makalah pcl

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dankeberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagaisuatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupanmasyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukanoleh dua faktor, yaitu sumberdaya manusia, yakni (orang-orang yang terlibatsejak dari perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantaradua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat darikeanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, negaratercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlahmerupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin.Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitassumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segipengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dankepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparatpenyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi.Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social(penyakit social) yang

Upload: dano-hari-tunggal-prabowo

Post on 06-Aug-2015

34 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

MAKALAH PCL

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PCL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dankeberhasilannya

dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagaisuatu proses perubahan yang

direncanakan mencakup semua aspek kehidupanmasyarakat. Efektifitas dan keberhasilan

pembangunan terutama ditentukanoleh dua faktor, yaitu sumberdaya manusia, yakni

(orang-orang yang terlibatsejak dari perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan

pembiayaan. Diantaradua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor

manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat

darikeanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, negaratercinta ini

dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlahmerupakan sebuah negara

yang kaya malahan termasuk negara yang miskin.Mengapa demikian? Salah satu

penyebabnya adalah rendahnya kualitassumber daya manusianya. Kualitas tersebut

bukan hanya dari segipengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas

moral dankepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari

aparatpenyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi.Korupsi di Indonesia

dewasa ini sudah merupakan patologi social(penyakit social) yang sangat berbahaya

yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Korupsi telahmengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar.

Namunyang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan

pengurasankeuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan

anggotalegislatif dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan lainsebagainya di

luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan pengurasankeuangan negara demikian

terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air. Hal itumerupakan cerminan rendahnya

moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan aji

mumpung. Persoalannya adalahdapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain

kalau kita ingin maju,adalah korupsi harus diberantas. Jika kita tidak berhasil

memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi sampai pada titik nadir yang paling

Page 2: MAKALAH PCL

rendahmaka jangan harap Negara ini akan mampu mengejar

ketertinggalannyadibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah negara yang maju.

Karenakorupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawanegara ke

jurang kehancuran.

1.2 RUMUSAN MASALAH

2.1.1 Apakah pengertian korupsi?

2.1.2 Apakah sebab-sebab terjadinya korupsi?

2.1.3 Apakah ciri-ciri korupsi?

2.1.4 Apakah macam-macam korupsi?

2.1.5 Bagaimana gambaran umum tentang korupsi di Indonesia ?

2.1.6 Apa saja contoh bentuk penyalahgunaan korupsi?

2.1.7 Apa sajakah dampak negatif tindakan korupsi?

2.1.8 Bagaimana peran pemerintah dalam memberantas korupsi ?

2.1.9 Upaya apa yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi ?

1.3 TUJUAN

3.1.1 Mengetahui pengertian korupsi

3.1.2 Mengetahui sebab-sebab terjadinya korupsi

3.1.3 Mengetahui ciri-ciri korupsi

3.1.4 Mengetahui macam-macam korupsi

3.1.5 Mengetahui gambaran umum tentang korupsi di Indonesia

3.1.6 Mengetahui contoh bentuk penyalahgunaan korupsi

3.1.7 Mengetahui dampak negatif dari tindakan korupsi

3.1.8 Mengetahui peran pemerintah dalam memberantas korupsi di Indonesia

3.1.9 Mengetahui upaya apa yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi

Page 3: MAKALAH PCL

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KORUPSI

Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk,

rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Korupsi merupakan perbuatan

curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus.

Korupsi menurut Huntington (1968) adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang

dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini

ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi.

Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang

menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan

kepentingan umum.

Dengan merujuk definisi Huntington diatas, Heddy Shri Ahimsha-Putra (2002)

menyatakan bahwa persoalan korupsi adalah persoalan politik pemaknaan.

Seorang sosiolog Malaysia Syed Hussein Alatas secara implisit menyebutkan tiga

bentuk korupsi yaitu sogokan (bribery), pemerasan (extortion), dan nepotisme.

Alatas mendefinisikan nepotisme sebagai pengangkatan kerabat, teman, atau sekutu

politik untuk menduduki jabatan-jabatan publik, terlepas dari kemampuan yang

dimilikinya dan dampaknya bagi kemaslahatan umum (Alatas 1999:6).

Inti ketiga bentuk korupsi menurut kategori Alatas ini adalah subordinasi kepentingan

umum dibawah tujuan-tujuan pribadi yang mencakup pelanggaran-pelanggaran

norma-norma, tugas, dan kesejahteraan umum, yang dibarengi dengan kerahasiaan,

pengkhianatan, penipuan, dan sikap masa bodoh terhadap akibat yang ditimbulkannya

terhadap masyarakat.

Istilah korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana pemerintah untuk tujuan

pribadi. Definisi ini tidak hanya menyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan

tetapi menyangkut pula korupsi politik dan administratif. Seorang administrator yang

memanfaatkan kedudukannya untuk menguras pembayaran tidak resmi dari para investor

Page 4: MAKALAH PCL

(domestik maupun asing), memakai sumber pemerintah, kedudukan, martabat, status,

atau kewenangannnya yang resmi, untuk keuntungan pribadi dapat pula dikategorikan

melakukan tindak korupsi.

Mengutip Robert Redfield, korupsi dilihat dari pusat budaya, pusat budaya dibagi

menjadi dua, yakni budaya kraton (great culture) dan budaya wong cilik (little culture).

Dikotomi budaya selalu ada, dan dikotomi tersebut lebih banyak dengan subyektifitas

pada budaya besar yang berpusat di kraton. Kraton dianggap sebagai pusat budaya. Bila

terdapat pusat budaya lain di luar kraton, tentu dianggap lebih rendah dari pada budaya

kraton. Meski pada hakikatnya dua budaya tersebut berdiri sendiri-sendiri namun tetap

ada bocoran budaya.

Pengertian korupsi di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme,

dijelaskan sebagai berikut.

a. Penyelenggara negara adalah pejabat negara yang melaksanakan fungsi eksekutif,

legislative, dan yudikatif, serta pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya

berkaitan dengan penyelenggara negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Penyelenggara yang bersih adalah penyelenggara negara yang menaati asas-asas

umum penyelenggara negara dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme

serta perbuatan tercela lainnya.

c. Asas umum pemerintah negara yang baik adalah asas yang menjunjung tinggi norma

kesusilaan, kepatuhan, dan norma hukum, untuk mewujudkan penyelengara negara

yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

d. Korupsi adalah tindakan pidana yang dilakukan orang yang secara sengaja melawan

hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain suatu

korporasi dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Definisi korupsi yang dipahami umum adalah merugikan negara atau institusi baik

seara langsung atau tidak langsung sekaligus memperkaya diri sendiri.

Sedangkan pengertian korupsi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S.

Poerwadarminta) adalah sebagai perbuatan curang, dapat disuap, dan tidak bermoral.

adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau

penggelapan uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi

Page 5: MAKALAH PCL

maupun orang lain.sedangkan di dunia internasional pengertian korupsi berdasarkan

Black Law Dictionary yang mempunyai arti bahwa suatu perbuatan yan dilakukan

dengan sebuah maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan yang bertentangan

dengan tugas resmi dan kebenaran-kebenaran lainnya "sesuatu perbuatan dari suatu yang

resmi atau kepercayaan seseorang yang mana dengan melanggar hukum dan penuh

kesalahan memakai sejumlah keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain yang

bertentangan dengan tugas dan kebenaran-kebenaran lainnya.

2.2 SEBAB – SEBAB TERJADINYA KORUPSI

1. Klasik 

a) Ketiadaan dan kelemahan pemimpin. Ketidakmampuan pemimpinuntuk

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, merupakan peluangbawahan

melakukan korupsi. Pemimpin yang bodoh tidak mungkinmampu melakukan

kontrol manajemen lembaganya.kelemahanpemimpin ini juga termasuk ke

leadershipan, artinya, seorangpemimpin yang tidak memiliki karisma, akan

mudah dipermainkananak buahnya. Leadership dibutuhkan untuk menumbuhkan

rasa takut,ewuh poakewuhdi kalangan staf untuk melakukan penyimpangan.

b) Kelemahan pengajaran dan etika. Hal ini terkait dengan sistempendidikan dan

substansi pengajaran yang diberikan. Pola pengajaranetika dan moral lebih

ditekankan pada pemahaman teoritis, tanpadisertai dengan bentuk-bentuk

pengimplementasiannya.

c) Kolonialisme dan penjajahan. Penjajah telah menjadikan bangsa inimenjadi

bangsa yang tergantung, lebih memilih pasrah daripadaberusaha dan senantiasa

menempatkan diri sebagai bawahan.Sementara, dalam pengembangan usaha,

mereka lebih cenderungberlindung di balik kekuasaan (penjajah) dengan

melakukan kolusidan nepotisme. Sifat dan kepribadian inilah yang

menyebabkanmunculnya kecenderungan sebagian orang melakukan korupsi.

d) Rendahnya pendidikan. Masalah ini sering pula sebagai penyebabtimbulnya

korupsi. Minimnya ketrampilan, skill, dan kemampuanmembuka peluang usaha

adalah wujud rendahnya pendidikan. Denganberbagai keterbatasan itulah mereka

berupaya mencsri peluang denganmenggunakan kedudukannya untuk

memperoleh keuntungan yangbesar. Yang dimaksud rendahnya pendidikan di sini

Page 6: MAKALAH PCL

adalah komitmenterhadap pendidikan yang dimiliki. Karena pada kenyataannya 

koruptor rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang memadai,kemampuan, dan

skill.

e) Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diriatas

kemampuan dan modal yang dimiliki mengantarkan seseorangcenderung

melakukan apa saja yang dapat mengangkat derajatnya.Atas keinginannya yang

berlebihan ini, orang akan menggunakankesempatan untuk mengeruk keuntungan

yang sebesar-besarnya.

f) Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumurhidup atau di

buang ke Pulau Nusakambangan. Hukuman sepertiitulah yang diperlukan untuk

menuntaskan tindak korupsi.

g) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi.

2. Modern

a) Rendahnya Sumber Daya Manusia.Penyebab korupsi yang tergolong modern

itu sebagai akibatrendahnya sumber daya manusia. Kelemahan SDM ada

empatkomponen, sebagai berikut:

1) Bagian kepala, yakni menyangkut kemampuan seseorangmenguasai

permasalahan yang berkaitan dengan sains dan knowledge.

2) Bagian hati, menyangkut komitmen moral masing-masingkomponen bangsa,

baik dirinya maupun untuk kepentinganbangsa dan negara, kepentingan dunia

usaha, dan kepentinganseluruh umat manusia.komitmen mengandung

tanggung jawabuntuk melakukan sesuatu hanya yang terbaik dan

menguntungkansemua pihak.

3) Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorangdalam

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

4) Fisik atau kesehatan. Ini menyangkut kemanpuan seseorangmengemban

tanggung jawab yang diberikan. Betapa punmemiliki kemampuan dan

komitmen tinggi, tetapi bila tidak ditunjang dengan kesehatan yang prima,

tidak mungkin standardalam mencapai tujuann

b)    Struktur Ekonomi Pada masa lalu struktur ekonomi yang terkait dengan

kebijakan ekonomi dan pengembangannya dilakukan secara bertahap, sedangkan

sekarang sudah tidak ada konsep itu lagi. Dihapus tanpa ada

penggantinya,sehingga semuanya tidak karuan, tidak dijamin. Jadi, kita

terlalumemporak-perandakan produk lama yang bagus

Page 7: MAKALAH PCL

Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE

Theory, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :

Greeds(keserakahan) : berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara

potensial ada di dalam diri setiap orang.

Opportunities(kesempatan) : berkaitan dengankeadaan organisasi atau instansi atau

masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang

untuk melakukan kecurangan.

Needs(kebutuhan) : berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh individu-

individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

Exposures(pengungkapan) : berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang

dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan

kecurangan.

Bahwa faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku (actor)

korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar organisasi

yang melakukan korupsi yang merugikan pihak korban. Sedangkan faktor-faktor

Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban perbuatan korupsi (victim) yaitu

organisasi, instansi, masyarakat yang kepentingannya dirugikan.

Menurut Dr.Sarlito W. Sarwono, faktor penyebab seseorang melakukan tindakan

korupsi yaitu faktor dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, dan

sebagainya) dan faktor rangsangan dari luar (misalnya dorongan dari teman-teman,

kesempatan, kurang kontrol dan sebagainya).

Menurut Komisi IV DPR-RI, terdapat tiga indikasi yang menyebabkan meluasnya

korupsi di Indonesia, yaitu :

1. Pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi.

2. Penyalahgunaan kesempatan untuk memperkaya diri.

3. Penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri.

Page 8: MAKALAH PCL

2.3 CIRI-CIRI KORUPSI

Adapun ciri-ciri korupsi, antara lain:

1. Melibatkan lebih dari satu orang. Setiap perbuatan korupsi tidak mungkin dilakukan

sendiri, pasti melibatkan lebih dari satu orang.Bahkan, pada perkembangannya

acapkali dilakukan secara bersama-sama untuk menyulitkan pengusutan.

2. Serba kerahasiaan. Meski dilakukan bersama-sama, korupsi dilakukandalam koridor

kerahasiaan yang sangat ketat. Masing-masing pihak yangterlibat akan berusaha

semaksimal mungkin menutupi apa yang telahdilakukan.

3. Melibat elemen perizinan dan keuntungan timbal balik. Yang dimaksudelemen

perizinan adalah bidang strategis yang dikuasai oleh negaramenyangkut

pengembangan usaha tertentu. Misalnya izin mendirikanbangunan, izin

perusahaan,dan lain-lain.

4. Selalu berusaha menyembunyikan perbuatan/maksud tertentu dibalik kebenaran.

5. Koruptor menginginkan keputusan-keputusan yang tegas dan memilikipengaruh.

Senantiasa berusaha mempengaruhi pengambil kebijakan agarberpihak padanya.

Mengutamakan kepentingannya dan melindungisegala apa yang diinginkan.

6. Tindakan korupsi mengundang penipuan yang dilakukan oleh badan hukum publik

dan masyarakat umum. Badan hukum yang dimaksudsuatu lembaga yang bergerak

dalam pelayanan publik atau penyediabarang dan jasa kepentingan publik.

7. Setiap tindak korupsi adalah pengkhianatan kepercayaan. Ketikaseseorang berjuang

meraih kedudukan tertentu, dia pasti berjanji akanmelakukan hal yang terbaik untuk

kepentingan semua pihak. Tetapisetelah mendapat kepercayaanm kedudukan tidak

pernah melakukan apayang telah dijanjikan.

8. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif darikoruptor sendiri.

Sikap dermawan dari koruptor yang acap ditampilkandi hadapan publik adalah bentuk

fungsi ganda yang kontradiktif. Di satupihak sang koruptor menunjukkan perilaku

menyembunyikan tujuanuntuk menyeret semua pihak untuk ikut bertanggung jawab,

di pihak laindia menggunakan perilaku tadi untuk meningkatkan posisi tawarannya.

Page 9: MAKALAH PCL

2.4 MACAM- MACAM KORUPSI

Korupsi telah didefinisikan secara jelas oleh UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20

Tahun 2001 dalam pasal-pasalnya. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, terdapat 33 jenis

tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi. 33 tindakan tersebut dikategorikan

ke dalam 7 kelompok yakni :

1. Korupsi yang terkait dengan merugikan keuangan Negara

2. Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap

3. Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan

4. Korupsi yang terkait dengan pemerasan

5. Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang

6. Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan

7. Korupsi yang terkait dengan gratifikasi

Menurut Aditjandra dari definisi tersebut digabungkan dan dapat diturunkan

menjadi dihasilkan tiga macam model korupsi (2002: 22-23) yaitu :

Model korupsi lapis pertama

Berada dalam bentuk suap (bribery), yakni dimana prakarsa datang dari pengusaha

atau warga yang membutuhkan jasa dari birokrat atau petugas pelayanan publik atau

pembatalan kewajiban membayar denda ke kas negara, pemerasan (extortion)

dimana prakarsa untuk meminta balas jasa datang dari birokrat atau petugas pelayan

publik lainnya.

Model korupsi lapis kedua

Jaring-jaring korupsi (cabal) antar birokrat, politisi, aparat penegakan hukum, dan

perusahaan yang mendapatkan kedudukan istimewa. Menurut Aditjandra, pada

korupsi dalam bentuk ini biasanya terdapat ikatan-ikatan yang nepotis antara

beberapa anggota jaring-jaring korupsi, dan lingkupnya bisa mencapai level

nasional.

Model korupsi lapis ketiga

Korupsi dalam model ini berlangsung dalam lingkup internasional dimana

kedudukan aparat penegak hukum dalam model korupsi lapis kedua digantikan oleh

lembaga-lembaga internasional yang mempunyai otoritas di bidang usaha maskapai-

maskapai mancanegara yang produknya terlebih oleh pimpinan rezim yang menjadi

anggota jaring-jaring korupsi internasional korupsi tersebut.

Page 10: MAKALAH PCL

2.5 GAMBARAN UMUM TENTANG KORUPSI DI INDONESIA

Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan

sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang

Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan

Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228

Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.

Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan

“Operasi Tertib”yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban

(Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih

dan rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya

dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.

Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup

banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997

saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada

akhirnya menjadi krisis multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim

Orde Baru menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan

Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam

Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999

tentang Penye-lenggaraan Negara yang Bersih & Bebas dari KKN.

2.6 BENTUK PENYALAHGUNAAN KORUPSI

Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan

nepotisme, juga penyalahgunaan yang menghubungkan sektor swasta dan pemerintahan

seperti penyogokan, pemerasan, campuran tangan, dan penipuan.

Penyogokan: penyogok dan penerima sogokan

Page 11: MAKALAH PCL

Korupsi memerlukan dua pihak yang korup: pemberi sogokan (penyogok) dan penerima

sogokan. Di beberapa negara, budaya penyogokan mencakup semua aspek hidup sehari-

hari, meniadakan kemungkinan untuk berniaga tanpa terlibat penyogokan.

Sumbangan kampanye dan "uang haram"

Di arena politik, sangatlah sulit untuk membuktikan korupsi, namun lebih sulit lagi untuk

membuktikan ketidakadaannya. Maka dari itu, sering banyak ada gosip menyangkut

politisi.

Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk meminta sumbangan

keuangan untuk kampanye mereka. Sering mereka terlihat untuk bertindak hanya demi

keuntungan mereka yang telah menyumbangkan uang, yang akhirnya menyebabkan

munculnya tuduhan korupsi politis.

2.7 DAMPAK NEGATIF DARI TINDAKAN KORUPSI

1) Demokrasi

Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia

politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good

governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum

dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan

kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan

korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan

masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah,

karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau

dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi

mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan

toleransi.

2) Ekonomi

Page 12: MAKALAH PCL

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas

pelayanan pemerintahan.

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan

ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi meningkatkan ongkos

niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi

dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan.

Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan

mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa

ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan

hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga

mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi

dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang

tidak efisien.

Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan

mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan

upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek

masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan

lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat

keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga

mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan

tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.

Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor

keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika,

adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan

penanaman modal (capital investment) ke luar negeri, bukannya diinvestasikan ke

dalam negeri (maka adanya ejekan yang sering benar bahwa ada diktator Afrika yang

memiliki rekening bank di Swiss). Berbeda sekali dengan diktator Asia, seperti

Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya (meminta sogok),

namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui investasi infrastruktur,

ketertiban hukum, dan lain-lain. Pakar dari Universitas Massachussetts

memperkirakan dari tahun 1970 sampai 1996, pelarian modal dari 30 negara sub-

Sahara berjumlah US $187 triliun, melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka

sendiri. Hasilnya, dalam artian pembangunan (atau kurangnya pembangunan) telah

dibuatkan modelnya dalam satu teori oleh ekonomis Mancur Olson). Dalam kasus

Page 13: MAKALAH PCL

Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa

pemerintahan baru sering menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering didapat

dari korupsi. Ini memberi dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan

mereka di luar negeri, di luar jangkauan dari ekspropriasi di masa depan.

3) Kesejahteraan umum negara

Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga

negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan

pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus

membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan

perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus "pro-bisnis" ini hanya

mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan

besar kepada kampanye pemilu mereka.

2.8 PERAN PEMERINTAH DALAM MEMBERANTAS KORUPSI DI INDONESIA

Salah satu isu yang paling krusial untuk dipecahkan oleh bangsa dan pemerintah

Indonesia adalah masalah korupsi. Hal ini disebabkan semakin lama tindak pidana

korupsi di Indonesia semakin sulit untuk diatasi. Maraknya korupsi di Indonesia

disinyalir terjadi di semua bidang dan sektor pembangunan. Apalagi setelah

ditetapkannya pelaksanaan otonomi daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2004, disinyalir korupsi terjadi bukan hanya pada tingkat pusat tetapi

juga pada tingkat daerah dan bahkan menembus ke tingkat pemerintahan yang paling

kecil di daerah.

Pemerintah Indonesia sebenarnya tidak tinggal diam dalam mengatasi praktek-

praktek korupsi. Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan berupa

peraturan perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar 1945

sampai dengan Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Selain itu, pemerintah juga membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung

Page 14: MAKALAH PCL

dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi seperti Komisi Pemeriksa

Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Upaya pencegahan praktek korupsi juga dilakukan di lingkungan eksekutif atau

penyelenggara negara, dimana masing-masing instansi memiliki Internal Control Unit

(unit pengawas dan pengendali dalam instansi) yang berupa inspektorat. Fungsi

inspektorat mengawasi dan memeriksa penyelenggaraan kegiatan pembangunan di

instansi masing-masing, terutama pengelolaan keuangan negara, agar kegiatan

pembangunan berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis sesuai sasaran. Di samping

pengawasan internal, ada juga pengawasan dan pemeriksaan kegiatan pembangunan

yang dilakukan oleh instansi eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan

Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP).

Selain lembaga internal dan eksternal, lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga

ikut berperan dalam melakukan pengawasan kegiatan pembangunan, terutama kasus-

kasus korupsi yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Beberapa LSM yang aktif dan

gencar mengawasi dan melaporkan praktek korupsi yang dilakukan penyelenggara

negara antara lain adalah Indonesian Corruption Watch (ICW), Government Watch

(GOWA), dan Masyarakat Tranparansi Indonesia (MTI).

Dilihat dari upaya-upaya pemerintah dalam memberantas praktek korupsi di atas

sepertinya sudah cukup memadai baik dilihat dari segi hukum dan peraturan perundang-

undangan, komisi-komisi, lembaga pemeriksa baikinternal maupun eksternal, bahkan

keterlibatan LSM. Namun, kenyataannya praktek korupsi bukannya berkurang malah

meningkat dari tahun ke tahun.

2.9 UPAYA PENCEGAHAN DAN STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI

Menurut Baharuddin Lopa, mencegah korupsi tidaklah begitu sulit kalau kita

secara sadar untuk menempatkan kepentingan umum (kepentingan rakyat banyak) di atas

kepentingan pribadi atau golongan. Ini perlu ditekankan sebab betapa pun sempurnanya

peraturan, kalau ada niat untuk melakukan korupsi tetap ada di hati para pihak yang ingin

korup, korupsi tetap akan terjadi karena faktor mental itulah yang sangat menentukan.

Dalam melakukan analisis atas perbuatan korupsi dapat didasarkan pada 3 (tiga)

pendekatan berdasarkan alur proses korupsi yaitu :

Page 15: MAKALAH PCL

Pendekatan pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi

Pendekatan pada posisi perbuatan korupsi terjadi

Pendekatan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi.

Dari tiga pendekatan ini dapat diklasifikasikan tiga strategi untuk mencegah dan

memberantas korupsi yang tepat yaitu :

Strategi Preventif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang

menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat

upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping itu

perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan

upaya ini melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan

mampu mencegah adanya korupsi.

Strategi Deduktif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar

apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan dapat

diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga

dapat ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang

harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan

yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini

sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum, ekonomi

maupun ilmu politik dan sosial

Strategi Represif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk

memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak

yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi

sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan

perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses

Page 16: MAKALAH PCL

penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun implementasinya

harus dilakukan secara terintregasi.

Bagi pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang

hendak dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat dan para pemerhati / pengamat masalah

korupsi banyak memberikan sumbangan pemikiran dan opini strategi pemberantasan

korupsi secara preventif maupun secara represif antara lain :

1. Konsep “carrot and stick” yaitu konsep pemberantasan korupsi yang sederhana

yang keberhasilannya sudah dibuktikan di Negara RRC dan Singapura. Carrot

adalah pendapatan netto pegawai negeri, TNI dan Polri yang cukup untuk hidup

dengan standar sesuai pendidikan, pengetahuan, kepemimpinan, pangkat dan

martabatnya, sehingga dapat hidup layak bahkan cukup untuk hidup dengan

“gaya” dan “gagah”. Sedangkan Stick adalah bila semua sudah dicukupi dan

masih ada yang berani korupsi, maka hukumannya tidak tanggung-tanggung,

karena tidak ada alasan sedikitpun untuk melakukan korupsi, bilamana perlu

dijatuhi hukuman mati.

2. Gerakan “Masyarakat Anti Korupsi” yaitu pemberantasan korupsi di

Indonesia saat ini perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan

mengefektifkan gerakan rakyat anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan

Muhammadiyah ataupun ormas yang lain perlu bekerjasama dalam upaya

memberantas korupsi, serta kemungkinan dibentuknya koalisi dari partai politik

untuk melawan korupsi. Selama ini pemberantasan korupsi hanya dijadikan

sebagai bahan kampanye untuk mencari dukungan saja tanpa ada realisasinya dari

partai politik yang bersangkutan. Gerakan rakyat ini diperlukan untuk menekan

pemerintah dan sekaligus memberikan dukungan moral agar pemerintah bangkit

memberantas korupsi.

3. Gerakan “Pembersihan” yaitu menciptakan semua aparat hukum (Kepolisian,

Kejaksaan, Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab serta

memiliki komitmen yang tinggi dan berani melakukan pemberantasan korupsi

tanpa memandang status sosial untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal ini

dapat dilakukan dengan membenahi sistem organisasi yang ada dengan

menekankan prosedur structure follows strategy yaitu dengan menggambar

Page 17: MAKALAH PCL

struktur organisasi yang sudah ada terlebih dahulu kemudian menempatkan

orang-orang sesuai posisinya masing-masing dalam struktur organisasi tersebut.

4. Gerakan “Moral” yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi

adalah kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat

manusia. Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial

masyarakat yang sangat menolak, menentang, dan menghukum perbuatan korupsi

dan akan menerima, mendukung, dan menghargai perilaku anti korupsi. Langkah

ini antara lain dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan, sehingga dapat

terjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda sebagai langlah

yang efektif membangun peradaban bangsa yang bersih dari moral korup.

5. Gerakan “Pengefektifan Birokrasi” yaitu dengan menyusutkan jumlah pegawai

dalam pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal dengan jalan

menempatkan orang yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Dan

apabila masih ada pegawai yang melakukan korupsi, dilakukan tindakan tegas

dan keras kepada mereka yang telah terbukti bersalah dan bilamana perlu

dihukum mati karena korupsi adalah kejahatan terbesar bagi kemanusiaan dan

siapa saja yang melakukan korupsi berarti melanggar harkat dan martabat

kehidupan.

Page 18: MAKALAH PCL

BAB III

KESIMPULAN

1. Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung

merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi

meliputi dua aspek, yaitu aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan

kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara untuk kepentingannya.

2. Adapun penyebab korupsi antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin, kelemahan

pengajaran dan etika, kolonialisme dan penjajahan, rendahnyapendidikan, kemiskinan,

tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku

korupsi, rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.

3. Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan

nepotisme, juga penyalahgunaan yang menghubungkan sektor swasta dan pemerintahan

seperti penyogokan, pemerasan, campuran tangan, dan penipuan.

4. Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi,

ekonomi, dan kesejahteraan negara.

5. Upaya pemerintah untuk memberantas korupsi antara lain, melalui berbagai kebijakan

berupa peraturan perundang-undangan dari yang tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar

1945 sampai dengan Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, membentuk Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

6. Dapat diklasifikasikan tiga strategi untuk mencegah dan memberantas korupsi yang

tepat yaitu, strategi preventif, strategi deduktif dan strategi represif.

Page 19: MAKALAH PCL

DAFTAR PUSTAKA

Muzadi, H. 2004. MENUJU INDONESIA BARU, Strategi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi. Malang : Bayumedia Publishing.

Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia .Bandung :

Penerbit Sinar Baru.

Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia . Jakarta : GhaliaIndonesia

http://www.stialan.ac.id/artikel%20yogi.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi

http://id.shvoong.com/law-and-politics/criminal-law/2246296-pengertian-korupsi-dan-upaya-

pemberantasan/