makalah pcl
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kampus merupakan suatu tempat ataupun perantara mahasiswa
menuntut sebagian ilmu dari yang diajarkan oleh dosennya. Dan juga
sebagai sarana pembentukan jatidiri seseorang. Sebab, kampus sendiri
dapat diibaratkan sebagai suatu Negara kecil yang dapat menjadi besar dan
berkembang jika pola berpikir orang didalamnya baik. Dalam Kampus
juga terdapat nilai-nilai politik, agama, ekonomi, hukum dll yang
berhubungan dengan pembentukan karakter suatu Negara. Dan para
mahasiswa juga menjadi cikal bakal pemimpin yang nantinya akan
memimpin Negara ini dimasa depan.
Pancasila merupakan dasar Negara RI yang sudah disusun oleh
para pendiri bangsa dan diamanatkan kepada para penerusnya hingga
sekarang agar menjadi tolak ukur pembentukan karakter suatu bangsa.
Jadi sudah seharusnya para pemuda khususnya mahasiswa saat ini
memahami dan dapat juga mengimplementasikan pancasila tersebut dalam
menjalani kehidupan khususnya didalam kampus. Karena dari kampuslah
pola pikir mahasiswa akan terbentuk, apakah yang dilakukan para
pemimpin di Negara ini sudah sesuai dengan yang diamanatkan oleh para
pendiri bangsa selama ini. Sebab, saat ini kesucian pancasila seperti di
nodai oleh "tangan kotor" orang yang tidak bertanggung jawab atas
amanat yang telah rakyat berikan kepadanya.
1.2. Rumusan Masalah
1. bagaimana jika dalam reformasi dan dalam kehidupan dalam
kampus tidak menggunakan paradigma, khususnya tidak
menggunakan pancasila sebagai paradigma reformasi maupun
kehidupan dalam kampus?
2. Bagaimana cara mengaktualisasikan pancasila tersebut di
perguruan tinggi atau kampus dan pada reformasi?
3. Bagaimana cara mengimplementasikan pancasila terhadap
kehidupan kampus?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui fungsi paradigma dalam reformasi dan dalam
kampus.
2. Memahami serta dapat mengaktualisasikan pancasila dalam
kampus dan pada reformasi.
3. Mengetahui implementasi pancasila terhadap kehidupan kampus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Paradigma
Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam filsafat ilmu
pengetahuan. Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut
dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang
berjudul “The Structure Of Scientific Revolution”, paradigma adalah suatu
asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai)
sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu
pengetahuan itu sendiri.
Dalam ilmu-ilmu sosial manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu
hasil penelitian ilmiah yang mendasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji
manusia dan masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat yang parsial, terukur,
korelatif dan positivistik, maka hasil dari ilmu pengetahuan tersebut secara
epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari obyek ilmu pengetahuan yaitu
manusia.
Dalam masalah yang populer istilah paradigma berkembang menjadi
terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir,
orientasi dasar, sumber asas serta tujuan dari suatu perkembangan, perubahan
serta proses dari suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan,
reformasi maupun dalam pendidikan.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai
acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir; atau jelasnya sebagai sistem
nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka
arah/tujuan bagi ‘yang menyandangnya’.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang pancasila sebagai
paradigma kehidupan kampus. Kehidupan kampus yang kita ketahui terdiri dari
beberapa elemen, yaitu : mahasiswa, dan dosen. Sekelompok elemen tersebutlah
yang mengisi kehidupan kampus setiap harinya. Fungsi dari kampus itu sendiri
adalah selain untuk wadah sarana pendidikan juga sebagai tempat
menimba/mendapatkan ilmu, dimana elemen mahasiswa memegang peran utama
dalam mengatur, mengendalikan, dan mentaati segala peraturan yang ada di
kampus. Pancasila sebagai landasan yang utama tidak hanya berlaku dalam satu
unsur saja, namun terdapat dalam berbagai unsur yaitu : ilmu pengetahuan,
hukum, HAM, sosial politik, ekonomi, kebudayaan, dll. Dalam arti, bahwa
pancasila bisa diterapkan dan dijalankan dalam unsur-unsur tersebut sesuai
dengan nilai-nilai yang terdapat pada pancasila tersebut (sila ke-1 s/d sila ke-5).
Kampus yang terdiri dari 2 elemen, tentunya memiliki jumlah kapasitas
yang besar. Maksudnya adalah, dalam kampus tidak hanya terdiri dari beberapa
orang namun terdiri dari ratusan bahkan ribuan orang. Tentunya setiap orang
memiliki keyakinan agama yang berbeda. Seperti kita ketahui kita mengenal
adanya 5 agama (kristen, katholik, islam, budha, hindu). Sehingga perlulah
pola/acuan berfikir untuk tidak melakukan sikap diskriminatif terhadap agama
yang satu dengan yang lain, kaum mayoritas dengan kaum minoritas. Agar nilai-
nilai agama yang kita punya tidak menimbulkan pelanggaran melainkan contoh
bagi orang lain. Sebagaimana yang terdapat pada sila ke-1 dalam pancasila.
Selain itu, setiap mahasiswa juga berhak untuk mendapatkan suatu prestasi
ketika mahasiswa tersebut sudah melaksanakan kewajibannya (IPK). Hal ini
berkaitan dengan nilai kemanusiaan yang terdapat dalam sila ke-2, dimana
mahasiswa berhak mendapatkan haknya ketika kewajibannya sudah dilakukan.
Namun perlu juga kesesuaian antara kewajiban yang dilakukan dengan hak yang
diterima. Kemudian, dalam pergaulan kampus semakin sulit dibedakan antara
mahasiswa yang senior dengan yang junior karena ketika golongan tersebut
menyatu terkadang mempunyai sikap yang kurang sopan ketika berbicara &
berperilaku. Sehingga nilai moral yang ada tidak sesuai lagi dengan perilaku yang
sebagaimana mestinya.
Banyaknya orang yang terdapat dalam kampus, juga mempunyai berbagai
keanekaragaman. Contohnya: suku, bahasa, dan budaya. Keanekaragaman
tersebut cenderung membuat kita terkadang malu atau bahkan tidak mengakui.
Sehingga terkadang timbulah suatu perpecahan antar mahasiswa, walaupun tidak
dalam skala yang besar. Paradigma yang seharusnya dilakukan adalah menjadikan
keanekaragaman ini sebagai landasan bahwa semua orang dapat menyatu,
menghargai, dan mengakui walaupun terdapat beberapa perbedaan dalam hal
bahasa dan budayanya. Paradigma tersebut telah tertanam dalam pancasila sila ke-
3 sebagai nilai persatuan.
Kemudian, kampus yang adalah sebagai wadah tentunya tidak secara
langsung berdiri sendiri. Pasti ada proses dan orang yang memegang peranan
dalam hal tersebut. Maka, antara pihak kampus dengan mahasiswa yang ada
didalamnya harus mempunyai sikap yang transparan dan bijaksana. Sehingga
tidak menimbulkan konflik antara kedua lapisan tersebut. Paradigmanya adalah
agar tercapainya suatu tujuan yaitu pendidikan yang bermutu dan berkualitas baik,
mempunyai makna bahwa pendidikan dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk
mahasiswa seperti yang tertuang dalam pancasila sila ke-4 sebagai nilai
kerakyatan.
Seiring dengan perkembangan jaman dimana terjadi perpindahan orde dari
orde lama ke orde baru, nilai-nilai pancasila pun semakin dilupakan. Padahal
dengan pancasila tersebutlah segala sesuatunya menjadi sangat berharga.
Pancasila yang terdapat dalam unsur ilmu pengetahuan berkaitan juga dengan
kehidupan kampus, karena kampus sendiri mempunyai tujuan yang berkaitan
dalam ilmu pengetahuan. Paradigma kehidupan yang terdapat dalam kampus
adalah dimana dalam setiap kehidupan sehari-harinya terdapat interaksi antara
dosen dengan mahasiswa . Sesuai dengan nilai keadilan yang terdapat dalam sila
ke-5, menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Hubungannya apa? Kampus sebagai wadah yang tepat dalam mendapatkan ilmu,
menandakan bahwa dosen adalah seorang pengajar dan mahasiswa adalah sebagai
pelajar. Artinya,dosen harus mensejahterakan mahasiswanya dengan menuangkan
ilmu yang dia punya kepada mahasiswanya tanpa harus melakukan perbedaan
dalam mendapatkan ilmu agar terciptanya suatu elemen mahasiswa yang pintar,
radikal, dan berkompeten dalam bidangnya.
Jadi, pancasila sebagai landasan yang utama harus dijaga, dilakukan, dan
ditaati nilai-nilainya agar setiap nilainya tersebut dapat membawa bangsa ini
menjadi bangsa yang bermartabat dan sederajat dengan negara lainnya.
2.2 Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Kampus
2.1.1. Aktualisasi pancasila
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi
obyektif dan subyektif. Aktualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila
dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara
antara lain legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-
bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam
penjabaran ke dalam undang-undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan
maupun bidang kenegaraan lainnya. Adapun aktualisasi Pancasila subyektif
adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral
dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subyektif
tersebut tidak terkecuali baik warga negara biasa, aparat penyelenggara negara,
penguasa negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu
mawas diri agar memiliki moral Ketuhanan dan Kemanusiaan sebagaimana
terkandung dalam Pancasila.
2.1.2. Tridarma Perguruan Tinggi
Peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan mempunyai tugas
pokok menyelenggarakan pendidikan dan pegajaran di atas perguruan tingkat
menengah berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang
meliputi: pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, yang disebut Tri Darma Perguruan Tinggi
Perlu diketahui, bahwa pendidikan tinggi sebagai institusi dalam masarakat
bukanlah merupakan menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat,
melainkan senantiasa mengembangkan dan mengabdi kepada masarakat. Maka
menurut PP. No. 60 Th. 1999, bahwa Perguruan Tinggi mempunyai 3 tugas
pokok, yaitu:
a. Pendidikan tinggi
b. Penelitian
c. Pengabdian terhadap masyarakat
1. Pendidikan Tinggi
Lembaga pendidikan tinggi memiliki tugas melaksanakan
pendidikan untuk menyiapkan, membentuk dan menghasilkan sumber
daya yang berkualitas. Tugas pendidikan tinggi adalah :
Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan atau memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya
kebudayaan nasional. Pengembangan ilmu di perguruan tinggi
bukanlah value free (bebas nilai), melainkan senantiasa terikat nilai
yaitu nilai ketuhahan dan kemanusiaan. Oleh karena itu pendidikan
tinggi haruslah menghasilkan ilmuwan, intelektual serta pakar yang
bermoral ketuhanan yang mengabdi pada kemanusiaan.
2. Penelitian
Penelitian adalah suatu kegiatan telaah yang taat kaidah, bersifat obyektif
dalam upaya untuk menemukan kebenaran dan menyelesaikan masalah dalam
ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
Dalam suatu kegiatan penelitian seluruh unsur dalam penelitian senantiasa
mendasarkan pada suatu paradigma tertentu, baik permasalahan, hipotesis,
landasan teori maupun metode yang dikembangkannya. Dalam khasanah ilmu
pengetahuan terdapat berbagai macam bidang ilmu pengetahuan yang masing-
masing memiliki karakteristik sendiri-sendiri, karena paradigma yang berbeda.
Bahkan dalam suatu bidang ilmu terutama ilmu sosial, antropologi dan politik
terdapat beberapa pendekatan dengan paradigma yang berbeda, misalnya
pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.
Dasar-dasar nilai dalam Pancasila menjiwai moral peneliti sehingga suatu
penelitian harus bersifat obyektif dan ilmiah. Seorang peneliti harus berpegangan
pada moral kejujuran yang bersumber pada ketuhanan dan kemanusiaan. Suatu
hasil penelitian tidak boleh karena motivasi uang, kekuasaan, ambisi atau bahkan
kepentingan primordial tertentu. Selain itu asas manfaat penelitian harus demi
kesejahteraan umat manusia, sehingga dengan demikian suatu kegiatan penelitian
senantiasa harus diperhitungkan manfaatnya bagi masyarakat luas serta
peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan.
3. Pengabdian kepada Masyarakat
Pengabdian kepada masyarakat adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan
ilmu pengetahuan dalam upaya memberikan sumbangan demi kemajuan
masyarakat. Realisasi pengabdian kepada masyarakat dengan sendirinya
disesuaikan dengan ciri khas, sifat serta karakteristik bidang ilmu yang
dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. Aktualisasi pengabdian
kepada masyarakat ini pada hakikatnya merupakan suatu aktualisasi
pengembangan ilmu pengetahuan demi kesejahteraan umat manusia. Kegiatan
pengabdian kepada masyarakat sebenarnya merupakan suatu aktualisasi kegiatan
masyarakat ilmiah perguruan tinggi yang dijiwai oleh nilai-nilai ketuhanan dan
kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila.
Jadi, di Perguruan Tinggi atau yang biasa disebut dengan kampus, tidak
hanya mengajar akan tetapi mendidik. Dimana dengan didikan tersebut
mahasiswa akan lebih didampingi baik secara intelektual dan emosional. Contoh
umumnya adalah bagaimana cara mahasiswa bergaul dalam sehari-hari mereka
dengan berpedoman pada pancasila.
2.1.3. Budaya akademik
Budaya merupakan nilai yang dilahirkan oleh warga masyarakat yang
mendukungnya. Budaya akademik merupakan nilai yang dilahirkan oleh
masyarakat akademik yang bersangkutan. Masyarakat akademik di manapun
berada, hendaklah perkembangannya dijiwai oleh nilai budaya yang berkembang
di lingkungan akademik yang bersangkutan. Suatu nilai budaya yang mendorong
tumbuh dan berkembangnya sikap kerja sama, santun, mencintai kemajuan ilmu
dan teknologi, serta mendorong berkembangnya sikap mencintai seni.
Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat memiliki ciri
khas tersendiri disamping lapisan-lapisan masyarakat lainnya. Warga dari suatu
perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan luas. Oleh karena itu
masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan budaya ilmiah yang
merupakan pokok dari aktivitas perguruan tinggi.
a. Kritis, senantiasa mengembangkan sikap ingin tahu segala sesuatu untuk
selanjutnya diupayakan jawaban dan pemecahannya melalui suatu kegiatan ilmiah
penelitian.
b. Kreatif, senantiasa mengembangkan sikap inovatif, berupaya untuk
menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi masyarakat.
c. Obyektif, kegiatan ilmiah yang dilakukan harus benar-benar berdasarkan pada
suatu kebenaran ilmiah, bukan karena kekuasaan, uang atau ambisi pribadi.
d. Analitis, suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan suatu metode ilmiah
yang merupakan suatu prasyarat untuk tercapainya suatu kebenaran ilmiah.
e. Konstruktif, harus benar-benar mampu mewujudkan suatu karya baru yang
memberikan asas kemanfaatan bagi masyarakat.
f. Dinamis, ciri ilmiah sebagai budaya akademik harus dikembangkan
terusmenerus.
g. Dialogis, dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat
akademik harus memberikan ruang pada peserta didik untuk mengembangkan
diri, melakukan kritik serta mendiskusikannya.
h. Menerima kritik, sebagai suatu konsekuensi suasana dialogis yaitu setiap insan
akademik senantiasa bersifat terbuka terhadap kritik.
i. Menghargai prestasi ilmiah/akademik, masyarakat intelektual akademik harus
menghargai prestasi akademik, yaitu prestasi dari suatu kegiatan ilmiah.
j. Bebas dari prasangka, budaya akademik harus mengembangkan moralitas
ilmiah yaitu harus mendasarkan kebenaran pada suatu kebenaran ilmiah.
k. Menghargai waktu, senantiasa memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien
mungkin, terutama demi kegiatan ilmiah dan prestasi.
l. Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, memiliki karakter ilmiah sebagai
inti pokok budaya akademik
m. Berorientasi ke masa depan, mampu mengantisipasi suatu kegiatan ilmiah ke
masa depan dengan suatu perhitungan yang cermat, realistis dan rasional.
n. Kesejawatan/kemitraan, memiliki rasa persaudaraan yang kuat untuk
mewujudkan suatu kerja sama yang baik. Oleh karena itu budaya akademik
senantiasa memegang dan menghargai tradisi almamater sebagai suatu tanggung
jawab moral masyarakat intelektual akademik.
2.1.4. Kampus Sebagai Pengembangan Hukum Dan HAM
Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat, sekaligus merupakan tempat persemaian dan perkembangan nilai-
nilai luhur. Selain itu, Kampus merupakan wadah perkembangan nilai-nilai moral,
di mana seluruh warganya diharapkan menjunjung tinggi sikap yang menjiwai
moralitas yang tinggi dan dijiwai oleh pancasila.
Masyarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benar-benar
mengamalkan budaya akademik. Masarakat kampus wajib senantiasa bertanggung
jawab secara moral atas kebenaran obyektif, bertanggung jawab terhadap
masarakat bangsa dan negara, serta mengabdi pada kesejahteraan kemanusiaan.
Oleh karena itu sikap masarakat kampus tidak boleh tercemar oleh kepentingan-
kepentingan politik penguasa sehingga benar-benar luhur dan mulia.
2.1.5. Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum
Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu
agenda yang sangat mendesak untuk mewujudkan adalah reformasi dalam bidang
hukum dan peraturan perundang- undangan. Negara indonesia adalah negara yang
berdasarkan hukum, oleh karena itu dalam rangka melakukan penataan Negara
untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis maka harus menegakkan
supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok untuk segera direalisasikan
adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum. Konsekuensinya dalam
mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka harus dilakukan
pengembangan hukum positif.
Sesuai dengan tatib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum
harus sesuai dengan tatib hukum Indonesia. Berdasarkan tatib hukum Indonesia
maka dalam pengembangan hukum positif Indonesia, maka falsafah negara
merupakan sumber materi dan sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal ini
berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, dan juga Tap No. III/MPR/2000. namun
perlu disadari, bahwa yang dimaksud dengan sumber hukum dasar nasional,
adalah sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai pancasila sebagai
sumber materi, konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-
nilai hukum Tuhan (sila I), nilai yang terkandung pada harkat, martabat dan
kemanusiaan seperti jaminan hak dasar (hak asasi) manusia (sila II), nilai
nasionalisme Indonesia (sila III), nilai demokrasi yang bertumpu pada rakyat
sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV), dan nilai keadilan dalam kehidupan
kenegaraan dan kemasyarakatan (sila V).
Selain itu, tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan
hukum aspirasi dan realitas kehidupan masyarakat serta rakyat adalah merupakan
sumber materi dalam penyusunan dan pengembangan hukum.
2.1.6. Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pembangunan Hak Asasi Manusia
Dalam penegakan hak asasi manusia, mahasiswa harus bersikap obyektif,
dan benar-benar berdasarkan kepentingan moral demi harkat dan martabat
manusia, bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan kekuasaan
politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan negara
Indonesia. Perlu kita sadari bahwa dalam penegakan hak asasi tersebut,
pelanggaran hak asasi dapat dilakukan oleh seseorang, kelompok orang termasuk
aparat negara, penguasa negara baik disengaja ataupun tidak disengaja (UU. No.
39 Tahun 1999).
Dasawarsa ini, kita melihat dalam menegakkan hak asasi seringkali kurang
adi. Misalnya kasus pelanggaran di Timur-timur, banyak kekuatan yang mendesak
untuk mengusut dan menyeret bangsa sendiri ke Mahkamah Internasional.
Namun, ratusan ribu rakyat kita. Seperti korban kerusuhan Sambas, Sampit, Poso
dan lainnya tidak ada kelompok yang mau memperjuangkannya. Padahal hak
asasi mereka sudah diinjak-injak, jelaslah kejadian serta menderitanya mereka
sama. Akan tetapi tetap tidak ada yang mau menolong.
Jadi, marilah kita sebagai mahasiswa pencetus terjadinya reformasi, mari
kita tujukan pada dunia bahwa kita mampu dalam merealisasikan semua cita-cita
dan tujuan dasar dari reformasi. Akan tetapi disamping itu, perlu kita sadari juga
bahwasanya kita merupakan mahasiswa sebagai tonggak dari penjunjung tinggi
hak asasi manusi masihlah belum maksimal kinerjanya untuk hal yang disebutkan
diatas. Maka, dari detik ini. Kita sebagai generasi bangsa haruslah benar-benar
menanamkan nilai-nilai pancasila dalam setiap prilaku kita. Dimanapun, dan pada
siapapun.
2.2 Implementasi nilai- nilai Pancasila1
1. Ketuhanan yang Maha Esa
a. Di dalam kampus fise jam – jam untuk kuliah sudah diatur sedemikian rupa
sehingga, jam kuliah tidak mengganggu jam untuk beribadah.
b. Mahasiswa baru diwajibkan untuk menikuti pelatihan ESQ ( emotianal spiritual
quetion )
c. Setiap mahasiswa baru yang beragama Islam diwajibkan mengikuti kegiatan
tutorial PAI untuk memperdalam ilmu agama.
1 Laporan-laporan EEDP Quality Assurance No. 1.2 1998
d. Adanya Al- Islah sebagai organisasi di tingkat fakultas sebagai wadah bagi
mahasiswa muslim untuk mengembangkan wawasan Islamiah dan wawasan
dalam berorganisasi.
e. Selain itu di universitas juga terdapat UKM ( Unit Kegiatan Mahasiswa) yang
menjadi wadah berkumpulnya mahasiswa yang berbeda agama. Misalnya saja
perkumpulan mahasiswa Budha, Kristen, Katolik, Protestan, Islam dan Hindhu.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Mahasiswa Uny terdiri dari berbagai macam latarbelakang budaya agama,
ras dan suku bangsa, tetapi dalam perbedaan itu, mereka bersatu dalam
kebersamaan. Didalam UNY tidak ada suatu pembedaan antara orang per orang,
khususnya di UNY yang dalam penerimaan mahasiswanya dibuka melalui
beberapa jalur, tetapi semua diperlakukan sama. Entah itu yang masuk melalui
jalur SNPTN, Bidik Misi, Swadana, maupun jalur Kerjasama.
3. Persatuan Indonesia
Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak
terpecah. Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang
ini, maka disebut nasionalisme. Nasionalisme adalah perasaan satu sebagai suatu
bangsa, satu dengan seluruh warga yang ada dalam masyarakat.
Contoh dalam kampus UNY, melalui organisasi kemahasiswaannya
mereka membentuk suatu jaringan perkumpulan mahasiswa dari berbagai
universitas di Indonesia. Hal tersebut merupakan salah satu bukti ada sikap dan
upaya untuk memjalin rasa kebersamaan diantara para mahasiswa sebagai bagian
dari pemuda Indonesia.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijakanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan
Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan-
keputusan yang diambil secara bulat. Apabila pengambilan keputusan secara bulat
itu tidak bisa tercapai, baru diadakan pemungutan suara. Kebijakan ini merupakan
suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang bermanfaat bagi kepentingan
orang banyak.
Contohnya di kampus UNY baik dikalangan dosen, senat, dan mahasiswa
mereka menerapkan suatu kebiasaan untuk melakukan musyawarah dan diskusi
bersama terkait dengan berbagai hal. Dari hal ini menunjukkan adanya penerapan
sila ke-4 dalam Pancasila.
5. Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan berarti adanya persamaan dan saling menghargai karya orang
lain. Jadi seorang itu bertindak adil apabila orang memberikan sesuatu orang lain
sesuai dengan haknya, misalnya seseorang berhak memperoleh X, sedangkan ia
menerima X, maka perbuatan itu adil.
Contohnya di UNY setiap mahasiswa yang telah memenuhi syarat berhak
untuk mengikuti ujian akhir semester dan berhak memperoleh nilai sesuai dengan
kemampuannya.
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan kami yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
serta penyusunan makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi kami dan para mahasiswa ATI Tunas Bangsa cabang Jawa Tengah
wilayah Jepara pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
3.1. KESIMPULAN
a. kesimpulan
Gerakan Reformasi terjadi disebabkan oleh lemahnya pandangan manusia
terhadap nilai-nilai Pancasila. Keinginan mereka untuk meraih kejayaan dengan
KKN justru membalikan fakta sesungguhnya. Peristiwa yang terjadi pada masa
lampau tepatnya tahun 1997 seharusnya dijadikan pelajaran oleh bangsa kita.
Secara umum Pancasila merupakan dasar cita-cita reformasi di bidang
hukum, politik, ekonomi dan bidang pendidikan tidak mungkin dilakukan dengan
pemikiran secara teori namun haruslah mendasar dan memiliki landasan yang
mana bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
Berdasarkan hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan individu,
masyarakat dalam pergaulannya berbangsa dan bernegara harus melaksanakan
hak dan kewajibansesuai tugas dan fungsinya. Maka diperlukan aturan yang
menjadi acuan dalam bertingkah laku yaitu Pancasila.Perguruan Tinggi
menyediakan layanan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat
akademik harus mengembangkan budaya ilmiah yang merupakan esensi pokok
dari aktivitas Perguruan Tinggi. Dalam dunia kampus masyarakat ilmiah harus
benar-benar mengamalkan budaya akademik. Agar tidak terjebak pada
kepentingan penguasa, masyarakat kampus harus bersifat objektif dan harus
mempertahankan apa yang harus dikehendakinya. Mereka pun harus bersumber
pada hati nurani serta sikap moral yang luhur yang bersumber pada ketuhanan dan
kemanusiaan.
3.2. SARAN
1. Kepada pembaca diharapkan makalah ini dapat menabah wawasan mengenai
peranan Pancasila sebagai Paradigma.
2. Kepada rakyat Indonesia diharapkan bisa menerapkan nilai-nilai pancasila
dalam melakukan gerakan Reformasi di bidang hukum, politik, dan Ekonomi serta
Pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. KAELAN, M.S. Pendidikan Pancasila, Edisi Reformasi Tahun 2000,
Paradigma Yogyakarta.
Almarsudi,Subandi.2006.pancasila dan UUD dlm Paradigma
Reformasi.jakarta:Rajawali Pers.
http://exalute.wordpress.com/2008/07/24/pancasila-sebagai-paradigma-
reformasi
Laporan-laporan EEDP Quality Assurance No. 1.2 1998
F.Tjiptono & A. Diana Total Quality Management, Penerbit Andi Offset Yogyakarta 1995
International Standard ISO 90000,1994
ABET 2000, Engineering of Evaluation Process, 1997 – 1998 Pilot Visit.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.2.1. Pengertian Paradigma
2.2.2. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Kampus
2.2.3. Implementasi nilai- nilai Pancasila
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
3.1. SARAN
DAFTAR PUSTAKA