gi disorder

Upload: aduy-hudaya-widihastha

Post on 09-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

CO

TRANSCRIPT

3.8. Gangguan Saluran pencernaan

CYP2C19 adalah enzim utama yang terlibat dalam metabolisme Proton Pump Inhibitor (PPI), seperti pada omeprazol dan lansoprazol. Farmakokinetik dan efek penghambat asam dari PPI itu sendiri berkorelasi dengan genotip CYP2C19 in vivo. (Furuta et al., 1999; Shirai et al., 2001; Schwab et al., 2004). Oleh karena itu, genotip CYP2C19 merupakan determinan kuat untuk suksesnya pengobatan terhadap gangguan saluran pencernaan karena asam, seperti halnya GERD hanya menggunakan PPI atau ulkus lambung karena H.pylori positif menggunakan regimen triplet atau kuadriplet yang terdiri dari 1 PPI dan 2 atau 3 antibiotik. (Furuta et al., 2002; Kawamura et al.,2003; Take et al., 2003; Schwab et al., 2004; Furuta et al.,2005). Efek CYP2C19 telah dibuktikan beberapa kali pada level plasma PPI yang lebih rendah dan mengurangi tingkat kesembuhan pada subjek yang tidak memiliki genotip sama sekali dibandingkan dengan defek satu atau dua saja pada CYP2C19. Studi lain menginvestigasi hubungan antara kesuksesan pengobatan ulkus peptikum H.pylori dan genotip CYP2C1917 rapid menggunakan pantoprazole, namun tidak menemukan adanya asosiasi(Kurzawski et al., 2006). Dengan menggunakan korelasi antara rasio metabolik(MR) omeprazole dengan area konsentrasi di bawah kurva(AUC) (n=24) dan data pada subjek Sweden sehat (n=107, CYP2C192 karrier dan PMs dieksklusi), maka dapat diprediksi bahwa setelah dosis tunggal oral 20mg, individu yang homozigot CYP2C1917 akan memiliki AUC omeprazole yang lebih rendah hingga 40% dibandingkan dengan individu homozigot CYP2C191 (Sim et al., 2006). Diperlukan studi lebih lanjut untuk menginvestigasi efek alel CYP2C1917 pada pengobatan ulkus menggunakan omeprazol sebagai PPI karena omeprazol memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap CYP2C19 dibandingkan dengan pantoprazole(Li et al., 2004).

Di Jepang, dimana 20% penduduknya merupakan individu dengan metabolism buruk (poor metabolism-PM), Furuta et al (2007) memuat sebuah studi prospektif mengenai terapi berlandaskan genotip (n=149) vs terapi standard untuk eradikasi H.pylori. Pasien dengan protocol standard diberikan lansoprazol 30 mg, dua kali sehari bersamaan dengan klaritromisin (CLA, 400mg) dan amoxicillin750mg. Terapi berlandaskan genotip mempertimbangkan baik genotip CYP2C19 dan resistensi terhadap klaritromisin. Durasi pemakaian CLA untuk protocol standard dan sensitif CLA adalah 1 minggu, sementara resisten CLA pemakaian menjadi 2 minggu. Pada kesimpulan studi ini, ditemukan bahwa terapi berlandaskan genotip menjadikan tingkat eradikasi 96%, dibandingkan dengan protocol standar yang hanya mencapai 70%. Biaya untuk kedua strategi tersebut juga mirip, mengindikasikan bahwa tingkat eradikasi yang tinggi dapat dicapai tanpa biaya tambahan. Perlu diperhatikan bahwa PM pada orang Jepang lebih banyak empat kali dibandingkan dengan kaukasian, sehingga mungkin bahwa tes genotip CYP2C19 untuk mendeteksi karier alel cacat relevan untuk klinis pengobatan di Asia,namun tidak di negara-negara barat.

Hal lain yang dapat dipertimbangkan adalah bahwa meningkatnya level plasma PPI pada individu yang PM tidak memiliki efek samping yang signifikan sehingga menaikkan standard dosis secara umum untuk semua individu kaukasian dapat menjadi pendekatan yang baik dari segi ekonomi.Beberapa studi secara prospektif memeriksa keuntungan segi biaya dari tes farmakogenetik. Walaupun begitu, terdapat banyak studi asosiasi menunjukan dampak genotip pada level obat. Oleh karena itu, studi prospektif seperti Furuta et al 2007 yang menyelidiki keuntungan obat disesuaikan dengan genotip secara efikasi dan hasil pengobatan nantinya kurang bermakna pada era klinik yang mengimplementasikan farmakogenetik.