pembelajaran humane education di kurikulum 2013

7
Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding | 176 21 Juni 2020 | FKIP – Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Pembelajaran Humane Education di Kurikulum 2013 Menggunakan Media Animasi Risa Juliadilla 1 , Usman Nurhasan 2 Deasy Christia Sera 3 Program Studi Psikologi, Universitas Gajayana 1 , Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang 2 , Fakultas Psikologi, Universitas Merdeka Malang 3 Email: [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK Belakangan ini banyak tindak kekerasan pada hewan yang dilakukan oleh anak. Sekolah sebagai agen perubahan memiliki peran untuk membentuk generasi karakter luhur melalui program Humane Education. Program ini bertujuan mengajarkan kebaikan kepada hewan yang bertujuan untuk menumbuhkan empati sehingga dapat diarahkan pada manusia dan berdampak pada pengurangan perilaku kekerasan. Humane Education bisa diterapkan dalam Kurikulum 2013 di level sekolah dasar. Pembelajaran Humane Education tidak dapat berdiri sendiri, namun harus terintegrasi dengan matapelajaran lain. Media animasi dapat digunakan sebagai media interaktif dan mempermudah anak dalam memahami materi. Metode penelitian ini Research and Development (R&D) dengan tahapan pengumpulan informasi, perencanaan, pengembangan draf produk . Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran. Kata kunci : Humane Education, Kurikulum 2013, Media Animasi PENDAHULUAN Sekolah merupakan pendidikan yang kompleks, mulai dari membimbing, mendidik dan mencerdaskan bangsa. Sekolah bukan hanya mendidik secara akademis namun mendidik moral juga harus berimbang. Dengan kata lain, guru bukan hanya pengajar namun juga pendidik. Beberapa pihak seperti orang tua dan guru juga harus menyadari murid pintar bukan hanya rangking 1, pintar matematika dan juara olimpiade. Murid juga harus cerdas secara emosional, dimana ketika murid mampu mengelola emosi serta memahami perasaannya dan mampu berpikir dan merasakan dari perspektif lain (empati). Mendidik anak secara komprehensif membutuhkan kontribusi banyak pihak yaitu orang tua, guru dan lingkungan sekitar anak. Oleh karenanya, sekolah juga harus serius dalam dalam pendidikan moral sama halnya seperti di pendidikan secara akademik. Sekolah yang hanya yang mempriotaskan pada pendidikan akademis namun tidak memperhatikan pendidikan moral, sama halnya sedang mempersiapkan masyarakat yang berbahaya (Kaimudin, 2014). Akhir ini, banyak berita di media mengenai kekerasan yang dilakukan oleh anak kecil seperti perudungan, penyiksaan pada hewan hingga pelaku pembunuhan. Perilaku kekerasan yang dilakukan oleh individu berawal dari melakukan hal yang kecil dan dianggap sepele contohnya berbuat kejam pada hewan. Ketika anak dibiarkan oleh lingkungan sekitar untuk melakukan kekerasan pada hewan, sama halnya “membunuh” rasa empati. Semakin dini anak diajarkan perilaku prososial, maka nilai tersebut semakin terinternalisasi. Kekerasan pada hewan yang dilakukan pada masa kecil memiliki peluang untuk dilakukan pada manusia. (National Society for the Protection of Cruelty to Children [NSPCC], nd). Kasus gadis ABG 15 tahun berinisial NF yang membunuh bocah 6 tahun inisial APA tengah mengehebohkan publik di media sosial. Sebelum menyerahkan diri, NF memang sempat menceritakan perbuatan sadisnya melalui status Facebook. Menurut keterangan polisi, NF mengaku saat itu memang sudah tidak bisa membendung hasratnya untuk membunuh, sehingga ia tega melakukan pembunuhan sadis itu kepada APA. Dalam kesehariannya, NF si gadis pembunuh itu juga sering menyiksa dan membunuh hewan, seperti kodok hingga cicak. Bahkan ia juga pernah melempar kucing peliharaannya dari lantai dua karena kesal. "Kodok hidup, dia [NF] bisa bunuh tusuk- tusuk pakai garpu. Cicak juga biasa dia bunuh

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembelajaran Humane Education di Kurikulum 2013

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding | 176

21 Juni 2020 | FKIP – Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Pembelajaran Humane Education di Kurikulum 2013 Menggunakan Media Animasi

Risa Juliadilla1, Usman Nurhasan2 Deasy Christia Sera3

Program Studi Psikologi, Universitas Gajayana1, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang2, Fakultas Psikologi, Universitas Merdeka Malang3

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Belakangan ini banyak tindak kekerasan pada hewan yang dilakukan oleh anak. Sekolah sebagai agen perubahan memiliki peran untuk membentuk generasi karakter luhur melalui program Humane Education.

Program ini bertujuan mengajarkan kebaikan kepada hewan yang bertujuan untuk menumbuhkan empati sehingga dapat diarahkan pada manusia dan berdampak pada pengurangan perilaku kekerasan. Humane Education bisa diterapkan dalam Kurikulum 2013 di level sekolah dasar. Pembelajaran Humane Education

tidak dapat berdiri sendiri, namun harus terintegrasi dengan matapelajaran lain. Media animasi dapat digunakan sebagai media interaktif dan mempermudah anak dalam memahami materi. Metode penelitian ini Research and Development (R&D) dengan tahapan pengumpulan informasi, perencanaan, pengembangan

draf produk . Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran.

Kata kunci : Humane Education, Kurikulum 2013, Media Animasi

PENDAHULUAN

Sekolah merupakan pendidikan yang kompleks, mulai dari membimbing, mendidik dan mencerdaskan bangsa. Sekolah bukan hanya mendidik secara akademis namun mendidik moral juga harus berimbang. Dengan kata lain, guru bukan hanya pengajar namun juga pendidik. Beberapa pihak seperti orang tua dan guru juga harus menyadari murid pintar bukan hanya rangking 1, pintar matematika dan juara olimpiade. Murid juga harus cerdas secara emosional, dimana ketika murid mampu mengelola emosi serta memahami perasaannya dan mampu berpikir dan merasakan dari perspektif lain (empati). Mendidik anak secara komprehensif membutuhkan kontribusi banyak pihak yaitu orang tua, guru dan lingkungan sekitar anak. Oleh karenanya, sekolah juga harus serius dalam dalam pendidikan moral sama halnya seperti di pendidikan secara akademik. Sekolah yang hanya yang mempriotaskan pada pendidikan akademis namun tidak memperhatikan pendidikan moral, sama halnya sedang mempersiapkan masyarakat yang berbahaya (Kaimudin, 2014).

Akhir ini, banyak berita di media mengenai kekerasan yang dilakukan oleh anak kecil seperti perudungan, penyiksaan pada hewan hingga pelaku pembunuhan. Perilaku kekerasan yang dilakukan oleh individu berawal dari melakukan hal

yang kecil dan dianggap sepele contohnya berbuat kejam pada hewan. Ketika anak dibiarkan oleh lingkungan sekitar untuk melakukan kekerasan pada hewan, sama halnya “membunuh” rasa empati. Semakin dini anak diajarkan perilaku prososial, maka nilai tersebut semakin terinternalisasi. Kekerasan pada hewan yang dilakukan pada masa kecil memiliki peluang untuk dilakukan pada manusia. (National Society for the Protection of Cruelty to Children [NSPCC], nd).

“Kasus gadis ABG 15 tahun berinisial NF yang membunuh bocah 6 tahun inisial APA tengah mengehebohkan publik di media sosial. Sebelum menyerahkan diri, NF memang sempat menceritakan perbuatan sadisnya melalui status Facebook.

Menurut keterangan polisi, NF mengaku saat itu memang sudah tidak bisa membendung hasratnya untuk membunuh, sehingga ia tega melakukan pembunuhan sadis itu kepada APA.

Dalam kesehariannya, NF si gadis pembunuh itu juga sering menyiksa dan membunuh hewan, seperti kodok hingga cicak. Bahkan ia juga pernah melempar kucing peliharaannya dari lantai dua karena kesal.

"Kodok hidup, dia [NF] bisa bunuh tusuk-tusuk pakai garpu. Cicak juga biasa dia bunuh

Page 2: Pembelajaran Humane Education di Kurikulum 2013

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding | 177

21 Juni 2020 | FKIP – Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

juga," kata Heru di Mapolrestro Jakarta Pusat,(Wijana & Anggreni, 2020)”

Berita di atas merupakan membuktikan bahwa kekerasan yang dilakukan pada hewan merupakan ajang uji coba sebelum melakukan kekerasan pada manusia. Pembelajaran Humane Education

di sekolah juga merupakan salah satu upaya preventif untuk mengurangi perilaku kekerasan. Humane Education mengajarkan kebaikan

kepada hewan yang bisa merangsang tumbuhnya empati . yang diarahkan pada manusia. Pembelajaran ini memiliki a circle of empathy yang berdampak pada pengurangan

perilaku kekerasan (Signal & Taylor, 2009). Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengajarkan humane education melalui diskusi, pemutaran video mengenai isu lingkungan yang mempengaruhi hewan. Pada tahun 1915, American Humane Association (AHA) mewajibkan Humane Education sebagai kurikulum wajib,

karena berkorelasi dalam mengurangi kekerasan (Ascione, 2005). Humane Education disarankan untuk diajarkan pada sekolah umum lainnya minimal satu jam dalam satu minggu karena hasilnya yang efektif pada murid. Humane Education telah diimplementasikan pada

pendidikan di negara Jepang, India dan Amerika pada anak pendidikan anak usia dini hingga sekolah dasar.

Humane Education dapat diterapkan di

Kurikulum 2013, melalui beberapa matapelajaran. Salah satu contoh implementasi HE di Kurikulum 2013, belajar tentang hewan peliharaan misalnya anjing, dari pespektif IPA dapat dipelajari bahwa anjing termasuk karnivora, dari matapelajaran agama (khusus Islam) dapat mengedukasi bagaimana bersuci bila terkena air liur dari anjing. Murid juga dapat belajar menambah kosakata baru dengan membuat karangan tentang hewan peliharaan (mata pelajaran Bahasa Indonesia). Dari sudut pandang lain, guru juga dapat memberi pembelajaran moral, misalnya saling menghormati bila terdapat suatu teman lain mempunyai peliharaan anjing. Bahwa anjing juga makhluk hidup yang perlu disayangi. Dari satu objek, guru juga bisa memberikan pelajaran akademik dan pesan moral pada murid. Tentu saja guru harus menyesuaikan tema sesuai perkembangan kognitif dan empati murid. Semakin tinggi tingkatan murid maka isu yang dibahas mengenai humane education semakin kompleks.

Media pembelajaran juga menjadi faktor keberhasilan dalam mengajarkan Humane Education. Penguasaan teknologi juga dituntut

dalam implementasi Kurikulum 2013, bila guru masih menggunakan metode ceramah akan

membuat murid bosan dan tidak tertarik. Media pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik murid. Murid sekolah dasar membutuhkan penjelasan konkrit. Animasi merupakan media interaktif yang dapat digunakan untuk memvisualkan materi sehingga dapat menjembatani daya imajinasi murid saat guru menyampaikan materi Humane Education. Adanya karakter pada animasi yang mempunyai alur cerita membuat murid lebih tertarik untuk belajar Humane Education dan pembelajaran

akademis dengan Kurikulum 2013.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah Research and Development (R&D) yang dikembangkan Borg & Gall (1983) yang terdiri dari 10 tahap . Desain penelitian ini masih dalam tahap ke 3. Berikut adalah tahapan yang dilakukan penelitian ini. yaitu:

1. Pengumpulan informasi

Peneliti melakukan studi literatur mengenai penggunaan Humane Education pada seting

pendidikan di SD Sidomulyo 1 Batu. Peneliti juga melakukan proses wawancara dengan guru kelas SD Sidomulyo 1 Batu mengenai Kurikulum 2013 serta melakukan observasi pada murid.

Peneliti juga membuat storyboard setiap kelas

yaitu 1 hingga 6 yang disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh murid di dalam silabus pembelajaran. Materi juga disesuaikan dengan tahap perkembangan empati. Salah satu tujuan pembelajaran agar murid berempati mengenai isu kemanusiaan.

Berdasarkan analisa kebutuhan, dibutuhkannya media pembelajaran yang tidak hanya memuat kognitif namun afektif sebagai upaya dalam pendidikan moral serta psikomotor sebagai bentuk aktifitas gerak tubuh.

2. Perencanaan

Tim peneliti juga melakukan perencanaan mengenai karakter pada media yang digunakan. Karakter yang digunakan merupakan dua anak yang bernama Bona dan Gibo yang memiliki peran protagonis yang menghadapi cerita kehidupan sehar-hari dengan mengangkat isu kemanusiaan.

3. Pengembangan draft produk

Tim dari psikologi mengerjakan storyboard dan

tim IT akan membuat animasi. . Peneliti juga merancang bagaimana alur menu pada media agar mudah digunakan. Software yang digunakan untuk animasi adalah Unity. Uji desain ditentukan bahwa produk ini akan diuji coba pada guru, murid serta validasi ahli media dan materi.

Page 3: Pembelajaran Humane Education di Kurikulum 2013

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding | 178

21 Juni 2020 | FKIP – Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kurikulum 2013. Dalam menyusun materi ini diambil dari silabus yang digunakan oleh guru dari SDN Sidomulyo 1 Batu. Silabus ini telah mencakup standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan pula sebagai indikator pencapaian perilaku yang diukur. Di setiap tahapan proses pembuatan penyusunan materi ini, peneliti akan berkoordinasi dengan guru yang mengajar terkait dengan tema maupun capaian yang akan digunakan di setiap mata pelajaran yang digunakan. Hal ini dilakukan agar materi yang akan diberikan sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh murid serta sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh murid.

Disetiap tingkatan kelasnya materi yang diberikan akan berbeda serta memiliki tingkat kesulitan yang berbeda karena diharapkan semakin tinggi kelasnya maka akan semakin tinggi pemahaman dan pengetahuan bagi murid.Selain itu pemberian materi Humane Education tiap

jenjang akan diberika beragam dan kompleks agar terjadi peningkatan empati pada anak.

Penyusunan ini pun tidak terlepas dari mata pelajaran yang relevan dengan silabus di setiap jenjang kelasnya, sehingga murid akan lebih mudah untuk memahami dan mengaplikasikannya ke kehidupan sehari-hari.

Setelah konsep pembelajaran telah dirancang, maka dibuatlah pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan Humane Education yang diselipkan di

beberapa mata pelajaran yang relevan. Tujuan dibuat pertanyaan adalah agar murid dapat dengan mudah mengintergasikan Humane Education dengan mata pelajaran yang mereka

pelajari misalnya, kewarganegaraan, matematika, bahasa indonesia, IPA, IPS dan mata pelajaran yang lainnya. Pembuatan pertanyaan di setiap mata pelajaran akan dikonsultasikan kepada guru kelas dan mata pelajaran agar tetap sesuai dengan kemampuan dan standar kompetensi serta kompetensi dasar murid.

Beberapa riset menyetujui bahwa media pembelajaran animasi lebih efektif daripada metode konvensional. Salah satu manfaat penggunaan media pembelajaran yaitu penyampaian materi menjadi lebih singkat. Menyikapi hal tersebut, tentu saja kreativitas guru juga menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Alasan penggunaan animasi dalam penelitian ini adalah animasi membuat lebih menarik, interaktif serta dapat meningkatkan motivasi belajar murid.

Karakter, pengaturan dan aksi dalam media animasi merupakan daya tarik tersendiri. Karakter yang digunakan dalam media ini adalah Bona dan Gibo dengan karakter tokoh lainnya.Setiap kelas mempunyai cerita sendiri yang mengandung unsur matapelajaran yang sesuai dengan tingkat kelasnya dan di sisipi dengan pembelajaran Humane Education. Animasi yang digunakan tidak menggunakan pengisi suara dengan pertimbangan agar guru masih berinteraksi denga murid saat menjelaskan. Durasi media animasi ± 20 menit. Kreatifitas guru juga faktor penentu keberhasilan dalam melakukan improvisasi.

Gambar 1. Karakter Gibo dan Bona

Cerita pada setiap storyboard mengandung pesan moral, guru patut untuk menjadi role model dan

mampu memaparkan pesan moral yang sesuai. Cerita berdasarkan pada kehidupan sehari-hari yang relevan dengan keadaan masa kini namun masih menjujung budaya kesopanan. Pada media ini, tidak di sediakan pengisi suara agar interaksi antara guru dan pada murid. Guru masih mempunyai kesempatan dalam melakukan diskusi dan tanya jawab untuk mendukung murid dapat menggali informasi lebih dalam. Aktifitas yang dilakukan oleh murid pada story board mencakup

ranah kognitif, afektif serta psikomotor. Berikut adalah cuplikan visual perkelas mengenai Humane Education di Kurikulum 2013:

Kelas 1 Pembelajaran mengenai Humane Education

disisipkan pada pelajaran tematik di setiap jenjang. Humane Education untuk kelas 1 mengajarkan

murid bagaimana bersikap baik pada hewan. Ilustrasi yang diberikan berasal dari peristiwa yang dapat ditemui pada kehidupan sehari-hari. Semisal bagaimana murid berbagi makanan dengan hewan yang ada di lingkungan tempat tinggal. Murid juga diberi pengenalan dasar mengenai hak hidup hewan seperti memiliki tempat tinggal yang layak, ketersediaan makanan yang memadai dan rasa aman. Ini menjadi awal pengenalan empati pada

Page 4: Pembelajaran Humane Education di Kurikulum 2013

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding | 179

21 Juni 2020 | FKIP – Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

hewan pada murid agar dapat bertindak tepat saat memperlakukan hewan di sekitar.

Gambar 2. Pelajaran Humane Education melalui

ilustrasi berbagi makanan dengan hewan

Pada bahasan tematik per kelas memuat materi pelajaran yang sesuai dengan jenjang murid. Bahasan tiap materi pelajaran diintegrasikan menjadi satu topik yang mencakup keseluruhan materi. Topik tematik kelas 1 bercerita mengenai aktivitas Bona dan Gibo di taman. Pada topik tersebut mencakup materi tentang berhitung (matematika), mengeja nama hewan dalam dua bahasa (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris) dan menyanyikan lagu bertema hewan (Kesenian) yang diintegrasikan pada materi pelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013.

Gambar 3. Integrasi Materi Pelajaran Pada Tematik

kelas 1

Kelas 2

Pembelajaran Humane Education pada kelas 2 mengenai empati kepada hewan dengan menggunakan contoh kasus menembak burung. Aktivitas semacam ini dipahami sebagai sesuatu hal yang umum terjadi dilingkungan sekitar. Yang perlu murid ketahui adalah aktivitas tersebut bisa mendatangkan bahaya bagi hewan. Pada kasus ini perilaku yang dimunculkan dapat menyebabkan burung cedera atau bahkan mati. Melalui contoh yang diberikan pemahaman murid tentang empati kepada hewan dibentuk diharapkan murid paham dan dapat mengaplikasikan empati secara sederhana pada mahluk hidup disekitar mereka, terutama hewan. Cara yang paling sederhana yang bisa murid lakukan ialah dengan tidak

melakukan suatu tindakan yang membahayakan hewan.

Gambar 4. Pelajaran Humane Education melalui

contoh kasus menembak burung

Pelajaran Matematika yang umumnya sangat erat dengan hitungan dan angka dikemas dengan menarik agar murid antusias mengikuti pelajaran. Ini menjadi cara yang efektif untuk menumbuhkan minat belajar murid. Salah satu pelajaran tematik kelas 2 membahas perbandingan bentuk tubuh hewan.

Gambar 5. Materi Pendidikan moral pada tematik kelas

2

Kelas 3

Pengenalan empati kepada hewan diperdalam pada pelajaran tematik kelas 3. Ilustrasi yang diberikan lebih kompleks dengan tujuan mengajak murid terlibat dalam diskusi. Kebun Binatang menjadi tempat yang sesuai untuk memperdalam pemahaman murid tentang empati kepada berbagai macam jenis hewan. Pelajaran empati dicontohkan dengan aktivitas berbagi makanan dengan hewan yang terdapat di Kebun Binatang. Berbagi makanan dengan hewan adalah salah satu poin pembelajaran Humane Education sebagai bentuk kepedulian pada hewan. Tetapi berbagi makanan pada hewan di Kebun Binatang bisa memiliki arti lain. Hal tersebut bisa membahayakan hewan karena minimnya pengetahuan mengenai makanan apa saja yang boleh diberikan kepada hewan. Murid diajak berdiskusi mengenai hal ini. Bagaimana tindakan

Page 5: Pembelajaran Humane Education di Kurikulum 2013

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding | 180

21 Juni 2020 | FKIP – Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

yang baik bagi manusia (berbagi makanan) justru bisa berbahaya jika dilakukan?

Gambar 6. Pelajaran Humane Education dengan

contoh berbagi makanan pada hewan

Diperlukan pemahaman lebih mendalam agar murid mengetahui empati yang tepat ketika berbagi dengan hewan. Topik tentang makanan yang boleh dimakan oleh hewan menjadi hal yang menarik untuk didiskusikan dengan murid. Pengetahuan ini juga penting agar murid tidak membahayakan hewan dengan memberikan hewan makanan yang sesuai kebutuhan mereka. Hal ini juga erat kaitannya dengan kesejahteraan hewan yang akan dibahas selanjutnya.

Gambar 7. Pelajaran IPA tentang makanan yang boleh

dibagikan pada hewan

Kelas 4

Setelah sebelumnya murid mempelajari tentang empati kepada hewan beserta aplikasi nya pada kehidupan sehari-hari, pada tematik kelas 4 murid berdiskusi lebih dalam tentang relasi manusia dengan hewan dengan ilustrasi hewan yang dijadikan objek hiburan (atraksi). Murid sangat familiar dengan pertunjukan Topeng Monyet atau atraksi lumba-lumba. Murid sangat menyukai keduanya. Namun, murid tentu belum mengetahui sisi negatif apa saja yang ada dibalik pertunjukan topeng monyet atau atraksi sirkus. Dibalik apa yang menjadi kesukaan murid, terdapat pengorbanan hewan yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Gambar 8. Pelajaran Humane Education dengan

contoh pertunjukan sirkus lumba-lumba

Lebih lanjut murid diajak untuk lebih memahami relasi manusia dengan alam sekitar, terutama hewan. Selain murid harus tahu bagaimana cara berinteraksi yang aman dengan hewan, murid juga diberi pemahaman mengenai dampak pencemaran lingkungan yang dilakukan manusia terhadap keberlangsungan hidup hewan di habitatnya. Pelajaran IPA memuat materi tentang pencemaran lingkungan yang mengancam ekosistem laut.

Gambar 9. Pelajaran IPA mengenai dampak

pencemaran lingkungan pada habitat hewan laut

Murid diberi contoh nyata tentang relasi manusia yang merugikan mahluk hidup lain. Permasalahan membuang sampah sembarangan tidak sebatas mendatangkan bencana banjir saja, melainkan lebih parah lagi kebiasaan buruk tersebut mengancam keberlangsungan hidup hewan yang hidup di laut.

Kelas 5

Pada setiap jenjang secara bertahap murid memperdalam pemahaman mereka tentang Humane Education. Di tematik kelas 5 murid diajak untuk lebih mendalami empati serta memahami bagaimana seharusnya manusia memperlakukan hewan sebagai sesama mahluk yang berbagi kehidupan di Bumi. Manusia memiliki kewajiban untuk menjaga keberlangsungan habitat hidup dan

Page 6: Pembelajaran Humane Education di Kurikulum 2013

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding | 181

21 Juni 2020 | FKIP – Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

kelestarian hewan. Bukan malah bertindak sebaliknya dengan melakukan hal yang mengancam kehidupan hewan.

Gambar 10. Pelajaran Humane Education Studi Kasus

Penganiayaan Bekantan.

Murid juga dikenalkan pada pengetahuan Satwa Endemik (Pelajaran IPS) yang merupakan kekayaan alam yang menjadi identitas daerah yang khas. Indonesia terkenal dengan kekayaan flora dan fauna nya, sehingga pengetahuan ini sangat penting untuk membangun kesadaran murid akan pentingnya menjaga keberlangsungan satwa di Indonesia.

Gambar 11. Pelajaran IPS tentang Satwa Endemik di

Indonesia

Kelas 6

Pelajaran Humane Education di kelas 6 menyorot soal bagaimana interaksi yang aman antara manusia dengan hewan. Beberapa kasus penyerangan hewan terhadap manusia dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman mengenai hal ini. Murid memiliki intensitas interaksi dengan hewan yang cukup tinggi. Diperlukan pemahaman yang tepat agar murid berinteraksi dengan hewan tanpa menimbulkan rasa khawatir. Murid juga diberi pengetahuan tentang bahasa tubuh hewan agar mereka lebih berhati-hati bilamana gestur hewan tersebut menunjukkan ketidaknyaman dan lain sebagainya.

Gambar 12. Pelajaran Humane Education tentang

interaksi yang aman dengan Anjing

Interaksi yang aman dengan hewan bermanfaat untuk manusia dan hewan itu sendiri. Sehingga alasan mengenai perlakuan buruk manusia pada hewan dengan motif apapun tidak dibenarkan. Terlepas hewan itu dalam pandangan agama memiliki najis atau tidak, alasan tindak kekerasan pada hewan tidak dibenarkan. Melalui ilustrasi ini murid juga diajarkan untuk bersikap toleran (Kewarganegaraan) kepada sesama yang memelihara Anjing. Pandangan Islam soal najis pada air liur Anjing tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak saling menghormati satu sama lain. Karena menghormati sesama manusia sama pentingnya dengan menghargai hewan dan pandangan tersebut tidak saling bertentangan satu dengan yang lain. Anak akan diajak berdiskusi mengenai apa yang bisa dilakukan jika menghadapi keadaan yang bertentangan dengan keyakinan dan budaya.

Gambar 13. Pelajaran Toleransi tentang memelihara

Anjing

Tindak kekerasan yang dilakukan oleh anak kecil merupakan ancaman serius pada generasi. Sekolah berperan penting mengenai pendidikan moral dan pendidikan karakter hingga terinternalisasi menjadi karakter yang positif. Banyak orang dewasa menghindari mengajarkan Humane Education pada anak kecil karena dianggap terlalu rumit. Hal ini karena definisi mengenai kekerasan pada hewan belum jelas. Bisa jadi seorang anak menganggap berkurban hewan merupakan tindakan kekerasan. Perlu penyamaan persepsi mengenai tindakan

Page 7: Pembelajaran Humane Education di Kurikulum 2013

Konferensi Nasional Pendidikan I Prosiding | 182

21 Juni 2020 | FKIP – Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

kekerasan pada hewan yaitu melakukan dengan sengaja serta bertindak dengan kejam. Guru selaku pendidik harus memberi alasan yang rasional dari segi sains, agama hingga rasa sosial.

Semua guru dapat menjadi Human Educators. Sebagai human educators juga harus menguasai

prinsip teknik pembelajaran pada anak dan mengerti tentang perkembangan psikologis anak. Beberapa aspek tersebut adalah: 1) usia dan perkembangan yang sesuai, 2) teori cara belajar, 3) pertimbangan sosial, 4) dan pengenalan isu-isu tertentu yang terkait Humane Education. Topik Humane Education bisa diajarkan di beberapa mata pelajaran dan terintegrasi dalam pengajaran (Jalongo, 2013). Senada dengan Kurikulum 2013, guru dapat menyampaikan Humane Education

pada beberapa kesempatan matapelajaran. Mengingat Kurikulum 2013 juga mempunyai tema-tema mengenai yang dapat digunakan guru untuk memberikan Humane Education.

Kurikulum 2013 sesuai sebagai pendekatan yang digunakan untuk pengaplikasian Human Education. Murid akan dikenalkan berbagai

ilustrasi kasus ini akan mengasah kemampuan empati terutama pada hewan. Peran guru sangatlah penting pada penerapan dengan media animasi ini. Diharapkan guru dapat menjadi fasilitator bagi murid untuk dapat menggali mengenai pemahaman mereka dan menumbuhkan empati terhadap makhluk hidup lainnya terutama pada hewan. Memahamkan bagaimana mereka hidup, apa yang harus kita lakukan sebagai manusia untuk menjaga ekosistem makhluk hidup dan memahami interaksi kita dengan hewan dari berbagai sisi.Hal ini sesuai dengan pembelajaran tematik memungkin murid agar aktif mencari, menggali dan menemukan konsep secara holistik melalui tema tertentu.

Empati menjadi penting untuk ditanamkan sejak dini agar murid tidak hanya mengembangkan aspek kognitif dan psikomotor saja tetapi juga aspek afektif. Tak lain tujuannya dengan mengajarkan kebaikan kepada hewan (mahkluk yang tidak berdaya) dapat diarahkan pada sesama

manusia.

KESIMPULAN

Kurikulum 2013 memberikan ruang luas pada pembelajaran Humane Education untuk

mengajarkan empati. Kurikulum 2013 menekankan capaian pembelajaran pada bukan hanya aspek kognitif namun afektif dan psikomotorik. Melalui Humane Education murid bukan hanya diajarkan tentang hewan

(pembelajaran pengetahuan dan pemahaman tentang hewan )di alam namun juga untuk hewan (pembelajaran mengenai kepedulian, etika dalam

memperlakukan hewan). Pendidikan Karakter juga menjadi andalan

dalam Kurikulum 2013, murid diharapkan memiliki karakter positif pada masa ini. Karakter memiliki empati merupakan karakter yang dibutuhkan pada masa ini mengingat banyaknya kasus kekerasan. Indikator keberhasilan pendidikan juga dapat dilihat bagaimana moral generasi saat ini. Dengan pendekatan yang digunakan pada kurikulum 13 dengan pembelajaran tematik, pendidikan karakter berupa Human Education mengenai empati

kepada hewan dapat diberikan kepada murid sebagai murid yang mana dapat diberikan di berbagai macam mata pelajaran yang relevan.

PENGHARGAAN

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Sekolah Dasar Sidomulyo 1 Batu yang membantu proses berjalannya penelitian ini hingga terwujudnya media pembelajaran animasi Humane Education yang disinergikan Kurikulum 2013.

DAFTAR PUSTAKA

Ascione,F,R.(2015).Children and Animals: Exploring the Roots of Kindness and Cruelty. West Lafayette: Purdue

University Press. Jalongo, M.R. (2013). Teaching Compassion:

Humane Education in Early Childhood. New York: Spriger

Kaimuddin. (2014). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum 2013. Dinamika Ilmu,14, (1).

National Society for the Protection of Cruelty to Children, (n.d). Understanding the links: child abuse, animal abuse and domestic violence. London: Author.

Signal, A.R and Taylor, N. (2009). Teaching Kindness: The Promise of Humane Education. Society and Animals, (17), pp 136-148.doi: 10.1163/156853009X418073.

Wijana, E.P.E & Anggreini, S.P. (2020,Maret 8). ABG si Pembunuh Bocah 6 Tahun Suka Siksa Hewan, Benarkah Ciri Psikopat?.Suara.com. Diambil dari https://www.suara.com/health/2020/03/08/170045/abg-si-pembunuh-bocah-6-tahun-suka-siksa-hewan-benarkah-ciri-psiko