gas

radioaktif ini.

Dalam beberapa dekade terakhir ini radon

dan turunannya yang terdapat di udara bebas telah

menjadi topik penelitian yang utama. Hal ini

disebabkan karena disamping efek merugikan

yang berhubungan dengan kesehatan manusia,

  juga karena hampir dari separuh paparan radiasi

alami (natural radiation exposure), yaitu paparan

radiasi yang berasal dari alam, disebabkan olehradon dan turunannya. Beberapa negara telah

mulai melaksanakan pengukuran konsentrasi radon

di lingkungan, tempat tinggal dan perkantoran [3].

Batas maksimum konsentrasi radon dalam ruangan

yang direkomendasikan oleh Komisi Internasional

untuk Proteksi Radiasi (ICRP,  International

Page 2: BAlara1998_01304_017

5/11/2018 BAlara1998_01304_017 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/balara199801304017 2/8

 

18 – Hasnel Sofyan

Buletin ALARA Vol. 1 No. 3, April 1998

Commission on Radiological Protection) adalah

200 Bq/m3

[6].

SUMBER RADON

Gas radon merupakan gas radioaktif yang

terdapat dimana-mana karena mudah terlarut

dalam udara, memberikan kontribusi terbesar dari

paparan radiasi yang diterima manusia

dibandingkan sumber-sumber radiasi lain yang

terdapat di alam. Berdasarkan IAEA, 48,3% dari

total rata-rata dosis radiasi setiap tahun berasal

dari radon, sedangkan dari medis, sinar kosmik,

sinar gamma dan internal adalah 11,2% ; 14,5% ;

17,1% ; dan 8,6%. Dari sumber-sumber lain

seperti pelepasan dari instalasi nuklir  (nuclear 

discharges) , debu radioaktif hasil ujicoba senjatanuklir ( fallout ), akibat pekerjaan, lain-lain hanya

sekitar 0,6%. [7]

Keberadaan gas radon di lingkungan

sangat dipengaruhi oleh kondisi, situasi dan jenis

batuan yang terdapat pada daerah tersebut. Di

dalam ruangan tempat tinggal/kantor, disamping

dipengaruhi oleh kondisi dan bahan bangunan,

  juga dipengaruhi oleh sirkulasi udara dalam

ruangan dengan udara luar atau lingkungan. Pada

bagian berikut akan dibahas sumber-sumber radon

di lingkungan dan di dalam rumah.

Sumber radon di lingkungan

Ada dua isotop gas radon yang paling

terkenal, yaitu 222Rn (gas radon) dan 220Rn (gas

thoron). Radon merupakan anak luruh dari

uranium, sedang thoron merupakan anak luruh dari

thorium,232

Th. Karena uranium 

dan thorium

terdapat pada setiap lapisan kerak bumi, maka gas

radon tersebut terdapat juga di setiap lapisan

atmosfir bumi. Pada daerah normal denganketinggian 150 m di atas permukaan laut,

konsentrasinya berkisar antara 2–10 Bq/m3

(54–

270 pCi/m3) udara. Konsentrasi tersebut akan

menjadi berkurang kira-kira 1,5 kali lebih rendah

setiap kenaikan 700 m ke atas. Konsentrasinya

mencapai maksimum di pagi hari dan minimum di

siang hari atau sore hari [3,4].

Batuan yang berumur sangat tua (>600

  juta tahun), umumnya mengandung uranium

dengan konsentrasi yang relatif tinggi. Oleh sebab

itu konsentrasi gas radon pada daerah itu juga

tinggi. Konsentrasi gas radon yang sangat tinggi

ditemukan pula pada daerah permukaan sumber airpanas. Konsentrasinya ada yang mencapai 1.000 –

10.000 kali konsentrasi gas radon di udara pada

umumnya [8].

Berdasarkan NCRP ( National Council on

 Radiation Protection and Measurement ) [9], lebih

dari 80% gas radon yang dilepaskan ke atmosfir

berasal dari lapisan tanah bagian atas. Besarnya

konsentrasi radon sangat bergantung pada kondisi

dan jenis batuan yang terdapat pada lapisan tanah

di daerah tersebut. Untuk jenis batuan granit yang

kaya dengan uranium diperoleh konsentrasi rata-rata 59,26 Bq/kg (1,6 pCi/g), sedangkan basalt

yang relatif sedikit kandungan uraniumnya

memiliki konsentrasi rata-rata 11,11 Bq/kg (0,3

pCi/g) [10]. Selanjutnya, konsentrasi radon rata-

rata secara keseluruhan untuk batuan pada lapisan

kerak bumi kira-kira 37,04 Bq/kg (1 pCi/g) dan

pada tanah kira-kira 25,93 Bq/kg (0,7 pCi/g).

Air tanah juga memberikan kontribusi

yang cukup berarti terhadap konsentrasi radon di

lingkungan. Air tanah yang menembus batuan

lapisan kerak melalui rongga-rongga batuan dantanah yang mengandung radium dapat melarutkan

gas radon. Jika air tanah ini menuju ke permukaan,

maka radon yang terdapat pada air tersebut akan

menguap ke atmosfir. Konsentrasi radon dalam air

tanah sangat bergantung kepada karakteristik 

batuan yang dilewati oleh air tanah tersebut. Hasil

penelitian tentang konsentrasi gas radon dalam air

oleh Hess dkk terhadap 2000-an contoh (samples)

diperoleh konsentrasi radon dengan selang antara

7,41 Bq/kg (0,2 – 50 pCi/g). Dari 10 jenis batuan

granit yang berbeda diperoleh konsentrasi rata-rata

air-radon dengan interval antara 55,6 – 1444,4Bq/kg (1,5 – 39 pCi/g) [11].

Konsentrasi radon di atmosfir yang berasal

dari air laut sangat kecil 3,33 x 10-2 Bq/kg (kira-

kira 0,0009 pCi/g) [12]. Hal ini disebabkan karena

kandungan uranium dan radium dalam air laut

sangat rendah sekali dibandingkan dengan yang

terdapat pada batuan atau tanah di daratan.

Page 3: BAlara1998_01304_017

5/11/2018 BAlara1998_01304_017 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/balara199801304017 3/8

 

 Mewaspadai gas radon – 19

Buletin ALARA Vol. 1 No. 3, April 1998

Kontribusi radon dari laut/lautan ke atmosfir

meskipun relatif kecil yaitu kira-kira 1% dari total

emisi radon di atmosfir masih perlu mendapatkan

perhatian.

Lepasan gas radon dari sumber-sumberradon ke atmosfir yang berasal dari tanah, air

sampai pembakaran batu bara ditampilkan pada

Tabel 1. Pada tabel ini terlihat lepasan gas radon

terbesar berasal dari tanah dan terendah berasal

dari pembakaran sisa tambang.

Tabel 1. Sumber-sumber radon yang terlepas ke

udara bebas/atmosfir [8]

Sumber radonMasukan ke atmosfir

(37 x 103

Bq/tahun)

Emanasi dari tanah 2000

Air tanah 500

Emanasi dari lautan 30

Residu fosfat 3

Uranium sisa tambang 2

Batu bara 0,02

Gas alam 0,01

Pembakaran sisa tambang 0,001

Sumber radon di dalam rumah

Kondisi dan bentuk bangunan

rumah/tempat tinggal atau kantor sangat

berpengaruh besar terhadap keberadaan dan

konsentrasi radon. Rumah-rumah yang dilengkapi

dengan AC (air conditioner ) dan ventilasi udara

sangat kurang, yang mulai banyak dijumpai pada

saat ini dapat dikatakan sebagai rumah dengan

sistem sirkulasi udara tertutup. Pertukaran udara

dalam ruangan tertutup dengan udara luar/ 

lingkungan relatif kurang sekali. Sirkulasi udarayang tertutup ini, ternyata memberikan konsentrasi

radon yang relatif tinggi dibandingkan rumah

model yang sama dengan sistem sirkulasi udara

terbuka.

Penggunaan bahan-bahan sisa hasil

pengolahan bahan tambang sebagai bahan

bangunan untuk perumahan maupun gedung dapat

memperbesar konsentrasi gas radon dalam

ruangan. Di Eropa beredar beberapa jenis bahan

bangunan yang dibuat dari sisa hasil pengolahan

bahan tambang berkonsentrasi radioaktif alamtinggi. Beberapa contoh diantaranya adalah

 phospogypsum (sisa hasil pengolahan fosfat yang

mengandung radium), batu bata merah dari limbah

pabrik penghasil aluminium, blart furnace slag 

(dari pabrik besi) dan sebagainya.

Konsentrasi gas radon dalam ruangan,

selain disebabkan oleh air tanah, batuan dan tanah

di sekitar lingkungan rumah, juga sangat

dipengaruhi oleh jenis bahan (material) dasar

bangunan rumah tersebut. Dari hasil studi

konsentrasi radium dalam bahan bangunan yangtelah dilakukan di negara-negara maju seperti

Inggris, USA, Jerman Barat dll, ternyata sangat

banyak material bangunan seperti brick  (batu

bata), wallboard  atau beton yang dapat

memancarkan gas radon ke udara bebas. Pada

Tabel 2. Material sebagai bahan bangunan di beberapa negara maju (dalam Bq/kg) [13].

Konsentrasi gas radon (Bq/kg)Material

Inggris Rusia Jerman Barat Spanyol USA

Gypsum 22,2 - 18,5 3,0 - Batuan, kerikil - 4,8-37,0 14,8 14,1-23,0 -

 Batu bata/merah 7,4-51,9 18,5-55,6 63,0 34,1 7,4-129,6

 Beton - 74,1 22,2 - 25,9-51,9

Semen - 25,9 18,5 75,6 -

 Atap genting - - - 70,4 63,0-70,4

Granit  88,9 111,1 103,7 77,4 -

Page 4: BAlara1998_01304_017

5/11/2018 BAlara1998_01304_017 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/balara199801304017 4/8

 

20 – Hasnel Sofyan

Buletin ALARA Vol. 1 No. 3, April 1998

Tabel 2 ditampilkan beberapa meterial bangunan

yang banyak ditemukan di pasaran di berbagai

negara, sedang pada Tabel 3 menunjukan hasil

penelitian kandungan radionuklida alam yang telah

dilakukan untuk beberapa bahan bangunan yang

terdapat di Indonesia. Disamping itu, konsentrasiradon dalam suatu ruangan tempat tinggal/ 

perkantoran dipengaruhi oleh ketebalan dinding

atau materialnya. Semakin tebal dinding ruangan,

maka laju lepasan gas radon ke atmosfir akan

semakin tinggi. Pada Tabel 4, ditampilkan laju

relatif lepasan radon ke udara terhadap konsentrasi

radon.

Tabel 3. Kandungan radionuklida alam yang

terdapat pada beberapa bahan bangunan di

Indonesia (dalam Bq/kg) [14]

Jenis bahan Ra-226 Th-232

Pasir TM 25,09 2,22

Pasir TG 7,04 11,10

Semen A 48,10 18,50

Semen B 81,40 18,50

Semen C 64,38 11,10

Semen D 40,70 22,57

Batu merah TG 36,64 40,70

Batu merah CK 36,64 34,04

Batu kapur BG 11,63 8,88Tanah teras TG 22,94 32,50

Tabel 4. Laju relatif lepasan radon dari beberapa

 jenis bahan bangunan [13]

MaterialKetebalan

(cm)

Laju

relatif *)

Beton 10 0,005

Beton ringan 20 0,02

Beton berat 8 0,01

Phosphogypsum 1,3 0,001

Phosphogypsum 7,6 0,01

Tanah (soil) infinite 0,02

Uranium sisa 10 0,2

Uranium sisa infinite 1,6*)

  Perbandingan laju lepasan 222Rn (pCi/m2  /det) terhadap

konsentrasi 226Ra (pCi/gr)

Konsentrasi radon dalam ruangan relatif 

lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi

radon di lingkungan [2,10]. Dari hasil pemantauan

yang dilakukan oleh Hattori dkk setiap jam selama

24 jam untuk daerah Tokyo, konsentrasi radon di

lingkungan kira-kira seperlima dari konsentrasiradon dalam ruangan perkantoran (Gambar 1) [3].

Dalam hal ini areal untuk pemantauan konsentrasi

radon lingkungan sekitar 6500 m2 dan berjarak 400

m dari gedung perkantoran. Pada gambar ini juga

dapat dilihat perbandingan antara konsentrasi

radon di dalam 2 ruangan (A dan B) pada suatu

gedung perkantoran dengan lingkungan. Antara

ruangan A dan ruangan B terdapat perbedaan yang

cukup berarti, yaitu volume ruangan A dan B

secara berurutan adalah kira-kira 430 m3

dan 250

m3

dengan jumlah karyawan yang bekerja sehari-

hari dari jam 08.00 ∼ 20.00 sebanyak 14 oranguntuk ruangan A dan 7 orang untuk ruangan B.

Termasuk   furniture, luas permukaan secara

keseluruhan untuk ruangan A dan B masing-

masing 530 m2 dan 350 m2. Disamping perbedaan-

perbedaan tersebut di atas pada ruangan A dan B

masing-masing dipasang 5 unit AC dengan 870 m3 

 jam-1

per unit AC dan 3 unit AC dengan 650 m3 

 jam-1

per unit AC.

0

5

10

15

20

25

30

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Waktu (jam)

   K  o  n  s  e  n   t  r  a  s   i  r  a   d  o  n   (   B  q   /  m   3   )

 

Gambar 1. Perbandingan konsentrasi radon dalam

gedung perkantoran dan lingkungan dengan arealkira-kira 6500 m

2pada jarak 400 m dari gedung (λ 

= ruangan A ; Ο = ruangan B dan = lingkungan)

[3].

Page 5: BAlara1998_01304_017

5/11/2018 BAlara1998_01304_017 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/balara199801304017 5/8

 

 Mewaspadai gas radon – 21

Buletin ALARA Vol. 1 No. 3, April 1998

PEMANTAUAN RADON

Pemantauan gas radon di lingkungan,

rumah dan perkantoran di negara-negara maju

seperti USA, Australia, Jepang dan negara-negara

Eropa Barat, telah mendapat perhatian serius. PadaGambar 2, 3 dan 4 diperlihatkan fluktuasi

konsentrasi rata-rata radon dalam ruangan selama

setahun, sebulan dan sehari [4].

J F M A M J J A S O N D

B u l a n

   K

  o  n  s  e  n   t  r  a  s   i  r  a   d  o  n

 

Gambar 2. Perubahan konsentrasi radon setiap

bulan dalam waktu satu tahun [4].

Konsentrasi rata-rata radon dan anak 

luruhnya di lingkungan, tempat tinggal dan

perkantoran sangat berfluktuasi bergantung pada

kondisi dan arah angin saat pemantauan dilakukan

[1]. Konsentrasi radon mengalami peningkatan dan

mencapai maksimum pada jam 7 pagi dan

mengalami penurunan sampai jam 15 sore, setelah

itu kembali terjadi peningkatan. Hasil pemantauan

konsentrasi radon yang dilakukan oleh Hattori

dkk. pada tiga lokasi dengan kondisi yang tidak 

sama ditunjukkan pada Gambar 1 [3].

Metode pemantauan radon dan anak luruhnya

Pemantauan konsentrasi radon seperti

yang digambarkan di atas dapat dilakukan dengan

metode langsung (instantaneous methods), metode

kontinyu (continuous counting methods) dan

metode tidak langsung (integrating methods) [15].Pada metode langsung dan kontinyu diperlukan

waktu pengukuran yang relatif singkat, sehingga

hasilnyapun dapat segera diketahui. Sedangkan

pada metode tidak langsung, hasil pengukuran

yang diperoleh merupakan konsentrasi radon

secara kumulatif untuk waktu selama masa

pengukuran.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

   K  o  n  s  e  n   t  r  a  s   i  r  a   d  o  n

H a r i  

Gambar 3. Perubahan konsentrasi radon rata-rata

dari hari ke hari selama 24 hari [4].

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

   K

  o  n  s  e  n   t  r  a  s   i  r  a   d  o  n

J a m 

Gambar 4. Perubahan konsentrasi radon rata-rata

di tempat tinggal [4].

a.  Metode langsung

Pengambilan contoh udara (air sampling)

dari atmosfir dilakukan dengan teknik  grabsample, yang dimasukan ke dalam kontainer dan

dibawa ke laboratorium untuk di analisis. Bentuk-

bentuk kontainer yang biasa digunakan dapat

berupa plastik, metal cans dan gelas dengan

ukuran volume antara 5 liter dan 20 liter. Untuk 

pengukuran konsentrasi radon yang relatif rendah,

dilakukan pengambilan contoh udara dalam

Page 6: BAlara1998_01304_017

5/11/2018 BAlara1998_01304_017 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/balara199801304017 6/8

 

22 – Hasnel Sofyan

Buletin ALARA Vol. 1 No. 3, April 1998

  jumlah yang besar untuk kemudian menjadikan

konsentrasi contoh menjadi volume yang kecil

sehingga memudahkan dalam pengukuran.

Biasanya untuk konsentrasi radon yang rendah ini

menggunakan alat sedot udara (air dust sampler )

yang dilengkapi kertas filter tertentu (misal HE-40T) [16]. Partikel-partikel radon dan turunannya

yang menempel pada kertas filter tersebut diukur

konsentrasinya secara langsung dari peluruhan

partikel alfa dan beta dengan menggunakan

detektor scintilasi.

Selang waktu pengambilan contoh dan

waktu yang digunakan untuk pengukuran relatif 

singkat (dalam orde menit, jam). Hal ini

disebabkan karena waktu paruh anak luruh radon

yang terpanjang hanya 26,8 menit. Jika

pengukuran dilakukan setelah beberapa jampencuplikan dilakukan, maka anak luruh radon

dari contoh yang sebenarnya telah meluruh.

Dengan menggunakan metode langsung ini,

fluktuasi konsentrasi radon setiap selang waktu

pengukuran tersebut dapat diketahui (Gambar 3

dan 4). Peralatan-peralatan yang digunakan dalam

metoda langsung ini adalah,

•    Alpha particle scintillation counting, dengan

ZnS atau liquid scintillators 

•   Internal ionization chamber counter  

•  Two filter methods 

•   Alpha particle spectroscopy 

•  Combined alpha particle and beta particle

spectroscopy 

b.  Metode kontinyu

Pemantauan konsentrasi radon dalam

metode kontinyu ini, dilakukan secara terus-

menerus menggunakan alat Scintillation chamber  

yang ditutup dengan filter udara. Dengan kondisi

filter udara yang ditutupkan dan scintilasi dari

partikel alfa yang dipancarkan oleh radon dan

turunannya diukur secara terus menerus.

Pengukuran ini biasanya dilakukan dengan interval

perbedaan integrasi yang dipakai untuk analisis

data adalah sekitar 180 menit dan hasilnya dapat

dilihat dengan photomultiplier . Untuk aliran udara

konstan, bacaan pada skala alat sebanding dengan

konsentrasi radon. Metode ini biasanya digunakan

pada konsentrasi radon yang relatif tinggi,

misalkan dalam tambang bawah tanah atau air

tanah.

c.  Metode tidak langsungBerbeda dengan dua metode sebelumnya,

pada metode ini digunakan detektor yang sangat

sensitif terhadap partikel alfa sehingga relatif 

mudah berinteraksi. Detektor yang dapat dipakai

dalam metode ini adalah etched track detectors 

(biasanya menggunakan detektor CR-39), TLD

(thermoluminescence detector ) dan detektor

adsorpsi arang (charcoal adsorption detectors).

Detektor-detektor ini sangat berbeda dalam

penggunaannya dan pada dasarnya partikel alfa

yang dipancarkan oleh radon dan turunannya

menyebabkan terjadinya suatu perubahan/ kerusakan pada detektor yang digunakan. Dalam

pemantauan konsentrasi radon dengan metode ini

diperlukan waktu beberapa minggu atau bulan dan

hasil yang diperoleh merupakan hasil yang

mewakili konsentrasi rata-rata radon untuk selama

masa pengukuran. makin rendah konsentrasi radon

pada daerah yang akan diukur konsentrasinya

diperlukan waktu yang relatif lebih lama.

Interaksi antara partikel alfa dengan

detektor CR-39 dapat menimbulkan jejak-jejak 

nuklir laten. Setelah melalui proses etsa kimia, jejak tersebut dapat dilihat dan dihitung jumlahnya

dengan bantuan mikroskop. Jumlah jejak yang

terjadi pada detektor persatuan luas akan

sebanding dengan konsentrasi radon untuk masa

selama pengukuran [15]. Detektor ini hanya

dipakai untuk satu kali masa pengukuran.

Pada TLD, interaksi antara partikel alfa,

beta dan sinar gamma (radiasi ionisasi) yang

berasal dari peluruhan radon dan turunannya dapat

menyebabkan terjadi perubahan/perpindahan

posisi atom atau molekul bahan. Keadaan dapatdikembalikan seperti semula jika TLD menerima

panas dengan suhu tertentu. Dalam proses tersebut

akan menimbulkan cahaya yang berpendar

(luminisensi) yang intensitasnya sebanding dengan

konsentrasi radon. Dalam hal ini, untuk koreksi

paparan radiasi latar belakang dari sinar gamma

digunakan TLD lain yang hanya sensitif terhadap

Page 7: BAlara1998_01304_017

5/11/2018 BAlara1998_01304_017 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/balara199801304017 7/8

 

 Mewaspadai gas radon – 23

Buletin ALARA Vol. 1 No. 3, April 1998

gamma. TLD berukuran relatif kecil, tidak mahal

dan dapat dipakai berulang sampai kira-kira 100

kali siklus pengukuran.

Berbeda dengan detektor CR-39 dan TLD,

pada detektor adsorpsi arang ini terjadi penyerapanradon dan dalam penggunaan untuk pengukuran

konsentrasi radon tidak lebih dari kira-kira 1

minggu.

USAHA MENGURANGI KONSENTRASI

RADON

Konsentrasi radon dalam ruangan baik 

ruangan di perkantoran maupun tempat tinggal,

sangat dipengaruhi oleh kondisi dan posisi ruangan

tersebut. Dinding dan lantai ruangan yang terbuatdari bahan beton juga memberikan kontribusi yang

sangat berarti terhadap konsentrasi radon.

Ruangan tertutup dengan sirkulasi udara

relatif terbatas, konsentrasi radonnya akan lebih

tinggi dibandingkan dengan ruangan terbuka.

Ruangan tertutup yang tidak atau kurangnya

sirkulasi ke udara luar, lebih sering dijumpai pada

ruangan-ruangan yang memiliki AC. Konsentrasi

radon akan semakin meningkat jika pada dinding-

dinding ruangan tersebut terdapat retakan ataupun

plester yang kurang baik. Usaha-usaha yang dapatdilakukan untuk mengurangi konsentrasi radon

tanpa merubah kondisi bangunan yang ada, adalah

dengan memperbaiki sirkulasi udara atau sistem

ventilasi, sehingga terjadi pertukaran udara dalam

ruangan dengan udara lingkungan. Selain dari itu,

kondisi plesteran dinding dalam ruangan juga

perlu diperhatikan, misalnya menutup bagian-

bagian yang retak dengan pengecatan yang baik 

dan merata. Mengganti lantai dengan bahan

keramik/porselen jika lantai terbuat dari tegel.

Di negara-negara maju, disamping telahdilakukan pengukuran dengan berbagai metode

dan kondisi dimana gas radon itu berada, juga

telah mulai dikembangkan metode untuk 

mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh

gas radon. Sebagai contoh, pada daerah Wyoming

dan Tennese di Amerika memiliki jenis batuan

yang umurnya sangat tua dan memancarkan gas

radon dalam jumlah besar. Untuk mengatasi

permasalahan gas radon di daerah tersebut,

diperkenalkan prototip rumah yang mampu

mengusir atau mengurangi konsentrasi gas radon

dalam ruangan. Di negara bagian di Australia,

pemerintah melalui Common Wealth Department 

of Health, Housing and Community Services telahmembuka pusat-pusat informasi mengenai gas

radon [1]. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat

dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai

resiko yang sebenarnya dari gas radon tersebut.

PENUTUP

Radon dan anak luruhnya yang merupakan

salah satu gas mulia yang sangat berbahaya bagi

kesehatan, dapat dipantau konsentrasinya dengan

metode langsung, kontinyu dan metode tidak langsung. Upaya untuk mengurangi konsentrasi

radon di dalam ruangan perkantoran atau tempat

tinggal dapat dilakukan dengan memperbaiki

sirkulasi udara sehingga terjadi pertukaran antara

udara dalam ruangan dengan udara luar.

DAFTAR PUSTAKA

1.  ANONIM, Radon in homes, Information

Bulletin No. 13, Australian Radiation

Laboratory, 1990.2.  BODANSKY, D., Overview of the indoor

radon problem, In Indoor radon and itshazards, edited by D. Bodansky, M.A. robkin,

D.R. Stadler, University of Washington Press,

1987, pp. 3 – 16.

3.  HATTORI, T., ICHIJI, T., ISHIDA, K.,

Behavior of radon and its progeny in Japanese

office, Radiat. Prot. Dosim. Vol. 62 (3), pp.

151-155, 1995.

4.  NRPB Information, Radon, National

Radiological Protection Board.

5.  BUNAWAS, EMLINARTI, MINARNI

AFFANDI, Penentuan laju paparan radon daribahan bangunan menggunakan metode pasif 

dengan detektor jejak nuklir, Prosiding PIKRL

PSPKR – BATAN, Agustus 1996.

Page 8: BAlara1998_01304_017

5/11/2018 BAlara1998_01304_017 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/balara199801304017 8/8

 

24 – Hasnel Sofyan

Buletin ALARA Vol. 1 No. 3, April 1998

6.  ICRP Publication 65, Protection Against

Radon-222 at home and at work, 1993.

7.  Radiation Safety, 96-00725 IAEA/PI/A47E,

April 1996.

8. 

UNSCEAR Report 1986.9.  NCRP, Evaluation of occupational and

environmental exposures to radon and radon

daughter in the United States, NCRP Report

No. 78, Bethesda, 1984.

10. NCRP Report No. 50, EnvironmentalRadiation Measurement, Bethesda, 1976.

11. HESS C.T., WEIFFENBACH C.V.,

NORTON S.A., BRUTSAERT W.F. AND

HESS A.L., Radon–222 in portable water

supplies in Marine : The geology, hydrology,

physics and health effect, In : NaturalRadiation Environment, edited by K.G. Vohra

et al., pp.216–220, New Delhi, 1982.

12. JOSEPH, A.B et. al., Sources of radioactivity

and their characterization, in Radioactivity in

the Marine Environment, National Academy

of Sciences, Washington DC, pp. 6-41, 1971.

13. COLLE, R., RUBIN, R.J., KNAB L.I., and

HUTCHINSON, J.M.R., Radon transport

trough and exhalation from building materials

: A review and assessment, NBS Tech. Note1139, 1981.

14. AFFANDI, Pengukuran radionuklida alam

pada bahan bangunan plaster board fosfo-

gipsum dengan menggunakan spektrometer

gamma, Skripsi S-1, Jurusan Fisika FMIPA

UI, 1996.

15. NEVISSI, A.E., Methods for detection of 

radon and radon daughters, In : Indoor radon

and its hazards, edited by D. Bodansky, M.A.

Robkin, D.R. Stadler, University of 

Washington Press, 1987, pp. 30 – 41.

16. GENKA, T, Radioactivity in dust, BATAN-

JAERI TC on Radiation Protection, 1997.

KONTAK PEMERHATI

Sesuai dengan tujuan diterbitkannya Buletin ALARA ini,

yaitu sebagai salah satu sarana informasi, komunikasi dan diskusi di antara para

peneliti dan pemerhati masalah keselamatan radiasi dan lingkungan

di Indonesia, maka mulai edisi berikut akan dimuat “Paket Kontak Pemerhati”.

Para pembaca dapat menanyakan tentang permasalahan yang telah dikemukan pada

buletin ini atau memberikan saran/komentar serta tanggapan/kritikan yang sifatnya

membangun.Surat dapat dikirimkan ke Tim Redaksi Buletin ALARA melalui atau Fax.

(021) 7657950.

Jawaban serta Surat/tanggapan akan dimuat pada edisi berikutnya.

Tim Redaksi