pbl10 s3 sistim urinaria

41
Sistem Urinaria Ellisa Fakultas Kedokteran Ukrida Jalan Terusan Arjuna No.6, Jakarta Email: [email protected] Pendahuluan Setiap hari manusia membuang urin. Itu adalah rutinitas yang harus dilakukan. Urin tersebut mengandung zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Zat-zat tersebut seperti urea, kreatinin, kreatin, asam amino, asam urat amoniak, amonium, dan sebagainya. Zat-zat tersebut harus dikeluarkan karena zat tersebut dengan mekanisme yang tidak sederhana. Mekanisme itu adalah filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Selain kita mengetahui mekanisme, kita harus mengetahui strukturnya baik makroskopik dan mikroskopik. Apabila zat-zat yang seharusnya tidak keluar di dalam urin kemudian keluar berarti zat tersebut sudah melewati batas ambang rangsang sehingga zat-zat yang seharusnya direabsorpsi seluruhnya akan tetapi 1

Upload: lie-ellisa

Post on 09-Dec-2014

123 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Sistem Urinaria

Ellisa

Fakultas Kedokteran Ukrida

Jalan Terusan Arjuna No.6, Jakarta

Email: [email protected]

Pendahuluan

Setiap hari manusia membuang urin. Itu adalah rutinitas yang harus dilakukan. Urin

tersebut mengandung zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Zat-zat tersebut seperti

urea, kreatinin, kreatin, asam amino, asam urat amoniak, amonium, dan sebagainya. Zat-zat

tersebut harus dikeluarkan karena zat tersebut dengan mekanisme yang tidak sederhana.

Mekanisme itu adalah filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Selain kita mengetahui mekanisme,

kita harus mengetahui strukturnya baik makroskopik dan mikroskopik. Apabila zat-zat yang

seharusnya tidak keluar di dalam urin kemudian keluar berarti zat tersebut sudah melewati

batas ambang rangsang sehingga zat-zat yang seharusnya direabsorpsi seluruhnya akan tetapi

tidak bisa direabsorpsi dan keluar melalui urin seperti glukosa, keton dan sebagainya.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari mekanisme

pembentukan urin, organ yang berperan dalam mekanisme tersebut dan zat-zat kimia apa saja

yang ikut berperan dalam pembentukan maupun komposisi urin.

Struktur Anatomi Sistem Urinaria

Ginjal ( ren )

Ren berbentuk seperti kacang dan terletak di daerah retroperitoneal yaitu di

antara peritoneum parietale dan fascia tranversa abdominis. Ren memiliki dua

pasang yaitu ren dexter dan ren sinister. Ren dexter terletak lebih bawah daripada

1

Page 2: PBL10 S3 Sistim Urinaria

ren sinister. Letak ren dexter adalah vetebra lumbal 3-4 atau setinggi costa XII. Ren

sinister terletak setinggi costa XI atau vetebra lumbal 2-3. Jarak antara extermitas

superior antara ren sinister dan ren dexter adalah 7 cm. Jarak antara extermitas

inferior antara ren dexter dan ren sinister adalah 11 cm. Jarak antara extermitas

inferior dan crista illiaca adalah 3-5 cm.

Ren memiliki extermitas superior dan inferior, margo medialis dan lateralis,

dan facies anterior dan inferior. Extermitas superior dan inferior ditempati oleh

suatu kelenjar endokrin yaitu glandula suprarenalis. Perbedaan margo medialis dan

margo medialis adalah dari bentuknya. Margo medialis lebih konkaf sedangkan

margo lateralis lebih konveks. Margo medialis dan lateralis mempunyai suatu pintu

yang merupakan tempat masuknya pembuluh-pembuluh darah, limfe, syaraf, dan

ureter yaitu hilus renalis.1 Umumnya susunan pembuluh pada hilus renalis berjalan

dari ventral ke dorsal yaitu vena renalis, arteri renalis, dan ureter.

Ren dibungkus oleh 3 capsula yaitu:

Capsula fibrosa

Capsula Fibrosa melekat pada ren dan mudah dikupas. Capsula fibrosa

hanya menyelimuti ren dan tidak membungkus pada glandula supra

renalis.

Capsula adiposa

Capsula adiposa merupakan pembungkus yang mengandung banyak

lemak dan membungkus ren dan glandula supra renalis. Capsula adiposa

bagian ventral relatif lebih tipis daripada bagian dorsal. Capsula adiposa

mempertahankan letak kedudukan ren. Pada keadaan tertentu, capsula

adiposa menipis sehingga jaringan ikat yang menghubungkan antara

2

Page 3: PBL10 S3 Sistim Urinaria

capsula fibrosa dan capsula renalis menjadi tidak kuat.2 Hal ini

menyebabkan letak kedudukan ren berubah yaitu letak ren menjadi turun.

Capsula Renalis ( Gerota )

Capsula renalis terletak di luar dari capsula fibrosa. Capsula renalis ini

memiliki 2 fascia yaitu:

Fascia prerenalis

Fascia retrorenalis

Awalnya kedua fascia renalis bergerak ke arah caudal tetap terpisah

kemudian ke arah cranial bersatu sehingga kantong ren terbuka ke arah

bawah.2 Hal ini menyebabkan sering terjadi ascending infection.

Ren terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

Cortex renis

Cortex renis memiliki warna yang lebih terang daripada medulla renis.

Cortex berwarna coklat tua dan bergranula.3 Cortex ini terdiri atas

glomelurus dan pembuluh darah. Cortex ini merupakan tempat penyaring

darah. Setelah darah disaring, darah tersebut akan disalurkan ke dalam

medulla. Pada medulla, saluran-saluran tersebut akan bermuara ke papilla

renalis.

Medulla renis

Medulla renis terdapat suatu processus yaitu processus medullaris. Pada

medulla renalis terdiri atas:

Papilla renalis

Papilla renalis terdapat suatu saluran yaitu ductuli papillares. Saluran

ini yang menembus papilla renalis.

3

Page 4: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Calix minor

Papilla renalis menonjol ke dalam calix minor.

Columna renalis

Columna renalis terletak di antara pyramid renalis.

Calix major

Calix major berasal dari beberapa calix minor yang bersatu.

Pelvis renis

Pelvis renis berasal dari beberapa calix major yang bersatu. Pelvis

renis berubah menjadi ureter.

Sinus renalis

Ren diperdarahi oleh arteri renalis. Perjalanan vaskularisasi ren adalah:

Arteri renalis

Arteri renalis dipercabangkan dari aorta abdominalis setinggi vetebra

lumbal 1-2. Arteri renalis dexter lebih panjang daripada arteri renalis

sinister karena harus menyilang vena cava inferior di belakangnya. Arteri

renalis masuk ke dalam ren melalui hillus renalis. Arteri renalis terdapat

suatu garis yang disebut garis broedel. Garis ini digunakan untuk

pembedahan ren karena pendarahannya minimal.1-2

Arteri interlobaris

Arteri interlobaris merupakan percabangan dari arteri renalis.

Arteri arcuata

Arteri arcuata disebut arteri arciformis karena merupakan perbatasan

antara cortex dan medulla yang akan mengelilingi cortex dan medulla.

4

Page 5: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Arteri interlobularis

Arteri interlobularis merupakan percabangan dari arteri arcuat. Arteri ini

berjalan sampai tepi ren yang kemusian memppercabangkan 2 vasa yaitu:

Vasa afferens yaitu glomelurus

Vasa efferens yaitu tuuli contorti.

Pembuluh balik pada ren mengikuti nadinya yaitu mulai dari permukaan ginjal

sebagai kapiler kemudian berkumpul ke dalam vena interlobularis. Dari vena

interlobularis ke vena arcuata kemudian ke vena interlobaris, vena renalis, dan

vena cava inferior.

Gambar 1. Ginjal

Struktur Histologi Sistem Urinaria

Sistim perkemihan terdiri atas sepasang ginjal dan ureter, satu pasang kandung kemih

dan uretra.

Ginjal ( ren )

5

Page 6: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Ginjal berbentuk seperti kacang merah. Panjangnya yaitu 10-12 cm. Tebalnya

3,5-5 cm. Ginjal dapat dibagi menjadi korteks di luar dan medula di dalam. Pada

manusia, medula ginjal terdiri atas 10-18 struktur berbentuk kerucut atau piramid

yang disebut piramid medula.4 Dari dasar setiap piramid medula, terjulur berkas-

berkas tubulus yang paralel disebut berkas medula yang menyusup ke dalam

korteks.

Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas:

Korpuskel renalis

Korpuskel renalis berfungsi sebagai tempat penyaring darah. Korpuskel

renalis terbagi menjadi 3 macam yaitu:

Korpuskel I

Korpuskel I terbagi atas 2 kutub yaitu kutub vaskular dan kutub

urinaris. Fungsi kedua kutub ini berbeda. Kutub vaskular berfungsi

sebagai tempat masuknya arteriol aferen dan keluarnya arterol eferen

sedangkan kutub urinarus berfungsi sebagai tempat tubulus kontertus

proksimal berasal. Lapisan parietal kapsula bowman terdiri atas epitel

gepeng yang ditunjang lamina basalis dan selapis tipis serat retikulin.

Pada kutub urinarius, arteriol aferen biasanya terbagi menjadi dua

sampai lima cabang utama. Setiap cabangnya terbagi lagi menjadi

kapiler yang membentuk kapiler glomelurus ginjal.5

Lamina basal bekerja sebagai barir filtrasi. Sel-sel mesongial melekat

ke kapiler yang berfungsi sebagai makrofag untuk membersihkan

lamina basal.

Korpuskel II

6

Page 7: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Korpuskel II terdiri atas 2 epitel membran. Lapisan parietal luar

membentuk dinding korpuskel luar dan lapisan parietal dalam

melapisi kapiler-kapiler. Pada perkembangan embrionalnya, epitel

lapisan parietal tidak mengalami perubahan sedangkan lapisan dalam

atau viseral sangat termodifikasi. Lapisan viseral terdiri atas sel

podosit. Podisit memiliki badan sel yang menjulurkan beberapa

cabang atau processus primer.6 Setiap cabang tersebut menjulurkan

banyak processus sekunder yang disebut pedikel. Perluasan kaki

pedikel membentuk celah filtrasi ( filtration slits ). Setiap berjalan

25nm, processus sekunder ini berkontak langsung dengan lamina

basalis secara periodik. Badan sel podosit dan processus primer tidak

menyentuh lamina basalis.4,6

Korpuskel III

Glomerulus disebut sebagai jumbai kapiler. Darah masuk melalui

arteriol aferen sedangkan darah keluar dari arteriol eferen yang

mempunyai diameter lebih kecil. Kapiler glomerulus mengandung

pori-pori yairu fenestra. Fungsi glomerulus adalah sebagai

ultrafiltrasi.

Tubulus kontortus proksimal

Pada kutub urinarius di korpuskel ginjal, epitel gepeng di lapisan parietal

kapsula bowman berhubungan langsung dengan epitel tubulus kontortus

proksimal. Tubulus kontortus proksimal terletak di korteks renalis. Epitel

tubulus kontortus proksimal berbentuk kuboid sampai silindris rendah.

Tubulus kontortus proksimal lebih panjang daripada tubulus kontortus

distal.5 Hal ini menyebabkan letaknya lebih banyak di dekat korpuskel

7

Page 8: PBL10 S3 Sistim Urinaria

ginjal dalam korteks ginjal. Sel-sel epitel kuboid pada tubulus kontortus

proksimal memiliki sitoplasma asidofilik yang disebabkan adanya

mitokondria panjang dalam jumlah besar.4 Apeks sel memiliki banyak

mikrovili dengan panjang kira-kira 1 µm yang membentuk brush border

yang menyebabkan lumen tidak rata. Inti sel sedikit dengan jarak yang

berjauhan. Fungsi dari tubulus ini adalah absorbsi makromolekul dari

filtrat glomelurus.

Segmen tipis tebal ansa henle

Ansa henle adalah struktur yang berbentuk U yang terdiri atas segmen

tebal desenden ( STD ), segmen tipis ansa henle ( ST ), dan segmen tebal

asenden ( STA ). Segmen tebal desenden memiliki ciri seperti tubulus

kontortus proksimal, segmen tipis mirip kapiler dan di dalamnya tidak

terdapat darah di lumennya, dan segmen tebal asenden memiliki ciri mirip

dengan tubulus kontortus distal. Perbedaan adalah letak dari kedua

segmen tebal dan tubulus kontortus proksimal dan distal. Segmen tebal

tipis ansa henle terletak di medula dan berkas medula. Fungsi dari bagisn

segmen ini adalah sebagai reabsorpsi air dan ion-ion.

Tubulus kontertus distal

Segmen tebal ansa henle menerobos korteks setelah menempuh jarak

tertentu sehingga berberkelok-kelok disebut tubulus kontortus distal.

Tubulus ini mempunyai epitel selapis kuboid rendah. Tubulus kontortus

distal bersifat basofil. Tubulus kontortus distal berbeda dengan tubulus

kontortus proksimal karena tidak memiliki brush border sehingga

memiliki lumen yang rata. Karena sel-sel tubulus distal lebih gepeng dan

lebih kecil dari tubulus proksimal maka pada tubulus kontertus distal

8

Page 9: PBL10 S3 Sistim Urinaria

tampak lebih banyak sel dan inti pada dinding tubulus kontortus distal

daripada tubulus kontortus proksimal. Dinding segmen tubulus kontortus

distal yang sudah mengalami modifikasi terdapat daerah yang tempak

gelap disebut makula densa. Makula densa sangat sensitif terhadap

kandungan ion dan volume air dalam cairan tubulus dan menghasilkan

siknyal molekul yang berakibat pembebasan enzim renin ke dalam

sirkulasi. Fungsi dari tubulus ini adalah reabsorpsi, sekresi dan ekresi.

Tubulus dan duktus koligentes

Ureter mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligentes yang

kemudian saling bergabung membentuk duktus koligentes. Ukuran duktus

koligentes melebar sewaktu mendekati puncak piramid. Tubulus

koligentes yang lebih kecil, ukuran garis tengahnya adalah 40 µm yang

dilapisi oleh epitel kuboid. Sewaktu tubulus memasuki medula lebih

dalam, sel-selnya meninggi sampai berbentuk silindris. Garis tengah

duktus koligentes mencapai 300 µm di dekat puncak piramid medula.4,5

Sitoplasmanya tampak pucat.

Duktus papilaris

Duktus koligens papilaris berjalan dalam berkas medula menuju ke

medula. Di bagian medula yang tengah, beberapa duktus koligens bersatu

untuk membentuk duktus besar yang bermuara ke apeks papila disebut

duktus papilaris.

9

Page 10: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Gambar 2. Duktus papilaris

Gambar 3. Duktus koligens

Gambar 4. Tubulus rektus proksimal

10

Page 11: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Aperatus

Tubulus kontortus distal juxtaglomerulus

Gambar 5.Tubulus kontortus distal

Gambar 6.Tubulus rectus distal

11

Page 12: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Mekanisme Pembuatan Urin

Jika ginjal atau organ yang setara dengan ginjal tidak ada, tidak akan ada bentuk-bentuk

kehidupan hewan di daratan. Bentuk kehidupan yang paling sederhana hidup di lingkungan

tetap seperti air laut. Demikian juga, sel-sel manusia yang kompleks mampu bertahan hidup

dalam suatu lingkungan cairan yang pada dasarnya memiliki komposisi konstan serupa

dengan air laut. Lingkungan cairan internal yang digambarkan dengan air laut adalah cairan

ekstrasel ( CES ) yang membasuh semua sel di dalam tubuh dan harus dipertahankan secara

homeostatis.

Organisme yang sederhana tidak dipengaruhi oleh lingkungan cairan di tempat mereka

hidup. Pertukaran antara bentuk kehidupan sederhana dan lingkungan cairnya tidak

mengubah komposisi lingkungan eksternal karena volume tubuh organisme tersebut sangat

kecil jika dibandingkan dengan volume air laut yang luar biasa besar tempat organisme

tersebut hidup.

Organisme yang kompleks, pertukaran antara sel dan cairan ekstrasel dapat mengubah

komposisi lingkungan cairan interna yang kecil sehingga organisme yang kompleks tersebut

harus memiliki suatu mekanisme untuk mempertahankan homeostatis. Mekanisme yang

dapat melakukan hal tersebut adalah mekanisme ginjal.

Fungsi-fungsi spesifik yang dilakukan oleh ginjal yang bertujuan untuk mempertahankan

kestabilan lingkungan ekstraselnya dan internalnya adalah

Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh

Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion cairan ekstrasel seperti

Na+, Cl-, K+, HCO3-, Ca2+, Mg2+, SO4

-, PO42-, dan H+.

Fluktuasi minor pada konsentrasi sebagian elektrolit dalam cairan ekstrasel

dapat menyebabkan pengaruh yang besar. Sebagai contoh, perubahan

12

Page 13: PBL10 S3 Sistim Urinaria

konsentrasi K+ di cairan ektrasel dapat menimbulkan disfungsi jantung yang

fatal.7

Memelihara volume plasma yang sesuai

Memelihara volume plasma yang sesuai sangat berperan dalam pengaturan

jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran

ginjal sebagai pengatur keseimbangan garan dan H2O.

Membantu memelihara keseimbangan asam basa

Ginjal dapat mengatur asam basa dengan bantuan paru-paru dan sistim dapar

cairan tubuh dengan cara mengeksresikan asam dan mengatur penyimpanan

dapar dalam cairan tubuh.8 Ginjal merupakan satu-satunya organ untuk

membuang tipe-tipe asam tertentu dari tubuh seperti asam sulfur dan asam

fosfat yang dihasilkan dalam metabolisme protein.

Memelihara osmolaritas

Pemeliharan osmolaritas ( konsentrasi zat-zat terlarut ) terutama melalui

pengaturan keseimbangan H2O.

Mengekskresikan produk-produk sisa dari metabolisme tubuh

Beberapa produk sisa dari metabolisme tubuh yang harus dibuang yaitu asam

urat, urea, kreatinin, dan sebagainya. Jika dibiarkan menumpuk, zat-zat tersebut

akan menjadi toksik terutama bagi otak.

Mengekskresikan benda senyawa asing

Contoh benda-benda senyawa asing tersebut adalah obat, zat penambah

makanan, pestisida, dan bahan eksogen non-nutritif lainnya yang berhasil masuk

ke dalam tubuh.

13

Page 14: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Mengekskresikan eritropoietin

Eritropoitin adalah suatu hormon yang merangsang pembentukkan sel darah

merah. Ginjal mengekskresikan eritropoeitin. Pada manusia dengan ginjal

normal, ginjal menghasilkan hampir semua eritropoietin yang disekresi ke

dalam sirkulasi.8 Pada penderita gagal ginjal kronis fungsi ginjal tidak dapat

berfungsi secara optimal. Hal ini berpengaruh pada produksi eritropoietin

sehingga banyak penderita gagal ginjal kronis yang mengalami anemia berat.

Mengeksresikan renin

Renin adalah sutu hormon enzimatik yang memicu reaksi berantai yang penting

dalam proses kenservasi garam oleh ginjal.9

Mengubah vitamin D3 menjadi bentuk aktifnya.

Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D3 yaitu 1,25-dihidroksivitamin D3

( kalsitriol ) dengan menghidroksilasi vitamin D3. Kalsitriol penting untuk

deposit kalsium yang normal dalam tulang dan reabsorpsi kalsium dalam

saluran cerna. Kalsitriol memegang peranan penting dalam pengaturan kalsium

dan fosfat.8

Pengaturan tekanan arteri

Ginjal berperan penting dalam mengatur tekanan arteri dalam jangka panjang

dengan mengeksresikan sejumlah natrium dan air. Selain itu, ginjal turut

mengatur tekanan arteri jangka pendek dengan mengekskresikan faktor atau zat

vasoaktif seperti renin

Mekanisme pembuatan urin dibagi menjadi 3 macam yaitu:

Filtrasi

14

Page 15: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul bowman harus

melewati tiga lapisan yang membentuk membran glomerulus yaitu dinding kapiler

glomerulus, membran basal, dan lapisan dalam kapsula bowman. Secara kolektif,

ketiga lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekul halus yang menahan sel darah

merah dan protein plasma tetapi melewatkan air dan zat terlarut lain yang ukuran

molekulernya cukup kecil.7 Dinding kapiler glomelurus terdiri terdiri dari selapis sel

endotel gepeng yang memiliki lubang-lubang dengan banyak pori-pori besar atau

fenestra yang membuatnya seratus kali lebih permeabel terhadap H2O dan zat terlarut

dibandingkan kapiler di tempat lain. Membran basal terdiri dari glikoprotein dan

kolagen yang terselip di antara glomerulus dan kapsula bowman. Kolagen

mempunyai fungsi untuk menghasiulkan kekuatan struktural sedangkan glikoprotein

menghambat filtrasi protein plasma kecil.8 Walaupun protein plasma yang lebih

besar tidak dapat difiltrasi karena tidak dapat melewati pori-pori di atas, pori-pori

tersebut sebenarnya cukup besar untuk melewatkan albumin karena albumin

merupakan protein plasma terkecil. Namun glikoprotein bermuatan sangat negatif

akan menolak albumin dan protein plasma lain karena protein tersebut juga

bermuatan negatif.7 Dengan demikian, protein plasma hampir seluruhnya tidak dapat

difiltrasi dan kurang dari satu persen molekul albumin yang lolos untuk masuk ke

kapsula bowman. Sebagian penyakit ginjal yang ditandai adanya albumin yang

berlebihan dalam urin diperkirakan disebabkan oleh gangguan muatan negatif di

glomerulus yang menyebabkan membran lebih permeabel terhadap albumin

walaupun ukuran pori-pori tidak berubah.

Lapisan terakhir yang ada di glomerulus yaitu lapisan dalam kapsula bowman

yang terdiri dari podosit. Podosit merupakan sel yang mirip gurita yang mengelilingi

glomelurus. Setiap podosit memiliki banyak tonjolan memanjang seperti kaki yang

15

Page 16: PBL10 S3 Sistim Urinaria

saling menjalin dengan tonjolan podosit di dekatnya. Celah sempit antara tonjolan

yang berdekatan, yang dikenal dengan celah fibrasi membentuk jalan bagi cairan

untuk keluar dari kapiler glomerulus dan masuk ke lumen kapsula bowman. Dengan

demikian, rute yang diambil oleh bahan yang terfiltrasi untuk melintasi membran

glomerulus seluruhnya bersifat ekstrasel.

Gaya-gaya tekanan pada filtrasi adalah tekanan hidrostatik glomelurus,

tekanan hidrostatik kapsula bowman, dan tekanan onkotik. Tekanan hidrostatik kapier

glomerulus dilawan dengan tekanan hidrostatik kapsula bowman. Selain itu, tekanan

hidrostatik glomerulus juga dilawan dengan tekanan onkotik protein plasma.

Faktor-faktor yang mempengaruhi filtasi adalah Glomerulus Filtration Rate

( GFR ). GFR dipengaruhi oleh luas permukaan glomerulus dan permeabilitas

membaran glomerulus. Faktor yang tersering yang menyebabkan perubahan GFR

adalah perubahan tekanan darah kapiler glomerulus, aliran darah ginjal, dan resistensi

arteriol aferen ( dilatasi atau konstriksi ).9 Perubahan tekanan darah yang terlalu

drastis dapat menyebabkan perubahan GFR yang signifikan akan tetapi dengan

adanya autoregulasi maka sistim tersebut akan mengembalikan GFR ke semula jika

penurunan atau penarikan tekanan darah tersebut masih dalam keadaan tertentu. Hal

ini disebabkan karena dalam keadaan tertentu ginjal dapat mempertahankan aliran

darah kapiler glomerulus yang konstan walaupun terjadi perubahan tekanan arteri.

Jika terjadi penaikkan tekanan darah, maka terjadi penaikkan tekanan arteri yang

menyebabkan pengurangan terhadap GFR menjadi nornal oleh konstriksi arteriol

aferen. Jika terjadi penurunan darah maka terjadi tekanan arteri akan turun yang

menyebabkan penaikkan terhadap GFR menjadi normal oleh dilatasi arteriol aferen.

Reabsorpsi tubulus

16

Page 17: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Reabsorpsi tubulus merupakan suatu proses yang sangat selektif. Di dalam

filtrat glomerulus, semua konstituen kecuali protein plasma berada dalam

konsentrasi yang sama dengan konsentrasi di plasma. Umumnya jumlah bahan

yang direabsorpsi adalah jumlah yang diperlukan untuk mempertahankan

komposisi dan volume cairan internal yang sesuai. Secara umum, tubulus

memiliki kapasitas reabsorpsi yang tinggi bagi bahan yang diperlukan oleh tubuh

dan memiliki kapasitas yang kurang bagi bahan-bahan yang tidak bermanfaat

bagi tubuh. Bahan-bahan yang harus direabsorpsi semua adalah glukosa dan asam

amino dengn cara transport aktif. Bahan-bahan yang esensial yang berlebihan

seperti elektrolit diekskresikan dalam urin. Reabsorpsi dibagi menjadi 3 macam

yaitu reabsorpsi di tubulus proksimal, ansa henle dan reabsorpsi di tubulus distal

dan koligens.

Reabsorpsi di tubulus proksimal mempunyai daya reabsorpsi yang tinggi dan

bersifat obligat.9 Reabsorpsi obligat adalah reabsorpsi sejumlah bahan yang

diperlukan tubuh selalu sama dalam persentasenya walaupun orang tersebut

banyak minum atau sedikit minum yaitu 65 % akan tetapi jumlah dari zat tersebut

berbeda. Selain itu glukosa juga di reabsorpsi 100% di TKP.

Ansa henle hanya terjadi penyerapan air melalui sistim counter current.

Counter current terdiri atas ansa henle pars desenden dan pars asenden. Ansa

henle pars desenden sedikit permeabel terhadap air dan impermeabel terhadap

bahan lain. Ansa henle pars asenden, Na dan Cl dapat keluar dengan cara

transport aktif dan impermeabel terhadap air.

Reabsorpsi di tubulus distal dan koligens bersifat fakultatif yaitu mereabsorpsi

sesuai dengan kebutuhan tubuh. Reabsorpsi distal dipengaruhi oleh kerja

aldosteron dan reabsorpsi koligens dipengaruhi oleh kerja anti diuretik hormone

17

Page 18: PBL10 S3 Sistim Urinaria

( ADH ).7-9 ADH hanya mereabsorpsi air dan urea sedangkan aldosteron

mereabsorpsi Na yaitu sekitar 7-8%.

Sekresi

Sekresi tubulus mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari kapiler

peritubulus ke lumen tubulus yang merupakan rute kedua bagi zat dari darah

untuk masuk ke dalam tubulus ginjal.7 Cara pertama, zat berpindah dari plasma

ke dalam lumen tubulus adalah melalui filtrasi glomerulus. Namun hanya sekitar

20 % dari plasma yang mengalir melalui kapiler glomerulus disaring ke dalam

kapsula bowman. Delapan puluh persen sisanya terus mengalir melalui arteriol

efferen ke dalam kapiler peritubulus. Beberapa zat mungkin secara diskriminatif

dipindahkan dari plasma di kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus melalui

mekanisme tubulus. Sekresi tubulus menyediakan suatu mekanisme yang dapat

lebih cepat mengeliminasi zat-zat tertentu dari plasma dengan mengekstraksi

lebih banyak zat-zat tertentu dari 80 % plasma yang tidak difiltrasi di kapiler

peritubulus dan menambahkan zat yang sama ke jumlah yang sudah ada di dalam

tubulus akibat proses filtrasi.

Ekskresi

Ekskresi urin mengacu pada eliminasi zat-zat dari tubuh di urin. Proses ini

bukan suatu proses terpisah tetapi merupakan hasil dari 3 proses utama yaitu

filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Semua konstituensi plasma yang mencapai

tubulus yaitu yang difiltrasi dan disekresi tetapi tidak direabsorpsi akan tetap

berada di dalam tubulus dan mengalir ke pelvis ginjal untuk diekskresi sebagai

urin.

18

Page 19: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Komposisi Urin

Komposisi urin terdiri dari:

Urea

Urea merupakan hasil metabolisme protein pada manusia yang berasal dari

perombakkan makanan dan jaringan.10 Ekskresi urea sebanding dengan pemasukkan

protein. Semakin banyak protein yang dimakan maka semakin banyak urea yang

akan dibuang. Semakin sedikit protein yang dimakan maka semakin sedikit urea

yang akan dibuat. Urea merupakan 80-90 % senyawa nitrogen urin normal. Ekskresi

urea meningkat ketika terjadi katabolisme protein seperti panas, diabetes melitus,

dan hiperaktivitas kelenjar adrenal.10

Kreatinin dan kreatin

Dalam urin dewasa kreatin terdapat dalam jumlah yang sangat kecil, tetapi pada

anak-anak dan wanita hamil jumlahnya lebih besar. Kreatin terdapat dalam semua

jaringan dan terbanyak dalam jaringan otot dalam bentuk fosfokreatinin, Untuk

pemeriksaan kadar kreatin urin, kreatin diubah menjadi kreatinin dengan pemanasan

dalam larutan asam kemudian diperiksa sebagai kreatinin.10 Perbedaan jumlah

kreatinin sebelum dan sesudah pemanasan urin dengan asam merupakan jumlah

kreatin dalam urin.

Jumlah kretinin yang diekskresi melalui urin kira-kira 1-1,8 g / 24 jam. Hampir

seluruhnya berasal dari kreatin dalam tubuh. Karena sebagian besar kreatin terdapat

di dalam jaringan otot, terdapat hubungan antara jumlah kreatinin yang dikeluarkan

dengan jumlah otot dalam jaringan tubuh.

19

Page 20: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Ekskresi kreatinin menurun pada penyakit-penyakit yang berhubungan dengan

atrofi dan kelemahan otot. Apabila katabolisme kretin di jaringan otot meningkat,

ekskresinya juga meningkat. Jumlah mg kreatinin yang diekskresi dalam 24 jam

dibagi berat badan kg disebut koefisien kreatin. Biasanya koefisien kreatinin selalu

konstan dan dipakai untuk menguji apakah utin yang dikumpulkan benar urin 24

jam apa tidak. Koefisien kreatin pada laki-laki antara 20-26 mg / kg berat badan / 24

jam. Koefisien kreatinin pada wanita adalah 14-22 mg / kg berat badan / 24 jam.

Amoniak dan garam ammonium

Amonia merupakan hasil akhir metabolisme protein yang mengandung gugus N.

Ini merupakan yang komposisi urin kedua yang terpenting setelah urea. Dalam urin

amonia terdapat dalam bentuk garam ammonium dan jumlahnya kira-kira 0,7 mg g /

24 jam atau 2,5-4,5 % dari nitrogen total / 24 jam. Amonia urin berasal dari

sebagian sintesis di sel-sel tubulu ginjal. Pemeriksaan amonia harus dilakukan pada

urin yang segar atau yang diawetkan dengan baik karena amonia dapat dibentuk dari

zat-zat yang mengandung gugus nitrogen. Urin tanpa pengawet menyebabkan urea

dalam urin akan dipecah oleh enzim urikase sehingga terbentuk amoniak yang

menyebabkan urin menjadi alkalis dan menghasilkan bau pesing.

Asam urat

Asam urat merupakan hasil metabolisme purin. Purin berasal dari makanan dan

pemecahan sel-sel yang tua. Asam urat bersifat sedikit larut dengan air dan mudah

mengendap. Dalam keadaan alkalis, garam asam urat dapat larut. Dalam keadaan

asidosis, garam asam urat mudah mengendap. Diet dengan tinggi protein

menyebabkan urin menjadi asam sehingga terjadi pengendapan asam urat (batu

urat) dan urin akan berwarna merah jambu.

20

Page 21: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Ekresi meningkat pada leukimia, gout, penyakit hati berat. Pemeriksaan asam urat

di urin yaitu menggunakan reagens arsenofosfotungsat dan jika hasil pemeriksaan

berwarna biru maka orang tersebut positif menderita asam urat. Asam urat

merupakan senyawa N urin. Apabila pasien tersebut minum salisisat maka akan

memberikan warna biru pada pemeriksaan dengan reagens arsenofosfotungsat.

Pemeriksaan harus dilakukan sekali lagi dengan memberikan enzim urikase sebelum

meminum salisilat.

Contoh: Sebelum diberi urikase = a mg ( asam urat salisilat )

Setelah diberi urikase = b mg ( salisilat )

Maka jumlah sekresi asam urat adalah ( a-b ) mg

Asam amino

Asam amino dalam urin orang dewasa adalah 100-200 asam amino N. Asam

amino pada urin bayi adalah 3 mg asam amino N / pon berat badan. Pada kelahiran

normal, asam amino pada urin adalah 6 mg asam amino N / kg berat badan dan akan

terus menurun sampai umur 6 bulan yaitu 2 mg / kg berat badan dan akan terus

menetap semasa anak-anak. Bayi prematur memiliki ekskresi asam amino 10 kali

dari bayi aterm. Asam amino sedikit sekali dalam urin karena batas ambang asam

amino sangat tinggi.

Ekskresi urin meningkat pada penderita penyakit hati stadium akhir dan

keracunan kloroform. Penyakit kekurangan beberapa asam amino disebut sistinuria.

Asam amino tersebut adalah sistin, ornitin, lisin, dan arginin. Asam amino sistin

dapat menimbulkan batu sistin dalam saluran kencing.

Allantonin

Klorida

Sulfat

21

Page 22: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Fosfat

Fosfat terdiri atas natrium atau kalium fosfat yang merupakan fosfat alkali dan

kalsium atau magnesium fosfat yang merupakan fosfat alkali tanah. Kalsium atau

magnesium fosfat menurun dalam urin alkalis yang menyebabkan warna urin keruh.

Fosfat dipengaruhi oleh 2 mekanisme yaitu:

Sistim yang sensitif terhadap hormon paratiroid

Sistim ini bekerja terhadap ± 2/3 fosfat yang difiltrasi

Sistim yang tergantung pada kalsium

Sistim ini bekerja terhadap ± 1/3 fosfat yang difiltrasi.

Ekskresi fosfat dipengaruhi oleh protein dalam makanan dan sebagian besar

berasal dari fosfat sel. Eksresi fosfat meningkat pada osteomalacia, renal

rickets,dan hiperparatiroidisme. Ekskresi ginjal menurun pada penyakit ginjal,

penyakit infeksi, hipoparatirodi

Oksalat

Oksalat biasanya pada urin sangat rendah dan meningkat pada primary

hyperoxaluria. Oksalat sukar larut dalam dan musah mengendap. Pada suasana

asam, metabolisme oksalat meningkat seperti pemberian vitamin C dosis tinggi

Mineral ( Na, K, Ca, Mg )

Ekskresi Na tergantung pada penasukkan NaCl makanan dan keperluan tubuh

akan Na. Ekskresi K meningkat pada pemasukkan K yang meningkat,

katabolisme jaringan yang meningkat, dan gangguan keseimbangan asam basa.

Contoh dari gangguan keseimbangan asam basa adalah jika H+ dalam intrasel

meningkat maka sekresi H+ akan meningkat sehingga dalam urin akan menjadi

asam dan ekstrasel alkalosis yang menyebabkan kejang-kejang

Vitamin, hormon, dan enzim

22

Page 23: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Komposisi urin yang tidak normal adalah:

Protein

Normal protein dalam urin adalah 30-200 mg / 24 jam. Proteinuria adalah adanya

protein dalam urin. Protenuria terbagi menjadi 2 macam yaitu:

Protenuria fisiologis

Protenuria dikatakan fisiologis jika kadar protein dalam urin kurang dari 0,5

%. Protenuria fisiologis didapatkan pada keadaan:

Latihan fisik yang berat

Sesudah banyak makan protein

Setelah berdiri lama

Pada saat kehamilan ( 30-35 % wanita hamil )

Protenuria patologis

Protenuria dikatakan patologis jika kadar protein dalam urin lebih dari 0,5 %.

Protenuria patologis ditemukan pada penyakit atau keadaan:

Glomerulonefritis

Nefrosis ( sindroma nefrolik )

Nefrosklerosis

Keracunan logam berat

Beberapa pemeriksaan protein dalam urine yaitu

Uji heller

Protein dalam urine mengalami denaturasi oleh asam nitrat pekat yang

tampak sebagai cincin putih pada perbatasan kedua cincin. Jika terdapat

23

Page 24: PBL10 S3 Sistim Urinaria

cincin putih pada perbatasan kedua cincin maka urin tersebut positif

terdapat protein.

Uji sulfosalisilat

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memeriksa adanya protein dalam

urine dengan menggunakan larutan sulfosalisilat. Percobaan ini positif

jika terdapat endapan pada urine.

Glukosa

Glukosa normal dalam urin adalah kurang dari 1 gram / 24 jam. Bila lebih dari 1

gram / 24 jam disebut glukosuria ( adanya glukosa di dalam urine ).Glukosuria

terjadi pada penderita diabetes melitus atau renal diabetes.

Terdapatnya glukosa di dalam urine disebabkan karena tubulus proksimal

tidak mampu mereabsorpsi seluruh glukosa karena sudah melewati batas tubulus

maksimum glukosa yaitu 375 mg / menit. Normalnya, jika glukosa kurang dari

tubulus maksimum, semua glukosa yang difiltrasi dapat direabsorpsi semuanya

dengan memindahkan glukosa secara transport aktif oleh sel-sel tubulus per

menit. Jika glukosa lebih dari tubulus maksimum maka jumlah maksimum

reabsorbsi glukosa tercapai sedangkan sisanya tetap berada di filtrat untuk

disekresikan. Munculnya glukosa dalam urin pertama kali disebut ambang ginjal.

Beberapa pemeriksaan glukosa dalam urin yaitu:

Test benedict

Tujuan dari test ini adalah untuk menetapkan kadar gula dalam urin normal

dan urin patologis secara semikuantitatif. Gula dalam urin mempunyai gugus

aldehid atau keton bebas yang mereduksi kupri menjadi kuprooksida yang

24

Page 25: PBL10 S3 Sistim Urinaria

tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan merah yang terbentuk

sesuai dengan kadar gula yang terdapat di dalam urin.

Test fehling

Test dengan paperstrip

Test paperstrip mengandung enzim peroksidase.

Gula lain

Keton bodies

Normal keton yang berada di dalam urin adalah 3-15 mg / 24 jam. Ketonuria

menunjukan adanya keton dalam urin. Cara untuk memeriksa adanya keton di

dalam urine dengan menggunakan test urea. Test tersebut positif jika terdapat

kompleks warna ungu.

Darah dan G hemoglobin

Hematuria adalah adanya darah dalam urin. Perbedaan antara hematuria dan

hemoglobin uria adalah jika hematuria, sel-sel darah merah tidak tembus cahaya

dan ada di urin sedangkan hemoglobin, ada sel darah di urine tetapi hanya bisa

dilihat di bawah mikroskopik.

Porfirin

Porifiria adalah penyakit yang disebabkan gangguan dalam metabolisme protein

( sintesisnya ). Korporfirin normal dalam urine adalah 60-250 µg / 24 jam.

Koproporfirin yang meningkat dalam urin adalah porfirinuria.

Adanya hasil pemeriksaan urin reduksi 3+ menandakan bahwa adanya glukosa yang

terdapat pada urin. Selain itu disebutkan bahwa kadar gula dalam darah adalah normal. Dapat

disebutkan bahwa orang tersebut menderita renal diabetes (renal glukosuria), yaitu dimana

glukosa tidak dapat direabsorpsi seluruhnya karena ada kerusakan pada ginjal. Lain halnya

25

Page 26: PBL10 S3 Sistim Urinaria

dengan diabetes mellitus, dimana adanya gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja dari

insulin, atau keduanya.

Kesimpulan

Traktus urinaria ( organa uropoetica / alat-alat saluran kemih ) pada manusia terdiri

atas ren ( ginjal ) dan glandula suprarenales, ureter, vesika urinaria, dan urethtra. Terletak

di sekitar rongga abdomen dan rongga pelvis. Pada fungsinya, sistem urinaria sebagai satuan

fungsional adalah ginjal (nefron-nefron yang terdapat dalam ginjal). Fungsi ginjal sendiri

antara lain adalah mempertahankan keseimbangan cairan ( H2O ) dalam tubuh, mengatur

jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, memelihara volume plasma yang sesuai,

membantu menjaga keseimbangan pH tubuh, dan sebagainya.

Mekanisme pembuangan urin mulai dari filtrasi yang terjadi di glomerulus.

Glomerulus mempunyai lapisan-lapisan yang berguna untuk menyaring darah sehingga

terbentuk plasma darah. Reabsorpsi yang terdiri atas reabsorpsi di tubulus proksimal, distal,

dan ansa henle. Sekresi adalah pengeluaran zat-zat tertentu dalam darah ke lumen tubulus

melalui sel tubuli. Ekskresi urin mengacu pada eliminasi zat-zat dari tubuh di urin.

Ada komposisi yang berada di urin dan tidak boleh berada di urin. Komposisi yang

ada di urin adalah urea, kreatin dan kreatinin, amoniak, asam urat, asam amino, allantoin,

klorida, sulfat, fosfat, oksalat, mineral, vitamin, hormon, dan enzim. Yang termasuk

komposisi urin abnormal adalah protein, glukosa, gula lain, keton bodies, bilirubin, darah dan

G menoglobin, dan porfirin

Pada kasus, terdapatnya glukosa di dalam urin disebabkan karena jumlah glukosa

darah melebihi batas tubulus maksimum urin sehingga tubulus proksimal tidak bisa

mereabsorpsi kelebihan glukosa tersebut meskipun kadar gula dalam darah tersebut masih

terbilang normal.

26

Page 27: PBL10 S3 Sistim Urinaria

Daftar Pustaka

1. Snell RS . Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC;

2006.p.232-52.

2. Moore KL , Anatomi Klinis Dasar. In : Agur AMR. Pelvis dan perineum. Jakarta:

EGC; 2002.p.145-67.

3. Jenkins GW, Kemnitz CP, Tortora GJ. Anatomy and physiology, from science to life.

2nd ed. Asia: Wiley; 2010. p. 834-896.

4. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks dan Atlas. In: Frans Dany, editor.

Sistim Perkemihan. Jakarta: EGC; 2007.p.369-387.

5. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun Praktikum Kumpulan Foto Mikroskopik

Histologi. Uropoetikum. Jakarta: Penerbit Universitas Trisaksi; 2007.p.147-58.

6. Geneser F. Atlas berwarna histology. Batam: Bina Rupa Aksara; 2007.p. 143-54.

7. Lauralee S. Fisologi Manusia dari Sel ke Sistim. In: Beatrica IS. Sistim Kemih. Ed. 2.

Jakarta: EGC; 2001.p.462-86.

8. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. In : Rachman LY, Hartanto H,

Novrianti A, Wulandari N, editors. Pembentukan Urin oleh Ginjal. 11st ed. Jakarta :

EGC ; 2007.p.324-6.

9. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. In : Pembentukan dan Ekskresi Urin.

20th ed. Jakarta: EGC; 2001.p.671-99.

10. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: EGC;

2010.p. 174-82.

27