lapsus

27
KASUS PSIKIATRI Dipresentasikan pada kegiatan Kepanitteraan Klinik Laboratorium Ilmu Kesehatan Jiwa. Pemeriksaan dilakukan pada Hari Selasa, 20 Agustus 2013 pukul 11.30 Wita di Poli Psikiatri RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. Sumber anamnesa : autoanamnesa dan heteroanamnesa. RIWAYAT PSIKIATRI A. Identitas Pasien. Nama : Tn. A Umur : 23 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Status Perkawinan : Belum menikah Pendidikan : S1 Pekerjaan : Swasta Suku : Jawa. Alamat : Jalan Revolusi Gg Pesantren No 17 Samarinda Pasien datang berobat ke poli psikiatri RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda, diantar oleh keluarga Pasien. Identitas Keluarga Nama : Ny.NH Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 53 tahun Status dengan pasien : Tante Alamat : Jalan Nusa Indah Gang.3 RT-3 Kec Teluk Lerong Ulu Samarinda. B.Keluhan Utama Tidak bisa tidur sejak 1 bulan yang lalu C. Riwayat Penyakit Sekarang

Upload: ira-damayanti

Post on 01-Feb-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus

KASUS PSIKIATRI

Dipresentasikan pada kegiatan Kepanitteraan Klinik Laboratorium Ilmu Kesehatan Jiwa. Pemeriksaan dilakukan pada Hari Selasa, 20 Agustus 2013 pukul 11.30 Wita di Poli Psikiatri RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. Sumber anamnesa : autoanamnesa dan heteroanamnesa.

RIWAYAT PSIKIATRI

A. Identitas Pasien.

Nama : Tn. A

Umur : 23 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Swasta

Suku : Jawa.

Alamat : Jalan Revolusi Gg Pesantren No 17 Samarinda

Pasien datang berobat ke poli psikiatri RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda, diantar oleh keluarga Pasien.

Identitas Keluarga

Nama : Ny.NH

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 53 tahun

Status dengan pasien : Tante

Alamat : Jalan Nusa Indah Gang.3 RT-3 Kec Teluk Lerong Ulu Samarinda.

B.Keluhan Utama

Tidak bisa tidur sejak 1 bulan yang lalu

C. Riwayat Penyakit SekarangAutoanamnesis

Pasien mengaku tidak bisa tidur sejak 1 bulan yang lalu. Jika pasien tertidur pasien

sering terbangun kembali. Saat pasien tidak bisa tidur dan terjaga, pasien berjalan mondar

mandir di kamar. Pasien juga mengeluhkan sulit untuk makan dan minum, karena pasien

merasa selera untuk makan dan minum berkurang. Pasien juga merasa gelisah, rendah diri,

cepat lelah, sudah mulai malas melakukan aktivitas, ingin berhenti berkerja dan ingin segera

Page 2: Lapsus

pulang ke kampung halaman. Jika pasien berkumpul di antara anggota keluarga ataupun

teman-temannya di kantor, pasien selalu merasa dirinya rendah dan tidak berguna. Pasien juga

mengaku bahwa sering mendengar suara bisikan dalam pikirannya, agar pasien pergi ke

tempat-tempat tertentu. Setiap pasien berjalan, dia merasa curiga jika ada yang mengikutinya

di belakang. Pasien sering curiga jika berhadapan langsung dengan orang-orang yang ada di

depannya. Pasien tidak ingin bunuh diri dan menyakiti orang lain.

Pasien mengaku bahwa sebenarnya pasien mulai merasakan keluhan yang sama, sejak

2 bulan yang lalu. Pada waktu itu pasien pulang larut malam setelah mengukuti rapat di

kantor, setelah sampai dirumah pasien terkejut karena anggota rumah kehilangan uang.

Kejadian kehilangan uang tersebut sudah kerap kali terjadi. Anggota rumah menuduh pasien

mengambil uang itu. Dirumah itu pasien tidak tinggal dengan kedua orang tuanya, melainkan

menumpang dirumah kakeknya sejak pasien memutuskan untuk kuliah di samarinda hingga 1

bulan terakhir. Sejak dituduh mengambil uang itu, pasien mengakui selalu merasa takut dan

bersalah. Pasien mengungkapkan tidak pernah dan tidak tahu sama sekali mengenai uang itu.

Sejak 2 bulan itulah pasien sudah mulai sulit untuk tidur. Namun keluhan tersebut sempat

hilang, ketika pasien pindah ke rumah barunya dan kembali tinggal bersama kedua

orangtuanya dan adik-adik kandungnya. Kemudian dengan keluhan yang sama, muncul lagi

sekitar 1 bulan yang lalu dan terasa berat selama 1 minggu terakhir. Pasien mengakui juga

bahwa ia dari SMP hingga sekarang sering minum alkohol dan merokok. Kemudian 2 bulan

yang lalu pernah mengkonsumsi sabu-sabu, yang didapat dari temanya di kantor. Awalnya

pasien bekerja sebagai guru olahraga di salah satu sekolah negeri, karena pasien masih guru

honorer dan rendahnya gaji yang di dapat, pasien memutuskan untuk berhenti mengajar dan

melanjutkan bekerja di salah satu bank swasta, disana pasien mulai mengenal sabu yang

didapat dari teman kantornya tersebut. Karena pasien merasa keluahan yang dirasakannya

sejak 1 minggu ini semakin berat, akhirnya pasien memutuskan ingin berobat dan pergi ke

RSJD bersama tantenya.

Heteroanamensis.Menurut keterangan dari tante pasien, bahwa pasien mengeluhkan tidak bisa tidur

sejak 1 bulan yang lalu, Pasien selalu berdiam diri di kamar, tampak bingung dan gelisah.

Pada dasarnya pasien memang pribadi yang pendiam dan tertutup. Terakhir terlihat 3 hari

yang lalu pasien marah besar dan membanting handphone, karena ada masalah dengan teman

dekat wanita pasien. Tante pasien juga mengakui bahwa selama 1 bulan terakhir pasien selalu

dalam keadaan emosi tinggi, selalu merasa bersalah dan putus asa jika berhadapan dengan

orang-orang luar atau anggota keluarga yang lain. Saat pasien melihat banyak orang dan

mendengar suara banyak orang diluar rumah, pasien langsung merasa curiga bahwa orang-

Page 3: Lapsus

orang diluar sedang membicarakannya dan pasien langsung masuk ke kamar. Tidak ada

keinginan dari keponakannya tersebut untuk bunuh diri ataupun menyakiti orang lan. Sejak 1

minggu lalu tante pasien menjelaskan bahwa keponakannya itu menyadari keluhan-kelahuhan

yang dialaminya itu tidak normal dan menyadari sendiri bahwa ia dalam keadaan sakit. Oleh

karena itu pasien memutuskan untuk berobat dan mengajak tantenya pergi ke RSJD Atma

Husada Mahakam.

D. Riwayat Medis dan Psikiatrik Lain

1. Gangguan Mental dan Emosi

Pasien tidak memiliki riwayat gangguan mental dan emosi sebelumnya.

2. Gangguan Psikosomatik

Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikosomatik sebelumnya.

3. Kondisi Medis

o Riwayat trauma kepala (+), umur 3 tahun, kejang (-), penyakit infeksi (-)

o Riwayat meminum alkohol (+), merokok (+) dan obat-obatan terlarang (+) atau obat

tertentu dalam jangka waktu yang lama (-)

4. Gangguan Neurologi

Pasien tidak memiliki riwayat gangguan neurologi.

5. Faktor Pencetus

Diduga karena permasalahan dalam keluarga.

6. Riwayat Perkawinan

Belum menikah

7. Riwayat Sosial Ekonomi

Berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.

8. Riwayat Religius

Selama ini pasien jarang menjalankan ibadah.

9. Hubungan Dengan Keluarga Dan Lingkungan

Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang-orang dirumah kakeknya;

paman-paman dan sepupu-sepupu pasien, namun berhubungan baik dengan orang tua

dan keempat adiknya.

E. Riwayat Keluarga

1. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat keluhan atau penyakit yang sama.

Page 4: Lapsus

2. Riwayat pada Saat Pasien Berusia Kurang dari 10 Tahun

Ketika pasien berusia 4 tahun pasien tinggal bersama kakeknya, 2 paman, 2 bibi, 2

orang sepupunya, 1 adik kandungnya, karena orang tua pasien waktu itu ada masalah

keluarga. Kemudian ketika umur 6 tahun, pasien dan 1 orang adik kandungnya

kembali tinggal ke ke 2 orang tuanya dan 3 adik kandung pasien yang lain Hubungan

pasien dengan kedua orang tuanya cukup baik dan harmonis, begitupun dengan 3

saudara kandungnya yang lain. Pasien cenderung lebih dekat dengan ibunya.

3. Pasien Usia Sekarang

Saat ini pasien tinggal dengan ibu bapaknya, 2 adik laki-lakinya, dan 2 adik

perempuannya. Sampai saat ini pasien belum menikah.

F. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki tanpa gangguan jiwa

: Laki-laki sudah meninggal

: Pasien

: Perempuan tanpa gangguan jiwa

: Perempuan sudah meninggal

H. Gambaran premorbid

Pasien merupakan orang yang sedikit tertutup, namun mudah untuk bersosialiasi dan

memiliki banyak teman.

F. Riwayat Pribadi

1. Masa Anak-Anak Awal (0-3 Tahun)

Pasien merupakan anak yang dikehendaki oleh kedua orang tuanya. Proses

kehamilan pasien berjalan normal dan tidak terdapat gangguan yang berarti. Pasien

lahir dengan normal tanpa vakum atau forcep. Berat badan ketika lahir 2200 gram.

Pasien mendapat ASI hingga usia ± 2 tahun. Pasien diasuh oleh kakek, nenek, paman

dan bibinya. Tidak ada keterlambatan dalam proses tumbuh kembang. Pasien mulai

dilatih menggunakan toilet ketika berusia ± 3 atau 4 tahun. Awalnya selalu ditemani,

Page 5: Lapsus

namun sejak usia 7 tahun, pasien sudah berani sendiri ke toilet. Pasien pernah jatuh

dari ayunan dan kepalanya sempat terbentur, namun pasien tidak dirawat di rumah

sakit dan hanya dirawat di rumah.

2. Masa Anak-Anak Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien tidak mengalami masalah kesehatan yang berarti.

Tumbuh kembang dalam batas normal.

Pasien mudah bergaul dengan teman sebayanya, ceria.

Prestasi akademis di sekolah cukup, tidak pernah tinggal kelas.

3. Masa Anak-Anak Akhir (Pubertas sampai Remaja)

a. Hubungan dengan Teman Sebaya

Tidak pernah terjadi perkelahian hebat dengan teman sebayanya.

b. Riwayat Sekolah

Pasien tidak pernah putus sekolah atau tinggal kelas. Prestasi akademis cukup.

c. Perkembangan Kognitif dan Motorik

Tidak ada masalah/kemunduran dalam fungsi kognitif dan motorik.

d. Masalah Fisik dan Emosi Remaja yang Utama

Tidak ada masalah fisik, emosi pasien memang cenderung labil, namun dapat

dikendalikan.

e. Riwayat Psikoseksual

Tidak diketahui

f. Latar Belakang Agama

Pasien taat beribadah.

4. Masa Dewasa

a. Riwayat Pekerjaan

Pasien bekerja sebagai pegawai bank swasta

b. Aktivitas Sosial

Sudah jarang terlibat dengan lingkungan sosial kemasyarakatan, karena curiga dan

rendah diri terhadap orang-orang disekitar.

c. Seksualitas Dewasa

Orientasi seksual normal.

d. Riwayat Militer

Pasien tidak pernah mengikuti pendidikan militer, serta tidak pernah terlibat kasus

pidana atau dipenjara.

Page 6: Lapsus

e. Sistem Penghargaan/Nilai

Pasien merasa rendah diri ataupun tidak dihargai oleh orang lain.

STATUS MENTAL

A. Penampilan :

1. Identifikasi Pribadi : pasien merupakan pribadi yang pendiam dan

cenderung tertutup

2. Perilaku & Aktivitas Psikomotor : psikomotor pasien dalam batas normal.

3. Gambaran Umum : tenang, kooperatif, ada kontak visual dan verbal,

rendah diri, putus asa.

Page 7: Lapsus

B. Bicara :

Pasien cukup banyak bicara, dan intonasinya sesuai.

C. Mood dan Afek :

1. Mood : stabil

2. Afektif : sesuai

D. Pikiran dan Persepsi

1. Bentuk Pikiran :

a. Produktivitas : normal

b. Kelancaran berpikir/ide : cepat

c. Gangguan bahasa : tidak terdapat gangguan bahasa.

2. Isi Pikiran : asosiasi longgar (+), koherent

3. Gangguan Berpikir :

a. Waham : ( + ) curiga

b. Fligh of ideas : ( - )

4. Gangguan Persepsi :

a. Halusinasi : auditorik (+) mendengar bisikan agar pergi ke

tempat tertentu dan pulang ke kampung halaman,

visual (-)

b. Depersonalisasi & derealisasi : ( - )

5. Mimpi dan Fantasi : (-)

E. Sensorik

1. Kesadaran : composmentis

2. Orientasi :

a. Orientasi waktu : ( + )

b. Orientasi tempat : ( + )

c. Orientasi orang : ( + )

3. Konsentrasi & Berhitung :

a. Konsentrasi : sedikit terganggu

b. Berhitung : ( + )

Page 8: Lapsus

4. Ingatan :

a. Masa dahulu : ( + )

b. Masa kini : ( + )

c. Segera : ( + )

5. Pengetahuan : ( + )

6. Kemampuan berpikir abstrak : tidak dinilai

7. Penilaian : pemapilan rapi dan penilaian terhadap test (+)

PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : gelisah.

2. Tekanan darah : 120 / 80 mmHg.

3. Nadi : 78x/menit.

4. Respirasi : 20x/menit.

5. Keadaan gizi : baik.

6. Kulit : tidak dilakukan pemeriksaan.

7. Kepala : alopesia (-), ulserasi (-).

8. Mata : anemia (-), ikterik (-), pupil isokor.

Page 9: Lapsus

9. Hidung : rhinorrhea (-), deviasi sepetum (-).

10. Telinga : pendengaran dalam batas normal.

11. Mulut dan tenggorok : tidak dilakukan pemeriksaan.

12. Leher : pembesaran KGB (-).

13. Thorax : simetris kiri kanan.

14. Jantung : dalam batas normal.

15. Paru : ronki (-/-), wheezing (-/-).

16. Abdomen : dalam batas normal.

17. Hepar : pembesaran hepar (-).

18. Bising usus : metalic sound (-).

19. Ektremitas : akral hangat, edema (-), tremor (-)

B. Pemeriksaan Neurologis

Panca indera : tidak didapatkan kelainan

Tanda meningeal : tidak didapatkan kelainan

Tekanan intrakranial : tidak dilakukan pemeriksaan

Mata

Gerakan : normal

Pupil : isokor

Diplopia : tidak ditemukan

Visus : tidak dilakukan pemeriksaan

C. Wawancara diagnostik psikiatrik tambahan

Tidak dilakukan pemeriksaan

D. Wawancara dengan anggota keluarga, teman, tetangga dan pekerja sosial.

Wawanara dilakukan terhadap ibu pasien via telepon seluler, 21 Agustus 2013 pukul

16.30. Menurut pengakuan ibu pasien, pasien dari kecil hingga dewasa pribadi yang baik,

tidak pernah terlibat konflik dengan teman sebaya ataupun teman kantor. Usia 2-4 tahun

tinggal terpisah dengan kedua orang tua, karena waktu itu ada masalah keluarga. Pasien

pernah mengalami trauma kepala usia 3 tahun namun tidak dirawat di rumah sakit. Saat

mulai dewasa, pasien cendrung pendiam dan jika ada masalah pribadi dipendam sendiri.

Ibu pasien menuturkan bahwa pasien pernah menceritakan masalahnya kalau pasien

dituduh mengambil uang dirumah kakeknya, sejak saat itulah pasien mulai berubah

menjadi gelisah, gampang curiga, tidak bisa makan dan tidur sejak 2 bulan yang lalu. 1

Page 10: Lapsus

bulan berikutnya keluhan yang dialami pasien sempat menghilang, ketika ibu pasien

beserta ayah pasien dan orang adiknya mumutuskan untuk mengontrak rumah dan pasien

pindah rumah ke rumah kontrakan tersebut. Namun tidak lama keluhan tersebut muncul

kembali, bertambah berat hingga 2 minggu terakhir, ketika pasien terakhir kali mengikuti

rapat di kantor dengan teman-temannya. Sejak rapat terakhir itu, pasien mulai merasa

susah tidur, makan dan minum, gelisah dan selalu merasa bersalah.

E. Autoanamnesis

Pasien mengaku tidak bisa tidur sejak 1 bulan yang lalu. Jika pasien tertidur pasien

sering terbangun kembali. Saat pasien tidak bisa tidur dan terjaga, pasien berjalan mondar

mandir di kamar. Pasien juga mengeluhkan sulit untuk makan dan minum, karena pasien

merasa selera untuk makan dan minum berkurang. Pasien juga merasa gelisah, rendah

diri, cepat lelah, sudah mulai malas melakukan aktivitas, ingin berhenti berkerja dan ingin

segera pulang ke kampung halaman. Jika pasien berkumpul di antra anggota keluarga

ataupun teman-temannya di kantor, pasien selalu merasa dirinya rendah dan tidak

berguna. Pasien juga mengaku bahwa sering mendengar suara bisikan dalam pikirannya,

agar pasien pergi ke tempat-tempat tertentu. Setiap pasien berjalan, dia merasa curiga jika

ada yang mengikutinya di belakang. Pasien juga sering curiga jika berhadapan langsung

dengan orang-orang yang ada di depannya. Pasien tidak ingin bunuh diri dan menyakiti

orang lain.

Pasien mengaku bahwa sebenarnya pasien mulai merasakan keluhan yang sama, sejak

2 bulan yang lalu. Pada waktu itu pasien pulang larut malam setelah mengukuti rapat di

kantor, setelah sampai dirumah pasien terkejut karena anggota rumah kehilangan uang.

Kejadian kehilangan uang tersebut sudah kerap kali terjadi. Anggota rumah menuduh

pasien mengambil uang itu. Dirumah itu pasien tidak tinggal dengan kedua orang tuanya,

melainkan menumpang dirumah kakeknya sejak pasien memutuskan untuk kuliah di

samarinda hingga 1 bulan terakhir. Sejak dituduh mengambil uang itu, pasien mengakui

selalu merasa takut dan bersalah. Pasien mengungkapkan tidak pernah dan tidak tahu

sama sekali mengenai uang itu. Sejak 2 bulan itulah pasien sudah mulai sulit untuk tidur.

Namun keluhan tersebut sempat hilang, ketika pasien pindah ke rumah barunya dan

kembali tinggal bersama kedua orangtuanya dan adik-adik kandungnya. Kemudian

dengan keluhan yang sama, muncul lagi sekitar 1 bulan yang lalu dan terasa berat selama

1 minggu terakhir. Pasien mengakui juga bahwa ia dari SMP hingga sekarang sering

minum alkohol dan merokok. Kemudian 2 bulan yang lalu pernah mengkonsumsi sabu-

sabu, yang didapat dari temanya di kantor. Awalnya pasien bekerja sebagai guru olahraga

di salah satu sekolah negeri, karena pasien masih guru honorer dan rendahnya gaji yang

Page 11: Lapsus

di dapat, pasien memutuskan untuk berhenti mengajar dan melanjutkan bekerja di salah

satu bank swasta, disana pasien mulai mengenal sabu yang didapat dari teman kantornya

tersebut. Karena pasien merasa keluahan yang dirasakannya sejak 1 minggu ini semakin

berat, akhirnya pasien memutuskan ingin berobat dan pergi ke RSJD bersama tantenya.

F. Pemeriksaan psikologi, neurologi dan laboratorium (sebagai penunjang)

Hasil pemeriksaan urin 20 agustus 2013.

Morphin : (-)

Barbitirat : (-)

Benzodiazepin : (-)

Amphetamin : (-)

Met Amphetamin : (-)

Maryuana : (-)

RINGKASAN PENEMUAN

A. Pemeriksaan Fisik

Semua dalam batas normal

B. Status Psikikus

Roman muka : datar, tampak gelisah dan kurang percaya diri

Kontak : visual (+), verbal (+)

Orientasi : waktu (+), tempat (+), orang (+)

Perhatian : (+)

Persepsi : halusinasi auditorik (+) mendengar bisikan agar pergi ke

tempat-tempat tertentu dan pulang ke kampung halaman, halusinasi visul (-), halusinasi

taktil (-), halusinasi olfaktori (-), haslusinasi gustaktori (-) dan ilusi (-)

Ingatan : masa dulu (+), masa kini (+), segera (+)

Intelegensia : Baik ( S1 guru olahraga )

Pikiran : Kecepatan isi piker cepat, asosiasi longgar, koheren, waham

curiga (+), tentament suicide (-), menyakiti orang lain (-)

Penilaian : penampilan rapi, penilaian terhadap test baik.

Page 12: Lapsus

Wawasan penyakit : (+), pasien menyadari keluhan-keluhan yang dialaminya tidak

normal dan pasien merasa bahwa ia sedang sakit.

Emosi : labil

Dekorum : (+)

Kematangan Jiwa : (+)

Tingkah laku/bicara : (+)

DIAGNOSIS

Aksis I : F32.2 Epiode depresif berat dengan gejala psikotik,

DD : F.10 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan alkohol

F.14 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan kokain

F.20.1 Skizofrenia hebefrenik

F.25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif

Aksis II : tidak terdapat diagnosis

Aksis III : tidak terdapat diagnosis

Aksis IV : masalah berkaitan dengan primary support group

Aksis V : GAF 60-51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Dubia ad bonam jika:

1. Minum obat secara teratur

Page 13: Lapsus

2. Keinginan sembuh dari pasien

3. Dukungan keluarga untuk sering memperhatikan dan memberikan perhatian kepada

pasien.

4. Hanya satu atau dua episode depresi

FORMULASI PSIKODINAMIK

Seorang pria berumur 23 tahun, agama islam, bekerja sebagai pegawai bank swasta,

datang pada hari Selasa, 20 Agustus 2013 Pukul 11.30 WITA, di Poli Psikiatri RSJD

Atma Husada Samarinda.

Pada proses autoanamnesis, pasien mengaku tidak bisa tidur dan gelisah sejak 1 bulan

yang lalu, dan dirasa keluhan tersebut semakin meningkat dalam 1 minggu terakhir

sehingga memutuskan untuk pergi berobat ke RSJD Atma Husada Samarinda. Pasien

juga mengaku nafsu makan berkurang. Pasien juga merasa gelisah, rendah diri, cepat

lelah, sudah mulai malas melakukan aktivitas, ingin berhenti berkerja dan ingin segera

pulang ke kampung halaman. Jika pasien berkumpul di antara anggota keluarga ataupun

teman-temannya di kantor, pasien selalu merasa dirinya rendah dan tidak berguna. Pasien

juga mengaku bahwa sering mendengar suara bisikan dalam pikirannya, agar pasien pergi

ke tempat-tempat tertentu. Setiap pasien berjalan, dia merasa curiga jika ada yang

mengikutinya di belakang. Pasien sering curiga jika berhadapan langsung dengan orang-

orang yang ada di depannya. Pasien tidak ingin bunuh diri dan menyakiti orang lain.

Pasien mengungkapkan semua keluhan tersebut dirasakan sejak pasien dituduh

mengambil uang dirumah kakeknya dan pasien mengaku mengkonsumsi sabu-sabu sejak

2 bulan lalu. Pasien perokok aktif dan minum alcohol sejak masih smp.

Pada proses heteroanamnesa dengan tante dan ibu pasien, pasien mengeluhkan tidak bisa

tidur sejak 1 bulan yang lalu, pasien selalu berdiam diri di kamar, tampak bingung dan

gelisah. Pada dasarnya pasien memang pribadi yang pendiam dan tertutup. Terakhir

terlihat 3 hari yang lalu pasien marah besar dan membanting handphone, karena ada

masalah dengan teman dekat wanita pasien. Tante pasien juga mengakui bahwa selama 1

bulan terakhir pasien selalu dalam keadaan emosi tinggi, selalu merasa bersalah dan putus

asa jika berhadapan dengan orang-orang luar atau anggota keluarga yang lain. Saat pasien

melihat banyak orang dan mendengar suara banyak orang diluar rumah, pasien langsung

merasa curiga bahwa orang-orang diluar sedang membicarakannya dan pasien langsung

masuk ke kamar. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien saat usia 3 tahun pernah

Page 14: Lapsus

mengalami kecelakaan setelah terjauh dari ayunan dan kepalanya terbentur. Namun

pasien saat itu tidak dibawa ke rumah sakit dan hanya dirawat dirumah.

Pada pemeriksaan psikiatri, didapatkan penampilan rapi, tenang, cukup kooperatif, kontak

visual dan verbal normal, emosi labil, afek datar, orientasi waktu (+), ruang (+), dan orang

(+), proses pikir cepat, asosiasi longgar, dan ada waham curiga, didapatkan halusinasi

auditorik, tidak didapatkan ilusi, intelegensia baik (S1), ADL mandiri,dan psikomotor

normal.

Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan pada pasien.

PENATALAKSANAAN

Psikofarmakologis

Setraline 50 mg 2x1

Risperidone 2mg 2 x 1

Psikoterapi

- Psikoterapi individual suportif

- Konseling keluarga

Selain pemberian terapi antidepresan dan antipsikotik, diperlukan juga psikoterapi yang

ditujukan kepada penderita sendiri, diharapkan untuk mengerti keadaan dirinya untuk

menghadapi stress psikososial yang dihadapi dan konseling kepada keluarga untuk

mendapatkan dukungan baik dalam pengobatan maupun sosialisasi penderita. Hal tersebut

dapat diwujudkan dengan cara memberi kehangatan, empati, pengertian dan optimisme

PEMBAHASAN

Diagnosis

Page 15: Lapsus

Axsis I

Kriteria Diagnostik untuk episode deprsif berat dengan psikosis

Kriteria penilaian Pada

pasien

F.32 Episode depresif

Gejala utama pada gangguan depresif ringan, sedang dan berat :

afek depresi

kehilangan minat dan kegembiraan

berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan

menurunnya aktivitas

Gejala lainnya : konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan

kepercayaan diri berkurang, pikiran rasa bersalah dan tidak berguna,

pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, pikiran atau perbuatan

yang membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan

terganggu.

F32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotik

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut

diatas Disertai waham, halusinasi atau stupor. Waham biasanya

melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang

mengancam, dan penderita merasa bertanggung jawab atas hal itu.

Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina

atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi

psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor

Jika diperlukan, waham atau halusisnasi dapat ditentukan sebagai serasi

atau tidak serasi dengan afek (mood congruent)

Axsis II

Untuk Axsis II, berdasarkan anamnesa didapatkan kepribadian premorbid pasien

merupakan merupakan orang yang pendiam, sedikit tertutup, namun mudah untuk

bersosialiasi dan memiliki banyak teman., sehingga disimpulkan tidak ada diagnosis untuk

Axsis II.

Axsis III

Untuk Axsis III, berdasarkan anamnesa tidak didapatkan kelainan.

Axsis IV

Page 16: Lapsus

Untuk Axsis IV, berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa pasien memiliki masalah

pada keluarga yang dituduh mengambil uang dirumah kakeknya sebelumnya, sehingga

diagnosis pada Axsis IV adalah masalah berkaitan dengan primary support group.

Axsis V

GAF 60-51 Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

PENATALAKSANAAN

Sebagian besar klinisi dan peneliti percaya bahwa kombinasi psikoterapi dan

farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk gangguan depresi berat. Tiga jenis

psikoterapi jangka pendek yaitu terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku, telah

diteliti tentang manfaatnya di dalam pengobatan gangguan depresi berat. Farmakoterapi yang

diberikan adalah antidepresan dan antipsikotik. Dengan pertimbangan sebagai berikut :

Pasien diduga episode depresi dengan psikosis, maka terapi yang paling utama ialah

memberikan antidepresan ditambah dengan antipsikosis

Antidepresan yang digunakan ialah sertraline kareana merupakan lini pertama

antidepresan,efek samping obat yang kecil dan tidak adanya interasksi obat dengan

golongan obat antipsikosis (SSRI).

Antidepressant yang digunakan ialah ialah sertraline 50 mg 2x1,

Antipsikosis yang digunakan ialah resperidone, karena tidak adanya efek negatif yang

ditimbulkan, efek samping obat yang kecil, dan tidak adanya interaksi obat dengan

(SSRI).

Antipsikosis yang digunaka resperidone 2 mg 2x1

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Lapsus

1. Kaplan, Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis Edisi 10.

Alih bahasa: Widjaja Kusuma. Jawa Barat: Binarupa Aksara

2. Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi ke III. Jakarta

3. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa Unika Atmajaya: Jakarta. 2003

4. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Bagian

ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.2007

5. Elvira, Sylvia D & Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. FK UI: Jakarta. 2010

Page 18: Lapsus
Page 19: Lapsus
Page 20: Lapsus