predisi
DESCRIPTION
predisiTRANSCRIPT
GAMBARAN FAKTOR RESIKO (PREDISPOSISI) PADA PASIEN PENYAKIT
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RUANG X.A
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
Hj.Euis Nurhayati,Dra.,M.Kes dan Isni Nuraini
ABSTRAK
Di negara-negara maju dan berkembang , kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung menduduki ranking pertama setiap dan sepanjang tahun. Jadi, penyakit jantung merupakan pembunuh yang utama di negara tersebut setiap dan sepanjang tahun. Diperkirakan peningkatan jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung antara lain perubahan pola hidup , khusus bagi seseorang yang hidup dikejar waktu, selalu gelisah, kurang bergerak, atau menjadi perokok, stress, usia yang sudah lanjut, dan perubahan konsumsi pangan dapat mendorong peningkatan menjadi penderita penyakit jantung. (WHO, 2006).
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor resiko pada pasien penyakit Gagal Jantung Kongestif di ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan bentuk deskriptif, populasinya adalah semua pasien gagal jantung kongestif yang dirawat di ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode bulan Juni-Juli 2009, pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling dengan jumlah responden 30 orang.
Hasil penelitian ini menunjukan gambaran dari faktor resiko penyakit Gagal Jantung Kongestif, yaitu faktor keturunan terdapat 15 orang (50%), pasien yang berjenis kelamin perempuan 16 orang (53,3%), pasien yang berusia 40-59 tahun 15 orang (50%), yang memiliki pola makan yang tidak baik 29 orang (96,67%), yang memilki kebiasaan merokok 16 orang (53,3%), yang memiliki riwayat Obessitas 13 orang, yang memiliki riwayat DM 15 orang (50%), pasien yang kurang melakukan aktifitas fisik 27 orang (90%), yang memilki riwayat Hipertensi 20 orang (66,7%).
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian gambaran faktor resiko pada pasien penyakit gagal jantung kongestif berada pada katagori menunjukan katagori kesesuaian.
Daftar Pustaka : 15 (1995-2009)
Jurnal Kesehatan Kartika 200740
A.PENDAHULUAN
Gagal jantung atau sering juga disebut Gagal Jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smelter, Suzanne,2002, hlm. 805).
a. Faktor PredisposisiFaktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stress (Stuart & Laraia, 2005;Agustarika,2009). Berbagai teori dikembangkan mengenai factor predisposisi :1). Biologi (Fisik)Penelitian terkini berfokus pada penyebab biologis terjadinya ansietas yang berlawanan dengan penyebab psikologis. (Sullivan & Coplan, 2000; Agustarika, 2009). Beberapa individu yang mengalami episode sikap bermusuhan, iritabilitas, perilaku sosial dan perasaan menyangkal terhadap kenyataan hidup dapat menyebabkan ansietas tingkat berat bahkan ke arah panik. Salah satu faktor penyebab secara fisik yaitu adanya gangguan atau ketidak-seimbangan pada fisik seseorang.a). Gangguan fisikGangguan fisik yang dapat menyebabkan ansietas adalah antara laingangguan otak dan saraf(neurologis) seperti cedera kepala, infeksi otak, dan gangguan telinga dalam,gangguan jantung, seperti kelumpuhan jantung dan irama jantung yang abnormal (aritma), gangguan hormonal(Endrokrin) seperti kelenjar andrenal atau thyroid terlalu aktif, ,gangguan paru-paru(pernafasan) berupa asma, paru-paru obstruktif kronis atau COPD (Medicastore, 2011).b). Mekanisme terjadinya kecemasan akibat gangguan fisikPengaturan ansietas berhubungan dengan aktivitas darineurotransmmiter Gamma Aminobutyric Acid(GABA), yang mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang berfungsi untuk pengeluaran ansietas. Mekansime kerja terjadinya ansietas diawali dengan penghambatanneurotransmmiterdi otak oleh GABA. Ketika bersilangan di sinaps dan mencapai atau mengikat ke reseptor GABA di membran postsinaps, maka saluran reseptor terbuka, diikuti oleh pertukaran ion-ion. Akibatnya terjadi penghambatan atau reduksi sel yang dirangsang dan kemudian sel beraktifitas dengan lamban (Stuart & Laraia,2005; Agustarika,2009). Mekanisme biologis ini menunjukkan bahwa ansietas terjadi karena adanya masalah terhadap efisiensi proses neurotransmmiter.Neurotransmiter sendiri adalah utusan kimia khusus yang membantu informasi bergerak dari sel saraf ke sel saraf. Jika neurotransmitter keluar dari keseimbangan, pesan tidak bisa melalui otak dengan benar.Hal ini dapat mengubah cara otak bereaksi dalam situasi tertentu, yang menyebabkan kecemasan. (Medicinet, 2011).
2). PsikologisPendapat yang dikemukan oleh Taylor (ed Leonard,2010) Kecemasan merupakan pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai bentuk reaksi umum dan ketidak-mampuan menghadapi masalah atau munculnya rasa tidak aman pada individu. Izzudin (2006) Kecemasan muncul dikarenakan adanya ketakutan atas sesuatu yang mengancam pada seseorang, dan tidak ada kemampuan untuk mengetahui penyebab dari kecemasan tersebut.Freud (dalam Arndt, 1974; Trismiati, 2004) mengemukakan bahwa lemahnyaegoakan menyebabkan ancaman yang memicu munculnya kecemasan. Freud berpendapat bahwa sumber ancaman terhadapegotersebut berasal dari dorongan yang bersifat insting dariiddan tuntutan-tuntutan darisuperego. Freud juga mengatakan jika pikiran menguasai tubuh maka ini berarti bahwa ego yang menguasai pikiran dan pikiran berkuasa secara mutlak (Mc.Quade and Aikman,1987).Freud (Hall dan Lindzay, 1995 ; Trismiati, 2004) menyatakan bahwaegodisebut sebagai eksekutif kepribadian, karenaegomengontrol pintu-pintu ke arah tindakan, memilih segi-segi lingkungan kemana ia akan memberikan respon, dan memutuskan insting-insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif ini,egoharus berusaha mengintegrasikan tuntutanid, superego,dan dunia luar yang sering bertentangan. Hal ini sering menimbulkan tegangan berat padaegodan menyebabkan timbulnya kecemasan. 3). Sosial BudayaCara hidup orang di masyarakat juga sangat mempengaruhi pada timbulnya ansietas (Tarwoto & Wartonah, 2003; Agustarika, 2009). Individu yang mempunyai cara hidup sangat teratur dan mempunyai. falsafah hidup yang jelas maka pada umumnya lebih sukar mengalami ansietas. Budaya seseorang juga dapat menjadi pemicu terjadinya ansietas. Hasil survey yang dilakukan oleh Mudjadid,dkk tahun 2006 di lima wilayah pada masyarakat DKI Jakartadidapatkan data bahwa tingginya angka ansietas disebabkan oleh perubahan gaya hidup serta kultur dan budaya yang mengikuti perkembangan kota (dalam Agustarika, 2009). Namun demikian, factor predisposisi di atas tidaklah cukup kuat menyebabkan sesorang mengalami ansietas apabila tidak disertai factor presipitasi (pencetus).Faktor resiko penyakit Gagal Jantung Kongestif (GJK) serupa dengan penyakit jantung koroner. Faktor resiko tersebut adalah faktor resiko yang dapat dirubah dan yang tidak dapat dirubah. Faktor resiko yang tidak dapat diubah antara lain faktor keturunan, jenis kelamin dan usia. Faktor resiko yang dapat diubah antara lain pola makan, kebiasaan merokok, faktor keturunan, riwayat Obesitas, riwayat Diabetes Mellitus (DM), tingginya kadar lipid, kurangnya aktifitas, stress, dan riwayat Hipertensi.
Dalam penelitian ini ada dua faktor resiko yang tidak akan diteliti, yaitu faktor resiko tingginya kadar lipid dan stress. Adapun alasan mengapa kedua faktor tersebut tidak diteliti adalah beberapa peneliti sudah banyak yang mengambil penelitian tentang faktor tersebut terhadap penyakit Gagal Jantung Kongestif, dan hasilnya sebagai berikut : Hasil penelitian yang dilakukan oleh Peter J. Havel, Ph.D. pada bulan Desember 2007, mengemukakan bahwa tingginya kadar lipid dapat memicu terjadinya penyakit jantung. (Kadarusman, 2007, http://www. Hasil penelitian kadar lipid terhadap penyakit jantung.com, diperoleh tanggal 20 Mei 2009). Penelitian di RSCM yang dilakukan pada tahun 1998 juga mengemukakan bahwa stress mempunyai resiko yang sangat tinggi terhadap penyakit jantung. (2008, http://www.Dipenogoro Health Association.com, diperoleh tanggal 8 Juni 2008).
Data tentang penyakit gagal jantung di Indonesia, menurut hasil penelitian di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2007 penyakit jantung termasuk penyakit yang sangat berbahaya, dan angka kematian akibat penyakit jantung terus meningkat. Dari 852 penderita yang diteliti terdapat 526 orang pria (61.74%) dan wanita 326 orang (38.26%) yang menderita penyakit Gagal Jantung. Umur penderita berkisar antara 15-84 tahun dengan umur rata-rata 55 14 tahun dan dengan kelompok usia terbanyak : 55 - 64 tahun (32.9%).
Begitu pula dengan penderita penyakit jantung di ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada periode bulan September-Desember 2008 mengalami peningkatan yang berarti dibanding dengan tahun lalu. Pada bulan September tahun 2008 angka penderita penyakit jantung berjumlah 12 orang, pada bulan Oktober tahun 2008 berjumlah 24 orang, pada bulan November tahun 2008 berjumlah 29 orang, dan pada bulan Desember tahun 2008 berjumlah 40 orang.
Berdasarkan beberapa studi pendahuluan di berbagai Rumah Sakit, angka kejadian penyakit Gagal Jantung Kongestif yang paling tinggi adalah di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Jurnal Kesehatan Kartika 200741
Karena tempat tersebut merupakan tempat rujukan dari berbagai Rumah Sakit di Jawa Barat. Di Rumah Sakit Cibabat Cimahi jumlah pasien Gagal Jantung Kongestif selama 3 bulan terakhir berjumlah 5 orang, pihak rekam medik mengatakan apabila terdapat pasien Gagal Jantung, pihak Rumah Sakit langsung merujuk ke RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Begitupun dengan Rumah Sakit Al-Ihsan, jumlah pasien Gagal Jantung selama 3 bulan terakhir, tidak jauh berbeda dengan RS Cibabat Cimahi, yaitu 7-9 orang.
Data-data di atas menunjukan bahwa penyakit Gagal Jantung Kongestif dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor resiko, maka dalam hal ini perawat berperan menjadi Health Educator baik dalam pencegahan penyakit Gagal Jantung Kongestif maupun dalam memberikan pendidikan kesehatan supaya tidak menjadikan penyakit jantung itu sendiri menjadi penyakit yang lebih berat lagi.
Berdasarkan dari data-data dan fakta-fakta yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran faktor resiko pada pasien penyakit Gagal Jantung Kongestif di Ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
METODOLOGI
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif,
Gambaran ini dianalisa dengan cara mengumpulkan data, menggunakan kuesioner atau angket yang terkait dengan pengukuran faktor resiko yang menyebabkan penyakit Gagal Jantung Kongestif kemudian dari data yang terkumpul dijumlahkan sesuai faktor resiko dan diprosentasekan.
Jurnal Kesehatan Kartika42Kerangka Konsep dan Operasionalisasi Variabel
Kerangka Konsep
Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
Keturunan Jenis kelamin
Usia
Penyakit Gagal Jantung
Kongestif
Faktor resiko yang dapat diubah :
Pola makan
Kebiasaan merokok
Riwayat Obessitas
Riwayat Diabetes Mellitus
Kurangnya aktivitas fisik
-Riwayat Hipertensi
Jurnal Kesehatan Kartika 200743
Definisi Konsep dan Operasional Variabel
NoVariabelDefinisiDefinisiAlat UkurCara
Hasil
Skala
KonseptualOperasional
Ukur
Ukur
Ukur
1Faktor resiko- Pola makan adalahPola makan yangKuesionerAngket1.Pola makan tepatOrdinal
penyakitperilaku manusiabaik bila pasien
bila pasien
Gagaldalam memenuhiCenderung
mengkonsumsi
Jantungkebutuhannya akanmengkonsumsi
makanan yang
Kongestifmakanan yangmakanan rendah
rendah lemak,
meliputi sikap,kalori, tinggi serat,
tinggi serat
kepercayaan, jenisrendah lemak.
2.Tidak tepatbila
makanan, frekuensi,
pasien
cara pengolahan, dan
mengkonsumsi
pemilihan makanan.
makananyang
tinggi kolesterol
2
- Kebiasaan MerokokSuatu kegiatanKuesionerAngketDiukurberdasarkanOrdinal
adalah suatudimana seseorang
:
kegiatan menghisappernah atau
1.Merokok
rokok.mempunyai
2.Tidak merokok
Kebiasaan
Berapa batang rokok
menghisap rokok.
yangdihabiskan
perhari:
1. 20 batang
2.< 20 batang
Jenisrokokyang
biasa dikonsumsi:
1.Tembakau
2.Kretek
3.Filter
Jurnal Kesehatan Kartika 200744
3
- Faktor keturunanAda tidaknyaKuesionerAngket1.Ada keluarga
Ordinal
adalah penyakit yangsaudara sedarah
sedarah yang
menurun dari
yang mempunyai
mengalami hal
generasi
penyakit serupa.
yang sama
sebelumnya.
2.Tidak ada
4
-JeniskelaminSepasang sifatKuesionerAngket1.Laki-laki
Nominal
adalah sepasang sifatjasmani yang
2.Perempuan
jasmaniataurohanimembedakan
yangmembedakanseseorang.
duamakhlukwanita
dan pria.
5
- Riwayat ObessitasKondisi seseorangKuesionerAngket1.Pernah mengalami
Ordinal
atau kegemukandimana seseorang
berat badan lebih.
didefinisikan sebagaitersebut pernah
2.Tidak pernah
suatu keadaanmengalami
mengalami berat
dimana seseorangkelebihan berat
badan lebih.
pernah mengalamibadan yang diukur
kelebihan beratberdasarkan
badan baik dimasapengalamannya
lalu ataupun
Tentang
sekarang.
peningkatan berat
badan di masa lalu.
6
-RiwayatDMKeadaan dimanaKuesionerAngket1.Pernah
Ordinal
didefinisikansebagaiseseorang pernah
mempunyai
suatukeadaanmempunyai riwayat
riwayat DM.
dimanaseseorangpenyakit DM.
2.Tidak mempunyai
pernahdidiagnosa
riwayat DM
oleh
dokter
mempunyai penyakit
DM.
7
- Kurangnya aktifitasKegiatanKuesionerAngket1.Rutin dalam
Ordinal
fisik adalah
seseorang dimana
melakukan
Jurnal Kesehatan Kartika 2007
45
seseorang yang tidakseseorang tersebut
olahraga (2-3
aktif melakukan olahrutin dalam
kali/minggu)
raga secara teraturMelakukan
2.Tidak rutin dalam
(2-3 kali dalam 1kegiatan olah raga
melakukan
minggu).
yang diukur
olahraga (2-3
berdasarkan
kali/minggu)
keteraturan dalam
Jenis olahraga yang
berolahraga (2-3
dilakukan :
kali/minggu).
1.Jalan Cepat
2. Senam
3.Aerobik
Lama berolahraga :
1. 30 menit
2.< 30 menit
8
- UsiaadalahumurUsia adalah waktuKuesionerAngket1.60 tahun
satuan tahun dari
waktu lahir sampai
klien mengalami
penyakit Gagal
Jantung Kongestif.
9
- Riwayat HipertensiRiwayat HipertensiKuesionerAngket1.Mempunyai riwayatOrdinal
adalah peningkatanadalah keadaan
Hipertensi
tekanan darah
seseorang dimana
2.Tidak mempunyai
dimana sistolenyaseseorang tersebut
riwayat Hipertensi
lebih dari 140 mmHgmempunyai riwayat
dan diastolenya lebihHipertensi.
dari 90 mmHg.
Jurnal Kesehatan Kartika 200746
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Gagal Jantung Kongestif yang dirawat di ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung periode juni sampai dengan juli 2009.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling, dimana pengambilan sample secara Purposive ini didasarkan pada suatu pertimbangan atau kriteria tertentu, seperti yang tercantum di bawah ini:
Semua pasien Gagal Jantung Kongestif yang telah di diagnosa oleh Dokter, yang dirawat di ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama penelitian berlangsung, yaitu tanggal 20 Juni-11 Juli 2009.
Bersedia untuk dilakukan penelitian.
Pasien dapat komunikatif
Berada dalam kondisi sadar
Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dengan mengunakan instrumen
yang digunakan berupa angket yang mengacu pada pertanyaan terhadap faktor resiko yang menyebabkan Gagal Jantung Kongestif yang terdiri dari 14 pertanyaan tertutup.
Instrumen terdiri dari 9 faktor resiko yaitu, faktor keturunan, jenis kelamin, usia, pola makan, kebiasaan merokok, riwayat Obessitas, riwayat penyakit DM, kurangnya aktifitas fisik, dan riwayat Hipertensi. Masing-masing faktor akan dirinci lagi dengan pertanyaan yang lebih spesifik yang mengacu pada faktor resiko terjadinya Gagal Jantung Kongestif.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat, dengan menggunakan persentase dan frekuensi sehingga bisa melihat kecenderungan dan gambaran faktor resiko pada pasien Gagal Jantung Kongestif yang dirawat di ruang X.A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Jurnal Kesehatan Kartika 200747
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Diubah
Hasil penelitian menunjukan bahwa ternyata dari 30 responden yang dilakukan penelitian terdapat 15 pasien yang mempunyai riwayat keturunan penyakit Gagal Jantung Kongestif pada keluarganya atau setengahnya (50%). Faktor familial dan genetika mempunyai peranan bermakna dalam patogenesis penyakit jantung serta pertimbangannya penting dalam diagnosis, penatalaksanannya dan pencegahannya. Seperti kebanyakan penelitian genetika, riwayat keluarga yang adekuat penting untuk menilai kemungkinan peranan hereditas dalam penyakit jantung. (Kaplan, 1994, hlm. 121).
Pada faktor jenis kelamin, dari 30 responden sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 16 orang (53,33%). Menurut Smeltzer (2002), angka kematian pada semua umur laki-laki lebih tinggi daripada angka kematian wanita karena tingkat estrogen pada wanita dapat melindungi dari penyakit jantung, namun penelitian yang dilakukan pada tahun 2001 oleh perkumpulan ahli jantung di Amerika, mengemukakan bahwa memang semula penyakit jantung kebanyakan diderita oleh kaum laki-laki, dihubungkan dengan kebiasaan merokok, minuman keras serta akivitas yang lebih tinggi. Akan tetapi seiring perkembangan zaman, penyakit mematikan ini juga menjadi penyebab kematian nomor satu pada perempuan. Mungkin ada hubungannya dengan gaya hidup perempuan yang kini hampir sama dengan laki-laki. Pada masa reproduksi kemungkinan perempuan terkena penyakit Gagal Jantung Kongestif jauh lebih kecil dibanding laki-laki, dengan rasio 1 : 7, namun memasuki masa menopause, risikonya meningkat menyamai laki-laki. Banyak faktor berperan dalam mempercepat terjadinya penyakit jantung pada wanita. Pertambahan usia menyebabkan penuaan pada sel-sel tubuh, termasuk sel jantung dan pembuluh darah. Ini akan meningkatkan kejadian dan proses terjadinya penyakit Gagal Jantung Kongestif. (2007, http://www.Perempuan Penderita Jantung Meningkat.com, diperoleh tanggal 28 Agustus 2009).
Pada faktor usia, menurut hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden, setengahnya pasien yang mempunyai penyakit jantung berada pada rentan usia antara 40-59 tahun (50%). Hampir setengahnya pasien yang berada pada usia < 40 tahun sejumlah 9 orang (30%). Sedangkan sebagian kecil yang berada pada usia > 60 tahun yaitu sebanyak 6 orang (20%). Hasil penelitian ini sangat sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Yoseph Chandra, M.Kes tentang Hubungan Usia Terhadap Penyakit Gagal Jantung Kongestif, bahwa usia yang paling rentan pada penyakit jantung adalah usia antara 30-90 tahun.
Jurnal Kesehatan Kartika 200948
4.3.2 Faktor Resiko Yang Dapat Diubah
Pada faktor pola makan, dari 30 responden, hampir seluruhnya yang memiliki pola makan yang tidak baik sejumlah 29 orang (96,67%). Menurut Moore (1997), pola makan merupakan faktor pemicu yang paling berpengaruh terhadap terjadinya penyakit Gagal Jantung Kongestif, pola makan yang tidak baik salah satunya yaitu mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol dapat mempercepat terjadinya penyakit tersebut karena makanan berkolesterol banyak tertimbun dalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerosis yang menjadi pemicu penyakit jantung.
Pada faktor kebiasaan merokok, dari 30 responden sebagian besar pasien yang mempunyai kebiasaan merokok yaitu sejumlah 16 orang (53,3%). Kebiasaan merokok memang dapat menjadi penyebab utama terjadinya penyakit jantung. Menurut Christopher Amos, seorang profesor dari pusat kardiologi di Houston Amerika Serikat dalam penelitiannya menyatakan bahwa orang yang pernah menghisap rokok beresiko 3 kali lebih tinggi menderita penyakit jantung.
Pada faktor riwayat Obessitas, dari 30 responden hampir setengahnya pasien Gagal Jantung Kongestif yang mempunyai riwayat Obessitas sejumlah 13 orang (43,3%). Obessitas merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (Kardiovaskuler). Pasalnya, Obessitas menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka jantung harus bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jeringan tubuh. Bila kemampuan kerja jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut gagal jantung. (2008, http://www.artikel obesitas terhadap penyakit jantung.com, diperoleh tanggal 10 Januari 2009).
Pada faktor riwayat Diabetes Mellitus, dari 30 responden, yang mempunyai riwayat penyakit tersebut sejumlah 15 orang atau setengahnya (50%). Menurut Smeltzer (2002), diabetesi (penderita diabetes) memang berisiko mengalami disfungsi jantung. Diabetesi sering mengalami kekurangan kandungan insulin di dalam tubuhnya. Akibatnya lemak di dalam badan sukar dihancurkan sewaktu metabolisme tubuh berjalan. Saluran darah menjadi sempit dan mengurangkan suplai darah ke jantung. Semakin lama, pembuluh darah semakin menyempit dan berakibat gagal jantung.
Pada faktor kurangnya aktifitas fisik, dari 30 responden hampir seluruhnya pasien yang tidak berolahraga secara rutin sejumlah 27 orang (90%). Hal ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit Gagal Jantung Kongestif, karena seseorang yang kurang melakukan aktifitas fisik akan berpengaruh terhadap kerja jantung.
Pada faktor riwayat Hipertensi, dari 30 responden yang mempunyai riwayat penyakit tersebut sejumlah 20 orang atau sebagian besar (66,7%). Riwayat Hipertensi juga merupakan salah satu pemicu terjadinya Gagal Jantung Kongestif, karena apabila Hipertensi jantung seolah dipaksa
Jurnal Kesehatan Kartika 200749
untuk memompa dengan sangat kuat untuk mendorong darah ke dalam arteri. Lama-lama otot jantung menebal. Padahal penebalan atau pembesaran jantung ini mengakibatkan irama jantung menjadi kaku sehingga irama denyut nadi tidak teratur. Pemompaan yang kurang efektif ini bisa mengakibatkan gagal jantung. (Dr. Aziza, L, 2008, http://www. Definisi dan klasifikasi hipertensi.com, diperoleh tanggal 31 Maret 2009).
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
1.Gambaran faktor resiko pada pasien penyakit Gagal Jantung Kongestif yang tidak dapat diubah antara lain :
Pada faktor keturunan dari 30 responden terdapat 15 responden atau setengahnya (50%) yang memiliki faktor keturunan Gagal Jantung Kongestif dalam keluarganya.
Pada faktor jenis kelamin 30 responden terdapat 16 responden atau sebagian besar (53,3%) yang berjenis kelamin perempuan dan terdapat 14 responden atau hampir setenganya (46,7%) yang berjenis kelamin laki-laki.
Pada faktor usia, hampir setengahnya pasien yang berusia < 40 tahun sejumlah 9 orang (30%), sebagian besar pasien yang berusia 40-59 tahun sejumlah 15 orang (50%), dan pasien
yang berusia > 60 tahun mencapai sebagian kecil yaitu sejumlah 6 orang (20 %) dari 30
responden.
2. Gambaran faktor resiko pada pasien penyakit Gagal Jantung Kongestif yang dapat diubah
antara lain :
Pada faktor pola makan, dari 30 responden terdapat 29 responden atau hampir seluruhnya (96,67%) yang memiliki pola makan yang tidak baik.
Pada faktor kebiasaan merokok, dari 30 responden terdapat 16 responden atau hampir sebagian besar (53,3%) yang memiliki kebiasaan merokok.
Pada faktor riwayat Obessitas, dari 30 responden terdapat 13 responden atau hampir setengahnya (43,3%) yang memiliki riwayat Obessitas.
Pada faktor riwayat Diabetes Mellitus, dari 30 responden terdapat 15 responden atau setengahnya (50%) yang memiliki riwayat Diabetes Mellitus.
Pada faktor kurangnya aktifitas fisik, dari 30 responden terdapat 27 responden atau hampir seluruhnya (90%) yang tidak berolah raga secara rutin atau memliki aktifitas fisik yang kurang.
Pada faktor riwayat Hipertensi, dari 30 responden terdapat 20 responden atau sebagian besar (66,7%) yang memiliki riwayat Hipertensi.
Jurnal Kesehatan Kartika 200750
Rekomendasi
Bagi perawat yang merawat pasien dengan penyakit Gagal Jantung Kongestif untuk memberikan informasi tentang faktor resiko penyakit Gagal Jantung Kongestif melalui promosi kesehatan. Diharapkan dengan promosi kesehatan ini dapat mencegah faktor-faktor pemicu terjadinya Gagal jantung Kongestif, serta dapat meningkatkan pengetahuan pasien Gagal Jantung Kongestif dalam memelihara kondisi supaya tidak menjadikan penyakitnya menjadi penyakit yang lebih berat lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. (Edisi IV). Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2008). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Barbara K Timby, RN,C,BS. (1999). Medical Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott.
Black and matasarin Jacobs. (1997). Medical Surgical Nursing : Clinical management for continuity of care. (Edisi V). Philadelphia: Wb Sounders Company.
Dinkes Jawa Barat, 2007. Profil Kesehatan Jawa Barat; Dinkes Jawa Barat.
Doenges Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (Edisi III). Jakarta: EGC.
Hasil Penelitian Lipid, (2007, http://www.Hasil Penelitian Kadar Lipid Terhadap Penyakit Jantung.com, diperoleh tanggal 20 Mei 2009).
Hidayat, A. Alimul. (2008). Metode Penelitian Keperawatan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba.
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan holistic.(Edisi VI). Jakarta: EGC. Kaplan, S. (1994). Pencegahan penyakit jantung koroner. Jakarta:EGC.
Klasifikasi Hipertensi, (2008, http://www.Definisi Dan Klasifikasi Hipertensi.com, diperoleh tanggal 31 Maret 2009).
Kurangnya Aktifitas Terhadap Penyakit Jantung, (2008, http://www.Penyakitinfogue.com, diperoleh tanggal 28 januari 2009).
Mary Courtney M. (1997). Terapi Diet dan Nutrisi. (Edisi II). Jakarata : Hipokrates.
Obessitas, (2008, http://www.Artikel Obesitas Terhadap Penyakit Jantung.com, diperoleh tanggal 10 Januari 2009).
Penelitian stress, (2008, http://www.Dipenogoro Health Association.com, diperoleh tanggal 8 juni 2008).
Jurnal Kesehatan Kartika 200751
Penyakit Jantung, (2008, http://www.Sembuhalami.com, diperoleh tanggal 12 desember 2008). Penyakit Jantung, (http://www.Diskes Jawa Barat.co.id, diperoleh tanggal 10 Desember 2008). Penyakit Jantung, (2009, http://www.Medicastore.html, diperoleh tanggal 3 januari 2009).
Perempuan Lebih Tinggi Menderita Penyakit Jantung Dibanding Laki-Laki, (2007, http://www.Perempuan Penderita Jantung Meningkat.com, diperoleh tanggal 28 Agustus 2009).
Pria Mudah Terserang Jantung Dibandingkan Dengan Wanita. (14 Juni 2004). Lampung Post, hlm. 2.
Price, Sylvia Anderson. (1995). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. (Edisi IV). Jakarta: EGC.
Ramali, M. A. & Pamoentjak, St. (2000). Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan. Smeltzer & Suzzane. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi VIII). Jakarta: EGC. Soekidjo Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Stress Sebagai Resiko Penyakit Jantung, (2008, http://www.Stress Dan Risiko Penyakit Jantung.com, diperoleh tgl 5 april 09).
Sugiono. (1999). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sugiono. (2007). Statistik Nonparametrik. Bandung : Alfabeta.
Tingginya Kadar Lipid, ( 2008, http://www.Artikel Lipid.com, diperoleh tanggal 10 Januari 2009). Usia Terhadap Penyakit Jantung, (2009, http://www.R.S.Cipto.com, diperoleh tanggal 28 januari
2009).
Jurnal Kesehatan Kartika 200752