tugas terstruktur granula pati
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BERBAGAI MACAM BENTUK GRANULA PATI
Menurut Radley (1976), fungsionalitas pati pada produk pangan ataupun
nonpangan tergantung dari sifat fisik pati. Sifat fisik pati tersebut dipengaruhi oleh
dua komponen utama dalam pati yaitu amilosa dan amilopektin. Menurut Matz
(1992), tingkat pengembangan dan tekstur dari makanan ringan (snack)
dipengaruhi oleh rasio dari amilosa dan amilopektin. Menurut Balagopalan et al.
(1988), tekstur pada produk berbahan dasar pati diperoleh dari hasil perubahan
pati selama dan setelah pemasakan. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekstur
produk antara lain gelatinisasi, daya kembang, viskositas, dan retrogradasi. Faktor
pH pada pati juga dapat mempengaruhi mutu produk berbahan dasar pati.
Menurut Taggart (2004), asam dapat mengganggu ikatan hidrogen yang terdapat
dalam pati, sehingga menyebabkan granula pati lebih mudah untuk mengembang.
Amilosa
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa yang terdiri dari
amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan bagian polimer dengan ikatan α-
(1,4) dari unit glukosa, yang membentuk rantai lurus, yang umumnya dikatakan
sebagai linier dari pati. Meskipun sebenarnya amilase dihidrolisa dengan β-
amilase pada beberapa jenis pati tidak diperoleh hasil hidrolisis yang sempurna, β-
amilase menghidrolisis amilosa menjadi unit-unit residu glukosa dengan memutus
ikatan α-(1,4) dari ujung non pereduksi rantai amilosa menghasilkan maltosa
(Hee-Joung An, 2005).
Suatu karakteristik dari amilosa dalam suatu larutan adalah kecenderungan
membentuk koil yang sangat panjang dan fleksibel yang selalu bergerak
melingkar. Struktur ini mendasari terjadinya interaksi iodamilosa membentuk
warna biru. Dalam masakan, amilosa memberikan efek keras bagi pati (Hee-Joung
An, 2005). Struktur rantai amilosa cenderung membentuk rantai yang linear.
Amilopektin
Amilopektin seperti amilosa juga mempunyai ikatan α-(1,4) pada rantai
lurusnya, serta ikatan β-(1,6) pada titik percabangannya. Struktur rantai
amilopektin cenderung membentuk rantai yang bercabang. Ikatan percabangan
tersebut berjumlah sekitar 4–5 % dari seluruh lkatan yang ada pada amilopektin

(Ann-Charlotte Eliasson, 2004). Biasanya amilopektin mengandung 1000 atau
lebih unit molekul glukosa untuk setiap rantai. Berat molekul amilopektin glukosa
untuk setiap rantai bervariasi tergantung pada sumbernya. Amilopektin pada pati
umbi-umbian mengandung sejumlah kecil ester fosfat yang terikat pada atom
karbon ke 6 dari cincin glukosa (Koswara, 2006).
Amilopektin dan amilosa mempunyai sifat fisik yang berbeda. Amilosa
lebih mudah larut dalam air dibandingkan amilopektin. Bila amilosa direaksikan
dengan larutan iod akan membentuk warna biru tua, sedangkan amilopektin akan
membentuk warna merah (Greenwood dkk., 1979).
Berikut ini adalah berbagai tabel tentang sumber pati, perbedaan bentuk
granula pati, serta sifat-sifat fisik dan kimianya.
Tabel 1. Gambar sifat fisik dan kimia berbagai jenis pati
Jenis Pati Bentuk
Granula
Ukuran
Granula
(μm)
Kandungan (rasio) Suhu
gelatinisasi
(0C)
amilosa amilopektin
Arrowroot Oval 10.05±0.32 19 81 72.7-75.9
Oats - - 27 73 56-62
Sorghum – 21-34 66-79 69-75
Gandum Elips 2-35 25 75 52-85
Sagu Elips agak
terpotong
20-60 27-23 73 -
Ubi Jalar Poligonal 16-25 18 82 88.5
Kentang Bundar 15-100 24 76 58-65
Pati jagung Polygonal 5-25 26 74 62-80
Sumber : Belitz dan Grosch (1999)

Pati
Suhu
Gelatinisasi
Koffer (oC)
Suhu
Pemastaan
Brabender
(oC)
“Peak”
Viskositas
Brabender
(BU)
Daya
Pembengkakan
pada 95 oC
(BU)
Jagung 62-67-72 75-80 700 24
Kentang 56-63-68 60-65 3000 1153
Gandum 58-61-64 80-85 200 21
Tapioka 59-64-69 65-70 1200 71
Sumber : Beynum dan Roels, 1985
Dari gambar II-9 tentang sketsa granula pati dari berbagai sumber pati
dapat diketahui bahwa gambar tersebut adalah berbagai macam jenis granula pati
dari keluarga serealia dan umbi-umbian. Gambar pertama adalah granula pati
jagung (Zea mays) kemudian kentang (Solanum tuberosum L.), beras (Oryza
sativa), sagu (Metroxylon sp.), tapioka (Manihot Utillisima) dan yang terakhir
adalah gambar granula pati pada gandum (Triticum sp.). Berbagai jenis bentuk
granula pati itu memiliki ukuran kerapatan dan ciri-ciri fisik lainnya yang akan
membedakan sifat masing-masing famili serealia dan umbi-umbian itu sendiri.
Kali ini akan diuraikan beberapa jenis granula pati itu dilihat dari ukuran, bentuk
granula dan kerapatannya sehingga mempunyai sifat yang berbeda-beda.

1. JAGUNG (Zea mays)
Biji jagung mengandung pati 54,1-71,7%, sedangkan kandungan gulanya
2,6-12,0%. Karbohidrat pada jagung sebagian besar merupakan komponen pati,
sedangkan komponen lainnya adalah pentosan, serat kasar, dekstrin,sukrosa, dan
gula pereduksi.Bentuk dan ukuran granula pati jagung dipengaruhi oleh sifat
biokimia dari khloroplas atau amyloplasnya. Sifat birefringence adalah sifat
granula pati yang dapat merefleksi cahaya terpolarisasi sehingga di bawah
mikroskop polarisasi membentuk bidang berwarna biru dan kuning.
Pati jagung mempunyai ukuran granula yang cukup besar dan tidak
homogen yaitu 1-7μm untuk yang kecil dan 15-20 μm untuk yang besar. Granula
besar berbentuk oval polyhedral dengan diameter 6-30 μm. Granula pati yang
lebih kecil akan memperlihatkan ketahanan yang lebih kecil terhadap perlakuan
panas dan air dibanding granula yang besar. Pengamatan dengan DSC pada
berbagai ukuran granula memperlihatkan nilai entalpi dan kisaran suhu
gelatinisasi yang lebih rendah dari ukuran granula yang lebih besar (Singh et al.
2005).
Dibanding sumber pati lain, jagung mempunyai beragam jenis pati, mulai
dari amilopektin rendah sampai tinggi. Jagung dapat digolongkan menjadi empat
jenis berdasarkan sifat patinya, yaitu jenis normal mengandung 74- 76%
amilopektin dan 24-26% amilosa, jenis waxy mengandung 99% amilopektin, jenis
amilomaize mengandung 20% amilopektin atau 40-70% amilosa, dan jagung
manis mengandung sejumlah sukrosa di samping pati. Jagung normal
mengandung 15,3-25,1% amilosa, jagung jenis waxy hampir tidak beramilosa,
jagung amilomize mengandung 42,6-67,8% amilosa, jagung manis mengandung
22,8% amilosa.
Tabel 1. Kandungan amilosa, daya pengembangan, dan nisbah kelarutan air.
Pati jagung Amilosa (%) Daya absorpsi (g/g)
(oC)
Kelarutan (%)
(oC)
Jagung normal 15,3-25,1 14,9-17,9 (90) 12,5-20,3 (90)
Waxy 0 30,2 (90) 10,5 (90)
Amilomize 42,6-67,8 6,3 (95) 12,4 (95)
Jagung manis 22,8 7,8 (90) 6,3 (90)
Sumber: Singh et al. (2005)

Kadar amilosa yang tinggi akan menurunkan daya absorbsi dan kelarutan.
Pada amilomaize dengan kadar amilosa 42,6-67,8%, daya absorsi dan daya larut
berturut-turut 6,3 (g/g)(oC) dan 12,4%. Jika jumlah air dalam sistem dibatasi maka
amilosa tidak dapat meninggalkan granula. Nisbah penyerapan air dan minyak
juga dipengaruhi oleh serat yang mudah menyerap air.
2. KENTANG (Solanum tuberosum L.)
Kentang adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi
batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang" pula. Umbi kentang sekarang
telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya
didatangkan dari Amerika Selatan. Pati kentang adalah pati yang diekstrak dari
kentang. Untuk mengekstrak pati, kenatng dilumatkan sehingga butiran pati yang
terlepas dari sel-sel. Pati tersebut kemudian dibersihkan dan dikeringkan menjadi
bubuk. Pati kentang adalah jenis pati yang telah dimurnikan, mengandung jumlah
protein dan lemak yang minimum. Hal ini membuat bubuknya menjadi warna
putih bersih. Pati yang telah dimasak memiliki ciri khas rasa netral, kejernihan
yang tinggi, kekuatan mengikat yang tinggi, tekstur baik dan kecenderungan
minim terjadinya busa atau perubahan warna menjadi kuning pada larutan
tersebut.
Adapun sifat fisik kimia pati kentang adalah sebagai berikut :
ukuran granula 12-100 µm
rasio amilosa/amilopektin adalah 23% amilosa dan 77% amilopektin
bentuk granula bundar
Kristanilitas 25%
Suhu gelatinisasi 58-66oC

Granula pati kentang adalah yang terbesar ukurannya di antara pati – pati
komersial, yaitu antara 5 – 100 μm. Bentuknya kentang adalah bulat telur,
granulanya mempunyai hilum terletak di dekat ujung. Granula ini juga
menunjukkan keberadaan striasi.
Suhu gelatinisasi tergantung juga pada konsentrasi pati. Makin kental
larutan, suhu tersebut makin lambat tercapai, sampai suhu tertentu kekentalan
tidak bertambah, bahkan kadang-kadang turun. Konsentrasi terbaik untuk
membuat larutan gel adalah konsentrasi 20%, makin tinggi konsentrasinya gel
yang terbentuk makin kurang kental dan setelah beberapa saat viskositasnya akan
turun. Tiap jenis pati memiliki suhu gelatinisasi yang berbeda-beda antara lain:
jagung 620-700C, beras 680-780C, gandum 54,50-640C, kentang 580-660C, dan
tapioca 520-640C.
3. BERAS (Oryza sativa)
Kata "beras" mengacu pada bagian butir padi (gabah) yang telah dipisah
dari sekam. Sekam secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan
'lemma' (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen
padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit
gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan,
ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.
Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati
(sekitar 80-85%). Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian
aleuron), mineral, dan air. Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat, yaitu
amilosa (pati dengan struktur tidak bercabang) dan amilopektin (pati dengan
struktur bercabang dan cenderung bersifat lengket). Perbandingan komposisi
kedua golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan atau tidak) dan
tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera). Ketan hampir sepenuhnya
didominasi oleh amilopektin sehingga sangat lekat, sementara beras pera memiliki
kandungan amilosa melebihi 20% yang membuat butiran nasinya terpencar-
pencar (tidak berlekatan) dan keras (Winarno, 1992). Granula pati beras berbentuk
segi banyak, dengan berkecenderungan membentuk kelompok – kelompok. Beras
memiliki warna yang berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan gen

yang mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada
endospermia.
Beras merupakan tanaman yang secara intensif dibudidayakan oleh petani.
Di samping itu, lebih dari seratus varietas padi telah berhasil dirakit oleh para
pemulianya dalam satu dekade terakhir ini. Varietas-varietas tersebut memiliki
sifat agronomis maupun kualitas rasa nasi yang sangat beragam sesuai dengan
kondisi alam dan preferensi masyarakat Indonesia (Suprihatnoet al. 2010). Sifat
nasi sangat ditentukan oleh kadar amilosa beras. Berdasarkan kadar amilosa, beras
dikelompokkan menjadi: (a) beras ketan dengan kadar amilosa <10%, (b) beras
beramilosa rendah dengan kadar 10-20%, (c) beras beramilosa sedang dengan
kadar 20-25% dan (d) beras beramilosa tinggi dengan kadar >25%(Indrasari et al.
2008). Makin tinggi kadar amilosa makin pera tekstur nasinya.
4. SAGU (Metroxylon sp.)
Sagu adalah tepung yang diperoleh dari batang pohon sagu atau rumbia
(Metroxylon sago Rottb). Pohon sagu pada umumnya banyak dijumpai di kawasan
Asia Tenggara dan Asia Pasifik serta ditanam secara luas di berbagai negara
seperti Malaysia, Indonesia, Papua Nugini, dan daerah tropis Amerika
(Wikipedia,2007).
Pati sagu merupakan hasil ekstraksi empulur pohon sagu (Metroxylon sp)
yang sudah tua (berumur 8-16) tahun. Komponen terbesar yang terkandung dalam
sagu adalah pati. Pati sagu tersusun atas dua fraksi penting yaitu amilosa yang
merupakan fraksi linier dan amilopektin yang merupakan fraksi cabang.
Kandungan amilopektin pati sagu adalah 73%± 3 (Ahmad and Williams,
1998). Pati sagu memiliki karakteristik seperti yang dijelaskan Ahmad and
Williams (1998) yaitu berbentuk elips memiliki ukuran granula rata-rata 30 µm
(20-60 µm) , kadar amilosa 27%± 3 dan kadar amilopektin 73%, suhu
gelatinisasi pati rata-rata 700C (60-720C), entalpy gelatinisasi 15-17 J/g, dan
termasuk tipe C pada pola X-ray difraction. Sifat pati tidak larut dalam air, namun
bila suspensi pati dipanaskan akan terjadi gelatinisasi setelah mencapai suhu
tertentu (suhu gelatinasi). Hal ini disebabkan oleh pemanasan energi kinetik
molekul-molekul air yang menjadi lebih kuat dari pada daya tarik- menarik antara

molekul pati dalam ganula, sehingga air dapat masuk kedalam pati tersebut dan
pati akan membengkak(mengembang). Granula pati dapat membengkak luar biasa
dan pecah sehingga tidak dapat kembali pada kondisi semula.
Adapun sifat fisikimia pati sagu adalah sebagai berikut :
Bentuk granula elips agak terpotong
Ukuran granula 20-60 µm
Rasio amilosa 27% dan amilopektin 73%.
Suhu gelatinisasi 52-64oC
Entalpy gelatinisasi 15-17 J/g.
Termasuk tipe C pada pola X-ray difraction
Granula pati sagu memiliki bentuk yang bervariasi dari bulat, lonjong
(oval) hingga berbentuk oval terpotong. Khusus bentuk oval terpotong, diduga
bukan merupakan bentuk alami, tetapi lebih disebabkan karena rusaknya granula
akibat proses pengecilan ukuran empulur sagu dalam proses ekstraksi pati. Hal ini
ditunjukkan pada pengamatan mikroskopis, dimana ketika dilakukan pemanasan
granula dengan bentuk oval terpotong langsung mengalami amylose leaching.
Ukuran granula pati sagu berkisar antara 5-62,5 μm.
5. TAPIOKA (Manihot Utillisima)
Singkong merupakan tanaman perdu yang berasal dari Amerika Selatan
dengan lembah sungai Amazon sebagai tempat penyebarannya (Odigboh, 1983
dalam Chan 1983). Bagian dari ubi singkong yang dapat dimakan mencapai 80-
90%. Bentuknya dapat berupa silinder, kerucut, atau oval (Wankhede, Satwadhar,
dan Sawate, 1998 dalam Salunkhe dan Kadam, 1998). Panjang ubi berkisar 15
hingga 100 cm dan diameternya 3 hingga 15 cm. Bobot ubi kayu berkisar
beberapa ratus gram hingga 15 kg. Tanaman singkong umumnya menghasilkan
sekitar 5-10 ubi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).
Menurut Moorthy (2004), granula tepung tapioka menunjukan variasi
yang besar yaitu sekitar 5-40 μm dengan bentuk bulat dan oval. Febriyanti (1990)
mendapati ukuran granula pati dari beberapa varietas tepung singkong berada
pada kisaran 3-25 μm. Rata-rata ukuran granula tepung tapioka dalam penelititan
ini menunjukan nilai yang tidak berbeda dengan studi terdahulu, yaitu sekitar 3-40

μm. Sriroth et al., (1999) melaporkan bahwa ukuran granula pati dari singkong
yaitu sekitar 8-22 μm, dengan rata-rata ukuran granula yaitu 15 μm (14 bulan
masa panen) dan 12 μm (16 bulan masa panen). Perbedaan ukuran granula dapat
dipengaruhi oleh kondisi dan waktu panen singkong.
Granula pati tapioka berbentuk bulat dan bulat seperti terpotong pada salah
satu sisi membentuk seperti drum ketel. Ukuran granula pati tapioka sekitar 4 – 5
μm, banyak granula – granula menunjukkan keberadaan hilum di bagian
tengahnya. Pati singkong atau tapioka memiliki suhu gelatinisasi yang sangat
rendah, lebih rendah dari pati umbi-umbian yang lain maupun pati sereal.
Menurut Grace (1977), kadar pati tepung tapioka sekitar 85%. Sementara
itu, Abera dan Rakshit (2003) melaporkan jumlah kadar pati dari tiga varietas
singkong (CMR, KU50, dan R5) yang diolah dengan cara yang berbeda
(penggilingan basah dan penggilingan kering) yaitu sekitar 96-98%. Proses
penggilingan kering pada pembuatan tepung tapioka dapat menghilangkan kadar
pati sebesar 13-20%. Selain itu, kadar pati juga dapat berkurang karena partikel-
partikel pati yang berukuran kecil ikut terbuang bersama partikel serat halus
selama proses pencucian pati.
Menurut Moorthy (2004), kadar amilosa tepung tapioka berada pada
kisaran 20-27% mirip dengan pati tanaman lain, sedangkan kadar amilosa pada
singkong sekitar 18-25%. Variasi kadar amilosa tergantung dari varietas
singkong. Sementara itu, menurut Pomeranz (1991), kadar amilosa tepung tapioka
yaitu sekitar 17%.
Pati singkong mengandung 83% amilopektin yang mengakibatkan pasta
yang terbentuk menjadi bening dan kecil kemungkinan untuk terjadi retrogradasi
(Friedman, 1950; Gliksman, 1969 dikutip Odigboh, 1983 dalam Chan, 1983).
Menurut Murphy (2000) dalam Phillips dan Williams (2000), ukuran granula pati
singkong 4-35 μm, berbentuk oval, kerucut dengan bagian atas terpotong, dan
seperti kettle drum. Suhu gelatinisasi pada 62-73°C, sedangkan suhu
pembentukan pasta pada 63°C.
Ketela pohon (Manihot Utillisima) mempunyai kemampuan untuk
membentuk gel melalui proses pemanasan (90°C atau lebih) sebagai akibat
pecahnya struktur amilosa dan amilopektin. Dengan terbentuknya gel ini, ketela

mampu menjebak udara dan air bebas. Pemecahan ikatan amilosa dan
amolopektin akan menyebabkan terjadinya perubahan lebih lanjut seperti
peningkatan molekul air sehingga terjadi penggelembungan molekul, pelelehan
kristal, dan terjadi peningkatan viskositas (M.J. Deman, 1993).
Menurut Pomeranz (1991), suhu gelatinisasi tapioka berkisar antara 52-
64°C. Kadar air pada tapioka sekitar 10-12%. Perbedaan kadar air sampel dapat
dipengaruhi oleh proses pengolahan, khususnya pada saat pengeringan. Pada
industri rumah tangga, biasanya pengeringan dilakukan secara tradisional yaitu
dengan penjemuran di bawah sinar matahari, sedangkan pada industri besar,
pengeringan biasanya dilakukan dengan menggunakan alat pengering (dryer).
Menurut Meyer (1960) dalam Mulyandari (1992), derajat putih sangat
dipengaruhi oleh proses ekstraksi pati. Secara umum partikel-partikel tapioka
mempunyai tingkat keputihan sebesar 94.5%. Sasaki dan Matsuki (1998) dalam Li
dan Yeh (2001) melaporkan bahwa proporsi yang tinggi pada rantai cabang
amilopektin berkontribusi dalam peningkatan nilai swelling. Sasaki dan Matsuki
(1998) dalam Li dan Yeh (2001) juga melaporkan bahwa terdapat korelasi negatif
antara swelling power dengan kadar amilosa. Hal ini terjadi karena amilosa dapat
membentuk kompleks dengan lipida dalam pati, sehingga dapat menghambat
swelling. Menurut Pomeranz (1991), kelarutan pati akan meningkat dengan
meningkatnya suhu, dan kecepatan peningkatan kelarutan adalah khas untuk tiap
pati.
6. GANDUM (Triticum sp.)
Gandum adalah sekelompok tanaman serealia dari suku padi-padian yang
kaya akan karbohidrat. Gandum biasanya digunakan untuk memproduksi tepung
terigu, pakan ternak, ataupun difermentasi untuk menghasilkan alkohol. Pati
gandum adalah zat tepung yang diperoleh dari biji gandum, yang digelatin pada
suhu pemanasan yang rendah ketika memberntuk pasta masak yang lembut dan
bertekstur halus. akhirnya akan menghasilkan gel yang lunak, lembut dan
berwarna putih susu.
Adapun sifat fisikimia tepung gandum adalah sebagai berikut :
Bentuk granula elips.

Ukuran granula 2-35 µm.
Rasio amilosa 25% dan amilopektin 75%
Kristalinitas 36%.
Suhu gelatinisasi 53-65oC
Granula pati gandum tampak pipih, bulat, dan lonjong, dengan
kecenderungan mengelompok menjadi dua macam ukuran, yaitu yang kecil
berukuran 2 – 10 μm, dan yang besar antara 20 – 35 μm. Ukuran granula patinya
berkisar 2-35 mikron dan suhu gelatinisasi nya pada suhu 52-640C. Granula –
granula pati gandum yang sudah mengalami gelatinisasi, tampak kempes karena
sebagian besar penyusun terutama amilosa telah lepas keluar.
Granula pati gandum cenderung berkelompok dengan berbagai ukuran.
Ukuran normalnya adalah18 µm, granula yang lebih besar berukuran rata-rata 24
µm dan granula yang lebih kecil berukuran 7-8 µm, secara umum berkisar 2-35
µm. Bentuk granula pati gandum adalah bulat (lonjong) cenderung berbentuk
ellips. Rasio kadar amilosa dan amilopektinnyaadalah 1:3. Dengan kadar amilosa
sebesar 25% dan kadar amilopektin sebesar 75%.
Tepung terigu memiliki kandungan pati sebesar 65-70%, protein 8-13%,
lemak 0,8-1,5% serta abu dan air masing-masing 0,3-0,6% dan 13-15,5%. Di
antara komponen tersebut yang erat kaitannya dengan sifat khas mie adalah
proteinnya yaitu prolamin (gliadin) dan glutelin (glutenin) yang digolongkan
sebagai protein pembentuk gluten (Kent Jones dan Amas, 1967). Tepung terigu
kaya akan kandungan protein. Protein tepung terigu memiliki struktur yang unik.
Seperti yang disebutkan dalam Desrosier (1988), bila tepung terigu dicampur
dengan air dalam perbandingan tertentu, maka protein akan membentuk suatu
massa atau adonan koloidal yang plastis yang dapat menahan gas dan akan
membentuk suatu struktur spons bila dipanggang.Karakteristik tepung terigu ini,
yang memungkinkan pembuatan roti tawar yang lunak tidak dijumpai dalam butir
serealia lain.