post partum
DESCRIPTION
STRANSCRIPT
MAKALAH
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM
Disusun oleh
KELOMPOK II
1. Anton Sujarwo
2. Eka Sa’diah
3. Kamsa
4. Muhammad Nur
5. Sumarni Samiasih
6. Triadi bahrul Ilmi
7. Wahyu Putri Handayani
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Jl. Perintis Kemerdekaan I no. 33 Cikokol – Tangerang 15118
2009/2010
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan pada Alaah SWT tuhan semesta alam yang telah memberikan karunia dan segala rahmat serta hidayahnya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan maternitas yang berjudul “Asuhan Keperawatan Postpartum”
Tugas ini kami susun untuk memenuhi tugas praklinik yang diberikan oleh pembimbing / dosen kami . Isi dari makalah ini kami susun bersama kelompok dengan materi yang kami dapat dari beberapa teori Postpartum dari bebrapa buku referensi, dan dari pengkajian terhadap Ibu post partum dan Bayi Baru lahir, dimana keperawatan maternitas berfokus pada wanita, bayi, dan keluarga yang menuntut seorang perawat harus kompeten serta peka terhadap kebutuhan klien secara individual .
Dalam makalah ini di uraikan tentang asuhan keperawatan yang dilakukan pada masa Postpartum, untuk menentukan perkembangan keperawatan pada klien yang berfokus pada lima tingkat proses keperawatan.
Akhirnya kelompok mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, terutama pihak Puskesmas Cengkareng di jajaran Rumah Bersalin yang telah membantu dalam proses penyusunan makalh ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi diri kami pribadi dan teman-teman sejawat, semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal, Amin.
Tangerang, 24 Juli 2010
Kelompok
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Masalah...........................................................................
1.2. Tujuan .....................................................................................................
1.2.1. Tujuan Umum
1.2.2. Tujuan Khusus
1.3..................................................................Sistematika Penulisan
1.4........................................................................................Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORI.............................................................................................
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM
I. PENGKAJIAN POST PARTUM ........................................................
II. RIWAYAT KASUS ...............................................................................
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN...........................................................
IV. PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR .................................................
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN...........................................................
BAB IV
PENUTUP
I. KESIMPULAN
II. SARAN
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis
dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita
menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian
wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya atau penerus keturunaan.
Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian
pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi,
kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam
kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari
reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat di mana lingkup di atas
merupakan lingkup dunia keperawatan terutama keperawatan yaitu pelyanaan yang
diberikan secara holistik yang mencangkup biopsikososial dan sepiritual.
Keperawatan maternitas adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, dimana
kehamilan itu sendiri berarti proses pertemuan antara sel telur dengan spermatozoa
( konsepsi ) yang diikuti dengan perubahan fisologis dan psikologis.
Dalam menurunkan AKI dan AKB serta ibu meningkatkan kesejateraan ibu dan anak di
perlukan tenaga kesehatan yang mumpuni terutama di bidang keperawatan maternitas
yang siap bekerja dan mengbdi kepada Negara dan masyarakat, kami mahasiswa dari Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang, sebagai calon tenaga keperawatan,
berupaya untuk berperan serta dalam program pemerintah menurunkan angka kematian ibu dan
bayi dengan mengaplikasikan ilmu dan teori melalui proses pembelajaran.
II. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik keperawatan Maternitas, di harapkan kelompok dapat
menguasai dan mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Maternitas, pada setiap fase
kehamilan.
4
III. Tujuan Khusus
a. Mempraktekan teori yang sudah di berikan di bangku kuliah.
b. Membandingkan antara teori dan kerja lapangan.
c. Kelompok mampu mengkaji dari prenatal,intra natal dan post natal.
IV. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara ringkas dengan urutan sebagai berikut, :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang PenulisanTujuan Tujuan UmumTujuan KhususSistematika PenulisanManfaat
BAB II : TINJAUAN TEORI
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM
PENGKAJIAN POST PARTUM RIWAYAT KASUS DIAGNOSA KEPERAWATAN
BAB IV : PENUTUP
KESIMPULANSARANDAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Post Partum atau persalinan
5
Merupakan serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput
janin dari tubuh ibu.
Selain itu, post partum bisa diartikan sebagai waktu untuk memulihkan kesehatan
umum dan mengembalikan keadaan organ yang mengalami perubahan. Waktu ini
umumnya dibatasi antara 6 sampai 12 minggu apabila keadaan normal.
B. Perubahan Fisik pada saat Post Partum
Selama melahirkan, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tak normal.
Yang meliputi perubahan struktur permanen pada serviks, vagina, dan perineum
sebagai akibat persalinan dan kelahiran, yaitu:
1. Payudara : Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak
karena peningkatan proklatin pada hari I – III). Pada payudara yang tidak disusui,
engorgement akan berkurang dalam 2 – 3 hari, putting mudah erektil bila
dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1 – 2 hari.
2. Uterus : Perubahan uterus disebut dengan involusi uterus dimana pada pembuluh
darah terjadi pembentukan trombose, disamping pembuluh darah tertutup
karena kontraksi otot.
3. Vagina : Perubahan pada vagina kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil,
dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mucus normal dengan
ovulasi.
4. Perut : Perubahan perut setelah melahirkan terlihat apabila ibu berdiri setelah
melahirkan.
5. Rambut dan kulit : Perubahan pada rambut dan kulit dikarenakan perubahan
hormone.
C. Perubahan Psikologis Post Partum
Perubahan emosi selama masa post partum memiliki berbagai bentuk dan variasi.
Kondisi ini akan berangsur – angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah
melahirkan.
6
1. Pada 0 – 3 hari setelah melahirkan, ibu post partum berada pada puncak kegelisahan
setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang
berakibat ibu sulit beristirahat. Sehingga ibu mengalami kekurangan istirahat pada
siang hari dan sulit tidur dimalam hari.
2. Pada 3 – 10 hari setelah melahirkan, post natal blues biasanya muncul, biasanya
disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataannya berdasarkan riset yang
dilakukan paling banyak muncul pada hari kelima. Post natal blues adalah suatu
kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya
dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada
kondisi dirinya atau bayinya.
3. Pada 1 – 12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju
pada tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin baik
perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan
normal.
D. Bahaya – bahaya Post Partum
Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin
meningkatnya pembentukan urine untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi
penyerapan beberapa bahan tetentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi
peningkatan suhu badan sekitar 0,5°C yang bukan merupakan keadaan yang
patologis atau menyimpang pada hari pertama.
Terjadinya infeksi kala melahirkan adalah sebagai berikut:
Manipulasi penolong, terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang
dipakai kurang suci hama.
Infeksi yang didapat dirumah sakit (nosokomial)
Sudah terdapat infeksi intra partum: Persalinan lama terlantar, ketuban
pecah lebih dari 6 jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (fokal infeksi)
E. Periode Nifas
1. Nifas Dini :
Yaitu pulihnya alat kandungan dimasa ibu sudah diperbolehkan jalan - jalan
dan melaksanakan aktifitasnya berlangsung + 40 hari.
7
2. Nifas Intermedial
Yaitu pulihnya alat-alat kandungan secara menyeluruh yang lamanya + 6-8
minggu
3. Remote Nifas
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
ibu selama hamil/waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu – minggu, bulanan / tahunan.
F. Tujuan Asuhan Keperawatan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
2. Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
Pada mas postpartum, terjadi pengeluaran cairan sekret yang berasal dari
cavum uteri dan vagina yang biasa di sebut lochea, dalam masa nifas Lochea tidak
lain adalah sekret luka yang berasal dari luka dalam rahim luka bekas plasenta.
Tahap – tahap pengeluaran lochea :
1. Lochea Rubra : Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel
desidua verniks caseosa,lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan
2. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari
ke 7 – 14 pasca persalinan
3. Lochea Serosa : Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 – 14
pasca persalinan
4. Lochea Alba : Cairan putih, setelah 2 minggu
5. Lochea Purulenta : Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6. Lochrostatis : Lochea tidak lancar keluarnya (Rustam Mochtar, 1998 )
G. Laktasi
Laktasi diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu untuk menghadapi
masa laktasi, kelenjar mammae telah disiapkan semenjak kehamilan, pada hari pertama
keluar kolostrum cairan berwarna kuning kental mengandung banyak protein albumin.
8
Kolostrum menambah kekebalan anak terhadap penyakit karena terdapat zat antibodi
Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang maka timbul
pengaruh LH / prolaktin yang akan merangsang ASI. Disamping itu oksitosin
menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga ASI keluar. Produksi akan
banyak sesudah 2-3 hari post partum. Hal – hal yang mempengaruhi produksi ASI :
1. Faktor anatomis buah dada
2. Faktor biologis
3. Faktor makanan dan minuman
4. Faktor isapan anak
H. Jenis Perdarahan Post Partum
1. Perdarahan Post Partum Primer
Perdarahan post partum primer trjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama
perdarahan post partum primer adalah atenia uteri, retentio plasenta, sisa
plasenta, dan robekan jalan lahir, terbanyak dalam 2 jam pertama
2. Perdarahan Post Partum SekunderTerjadi setelah 24 jam pertama penyebab
utama perdarahan post partum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa
plasenta / membrane (Manuaba, 1998)
3. Faktor Yang Menyebabkan Post Partum menjadi beresiko
Grandemultipara
Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
Persalinan yang dilakukan dengan tindakan pertolongan kala uri sebelum
waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan dengan
tindakan paksa, persalinan dengan narkosa
I. Diagnosis
Pada setiap perdarahan post partum harus dicari apa penyebabnya secara ringkas
membuat diagnosis adalah seperti bagan dihalaman berikut :
1. Palpasi uterus bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
9
2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak
3. Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari :
a. Sisa plasenta dan ketuban
b. Robekan rahim
c. Plasenta suk senturiata
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah
5. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah, Hb, clot observagion tes (COT)
dan lain – lain
Perdarahan post partum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok.
Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan – lahan tetapi terus menerus
yang juga berbahaya karena kita menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak
Mekanisme Terjadinya Perdarahan
Perdarahan berasal dari tempat plasenta, bila tonus uterus tidak ada, kontraksi
uterus lemah, maka spiral anteries yang seharusnya tertutup akibat kontraksi uterus
tersebut tetap terbuka. Darah akan terus mengalir melalui bekas melekatnya
plasenta ke cavum uteri dan seterusnya keluar pervaginam (Phantom)
Gambaran Klinik
HPP terjadinya tidak mendadak, perdarahan tersebut terjadi terus menerus sebelum
perdarahan tersebut dapat diatasi. Gejala – gejala perdarahan yang jelas :
1. Perasaan lemah
2. Mengantuk, menguap
3. Pandangan kabur
4. Pada pemeriksaan : tensi turun, nadi meningkat, nafas pendek
5. Penderita tampak anemis, jatuh dalam shock, kesadaran hilang dan akhirnya
meninggal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM
PADA NY.D DI PUSKESMAS KECAMATAN CENGKARENG
10
I. PENGKAJIAN POST PARTUM
DATA UMUM KLIEN
1. Inisial Klien : Ny. D Inisial Suami : Tn. W
2. Usia : 28 thn Usia : 30 thn
3. Status Perkawinan : Kawin (Sah) Status Perkawinan : Kawin (Sah)
4. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
5. Pedidikan terakhir : SMA Pendidikan Terakhir : SMP
Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
N
o
Tahun Tipe
Persalinan
Penolong JK BB lahir Keadaan Bayi
Waktu Lahir
Masalah
Kehamilan
1 16-09-03 Normal Bidan P 3 kg Sehat -
2 10-05-07 Normal Bidan L 3,1 kg Sehat -
3 21-07-10 Normal Dokter L 3,4 kg Sehat -
Pengalaman Menyusui : / Tidak Berapa Lama : 6 bulan
Riwayat Kehamilan Saat ini :
1. Berapa Kali Periksa Kehamilan : 8x Pemeriksaan
2. Masalah Kehamilan : Tidak Ada
Riwayat Persalinan :
1. Jenis Persalinan : ( lengkap/lesu)/ tindakan (EF, EV)….SC a/i : Tidak
pernah tgl/jam : 21-07-2010/12:15 WIB
2. Jenis kelamin bayi : L BB/PB : 3,4 gram/ 49 cm, A/s: 9
3. Perdarahan : ± 250 cc
4. Masalah dalam persalinan : Tidak ada
Riwayat Ginekologi
1. Masalah Ginekologi : -
2. Riwayat KB : pernah menggunakan KB Suntik 3 bulan selama 3x dan seterusnya
11
Ya
spontan
melakukan KB alami
DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
1. Status Obsetri : NH : 1 P : 3 A : 0 Bayi Rawat Gabung : ya
Jika tidak, alasan………..
2. Keadaaan Umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis
BB/ TB : 54 kg / 156 cm
3. Tanda Vital
TD : 110/70 Mmhg, Nadi : 85 x/menit Suhu : 36,6 0 c Pernapasan : 20x/menit
4. Kepala Leher
Kepala : Kulit kepala bersih, tidak terdapat lesi atau benjolan
Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
Hidung : Simetris, tidak terdapat benjolan/polip
Mulut : Tidak terdapat stomatitis, terdapat caries pada gigi seri
Telinga : Tidak terdapat serumen, Tidak ada nyeri tekan
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat pembesaran
vena jugularis
Masalah khusus : Caries pada gigi
5. Dada
Jantung : Bunyi jantung sonor
Paru : Bunyi paru vesikuler, tidak terdapat Ronkhi ataupun krekles
Payudara : Simetris, besar payudara sama, areola bersih, tidak
terdapat benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
Putting susu : Putting susu menonjol
Pengeluaran ASI : Terdapat pengeluaran kolostrum pada dua jam pertama pasca persalinan
Masalah Khusus : Tidak ada masalah khusus
6. Abdomen
Involusi Uteri : 1 cm di atas umbilicus ,Kontraksi : Normal bulat Keras,
Posisi : kanan
Kandung Kemih : Tidak distensi
Diastasis Rektus Badominis : Panjang 28 cm diatas simfisis pubis dan lebar 9 cm
Fungsi Pencernaan : Nafsu makan selama di rawat cukup baik setiap porsi
makanan selalu dihabiskan
Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus
12
7. Perinium dan Genital
Vagina
Integritas kulit : Terdapat laserasi pada perineum
Edema : Tidak terdapat edema
Memar : Terdapat memar pada vagina
Hematom : Tidak terdapat hematom pada vagina
Perineum : Utuh/Episiotomy/Ruptur /
TANDA REDDA
R : Kemerahaan : Ya /
E : Bengkak :ya /
E ; echimosis : ya /
D : discharge serum / Pus / darah /
A : aproxsimate : /tidak
Kebersihan : Bersih
Lochea
Jumlah : 4x ganti pembalut dalam 24 jam
Jenis / warna : Rubra
Konsistensi : Cair dan masih terdapat sedikit gumpalan
Bau : Bau amis
Hemoroid : drajat : Tidak terdapat hemoroid lokasi: -
Berapa lama : - nyeri : ya /
Masalah khusus : Tidak terdapat masalah
8. Ektremitas
Ekstremitas Atas : edema (ya /
Ekterimitas bawah : edema (ya /
Varises ( ya / , lokasi : -
Tanda Homan : Negatif
Masalah khusus : Tidak terdapat masalah
9. Eliminasi
Urine
13
Laserasi
tidak
tidak
tidak
Tidak ada
baik
tidak
tidak
tidak
tidak
Kebiasaan BAK : ± 6x dalam 24 jam
BAK saat ini : 3x dalam 24 jam pascapersalinan
BAB
Kebiasaan BAB : ± 2x dalam 24 jam
BAB saat ini : Pada 24 jam pascapersalinan klien belum BAB
Masalah khusus: Resiko gangguan pola eliminasi BAK
10. Istirahat dan kenyamanan :
Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama jam :Tidur malam pukul 22:00-05:00 WIB dan Tidur
siang pukul 10:00-11:30 WIB
Frekuwensi : 2x dalam 24 jam
Pola tidur saat ini : Tidak dapat tidur nyenyak terutama pada malam hari, karena terganggu
oleh nyamuk, kebisingan dan bayi yang terbangun di malam hari
Keluhan ketidak nyamanan : / tidak
Lokasi : Terasa pusing
11. Mobilisasai dan Latihan
Tingkat mobilisasi : Mobilisasi aktif Latihan/senam : -
Masalah Khusus : Tidak terdapat masalah
12. Nutrisi dan Cairan
Asupan Nutrisi : Makan pokok 3x sehari nafsu makan: baik/ /tidak ada
Asupan Cairan : 2500 ml per 24 jam
13. Keadaan Mental
Adaptasi Psikologis : Klien dan keluarga mengatakan siap dalam menerima dan
merawat bayi yang baru lahir dan anak-anaknya
14. Penerimaan terhadap bayi : Klien dan keluarga menerima dengan senang hati terhadap
kelahiran bayi
Masalah Khusus : Tidak terdapat masalah khusus
15. Kemampuan Menyusui : Klien telah mampu menyusui bayi dan ASI sudah keluar
16. Obat – Obatan : Setelah lahir plasenta klien mendapatkan oksitosin 0,5 ml
diberikan secara IM.
Hasil Pemeriksaan Penunjang : -
RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN
Masalah : - Gangguan pola istirahat dan tidur pada klien pasca persalinan
14
Ya
kurang
- Resiko gangguan pola eliminasi BAK pasca persalinan
Perencanaan Pulang :
1. Kebutuhan fisiologis/psikologis terpenuhi
2. Komplikasi dapat dicegah/teratasi
3. Ikatan keluarga dimulai dengan kehadiran anggota baru
4. Kebutuhan pascapartum dipahami
II. RIWAYAT KASUS
Ny. D seorang Ibu berusia 28 tahun melahirkan anak ketiga dengan persalinan pervaginam
secara spontan, ditolong oleh dokter tidak mendapatkan tindakan episiotomi serta tidak
terjadi perdarahan yang abnormal. Setelah satu jam pascapersalinan ia melakukan IMD
terhadap bayi pada awalnya bayi tersebut tidak mau meneteki akan tetapi setelah 12 jam
pascapersalinan bayi tersebut mau di beri ASI dan bayi meneteki secara aktif, keadaan umum
Ibu D baik dengan tanda vital ( TD 110/70 mmHg, Nadi:85x/mnt, Suhu 26,6 0 c, pernafasan
20x/mnt), dengan involusi uteri 1 cm di bawah umbilicus disertai Kontraksi Normal bulat
Keras, Posisi : kanan. Lochea dengan Janis rubra konsistensi cair dan masih terdapat sedikit
gumpalan, klien tidak mengeluh sakit yang hebat pasca persalinan, akan tetapi pola istirahat
klien terganggu oleh karena bayi terbangun di malam hari dan klien mengalami gangguan
pola eliminasi BAB pascapersalinan.
III. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola istirahat dan tidur yang berhubungan dengan rasa tidak nyaman
Tujuan:
Tujuan jangka Panjang
Meningkatkan pola istirahat yang efektif pada Ibu pascapersalinan / nifas di
ruang rawat dan dirumah.
Tujuan Jangka Pendek
- Mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang
diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru.
- Mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat .
Tindakan/Intervensi
15
- Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan dan jenis
kelahiran
- Kaji factor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat. Organisasikan perawatan
untuk meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode tidur yang
ekstra.
- Anjurkan untuk mengungkapkan pengalaman melahirkan. Berikan lingkungan yang
tenang.
- Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali ke rumah.
- Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.
- Kaji lingkungan rumah, bantuan di rumah, dan adanya Sibling Rivalry dan anggota
keluarga lainnya
Rasional
- Persalinan atau kelahiran yang lama dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam hari,
dapat meningkatkan tingkat kelelahan.
- Membantu meningkatkan istirahat, tidur, dan relaksasi serta menurunkan rangsang.
Bila ibu tidak terpenuhi kebutuhan tidurnya maka dapat memperpanjang proses
perbaikan dari periode pascapartum
- Rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal serta
tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta mengatasi kelelahan
yang berlebihan.
- Kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI, dan penurunan reflex
secara psikologis.
- Multipara dengan anak dirumah memerlukan tidur lebih banyak di rumah
sakit/puskesmas untuk mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya
serta kebutuhan keluarganya.
Implementasi
- Mengkaji tingkat kelelahan pascapersalinan dan kebutuhan untuk istirahat dengan
menanyakan kepada ibu apakah ibu merasakan kelelahan yang sangat berarti
pascapersalinan, berapa lama waktu yang dilalui dalam proses persalinan, serta
menanyakan bagaimana jenis persalinan yang dilalui.
- Mengkaji factor-faktor yang dapat mempengaruhi istirahat,menanyakan kepada ibu
apa saja yang dapat mempengaruhi istirahat ibu, dari waktu, tempat, dan keadaan
16
lingkungan. Mengorganisasikan perawatan untuk meminimalkan gangguan dan
memberikan waktu istirahat serta periode tidur yang ekstra. Memberikan lingkungan
yang tenang untuk istirahat.
- Menganjurkan Klien untuk mengungkapkan pengalaman melahirkan.
- Memberikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali
kerumah.
- Memberikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.
- Mengkaji llingkungan rumah, bantuan di rumah, dan adanya sibling livarly dan
anggota keluarga lainnya.
Evaluasi SOAP
S : Ny. D mengatakan lebih baik dan tenang setelah perawat menciptakan
lingkungan yang tenang dan memberikan informasi tentang apa yang
terjadi jika ibu kurang istirahat setelah melahirkan.
O : Ny. D tampak segar dan tenang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2. Resiko Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan efek-efek hormonal
(perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal)
Tujuan
Tujuan jangka Panjang
Pola eliminasi BAK pada klien dapat kembali optimal pasca persalinan
Tujuan Jangka Pendek
- Klien dapat melakukan kembali BAK tanpa bantuan dalam 6-8 jam
pascapersalinan
- Klien dapat mengosongkan kandung kemih setiap berkemih
Tindakan/Intervensi
- Kaji masukan cairan dan haluaran urin terakhir, catat masukan cairan intrapartal dan
haluaran urin serta lamanya persalinan
- Palpasi kandung kemih,
- Pantau tinggi fundus dan lokasi, serta jumlah aliran lokhea
17
- Perhatikan adanya edema atau laserasi /episiotomy, dan jenis anestesi yang
digunakan
- Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam pascapersalinan, dan setiap 4 jam setelahnya. Bila
kondisi memungkinkan, biarkan klien berjalan ke kamar mandi. Alirkan air hangat di
atas perineum, alirkan air kran, dan tambahkan cairan yang mengandung pepermin
ke dalam bedpan, atau biarkan klien duduk pada waktu rendam duduk atau gunakan
shower air hangat, sesuai indikasi
- Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari
- Kaji tanda-tanda ISK
Rasional
- Pada periode pascapartal awal, kkira-kira 4 kg cairan hilang melalui haluaran urin dan
kehilangan tidak kasat mata, termasuk diaphoresis, persalinan yang lama dan
penggantian cairan yang tidak efektif dapat mengakibatkan dehidrasi dan
menurunkan haluaran urin
- Aliran plasma ginjal, meningkatkan 25%-50% selama periode prenatal
- Tetap tinggi pada minggu pertama pascapartum, mengakibatkan peningkatan
pengisian kandung kemih. Distensi kandung kemih, yang dapat dikaji dengan derajat
perubahan posisi uterus menyebabkan peningkatan relaksasi uterus dan aliran
lokhea.
- Variasi intervensi keperawatan mungkin perlu untuk merangsang atau memudahkan
berkemih. Kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan involusi uterus, dan
meningkatkan aliran lokhea. Distensi berlebihan kandung kemih dalam waktu lama
dapat merusak dinding kandung kemih dan mengakibatkan atoni
- Membantu mencegah statis dan dehidrasi serta menggantikan cairan yang hilang
waktu melahirkan
- Statis hygiene buruk dan masuknya bekteri dapat member kecenderungan klien
terkena ISK
Implementasi
- Mengkaji masukan cairan dan haluaran urin terakhir. Mencatat masukan cairan
intrapartal dan haluaran urin serta lamanya persalinan.
- Melakukan palpasi pada kandung kemih untuk mengetahui adanya distensi kandung
kemih.
18
- Memantau tinggi fundus dan lokasi dengan melakukan palpasi pada daerah
abdomen, serta memantau jumlah aliran lokhea dengan menanyakan kepada klien
berapa kali ganti pembalut dalam 12 jam.
- Anjurkan kepada klien untuk berkemih dalam 6-8 jam pascapartum, dan setiap 4 jam
setelahnya. Bila kondisi memungkinkan membiarkan klien berjalan ke kamar mandi.
Mengalirkan air hangat di atas perineum, alirkan air kran, dan menambahkan cairan
yang mengandung pepermin ke dalam bedpan, atau biarkan klien duduk pada waktu
rendam duduk atau menggunakan shower air hangat, sesuai dengan indikasi.
- Menganjurkan klien minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari.
- Mengkaji tanda-tanda adanya ISK seperti rasa terbakar ketika berkemih, peningkatan
frekuensi, urin keruh.
Evaluasi SOAP
S : - klien mengatakan sudah BAK sebanyak 4 kali setelah melahirkan.
O : - kandung kemih klien tidak distensi.
A : - masalah sudah teratasi dikarnakan klien sudah BAK secara mandiri.
P : - lanjutkan inetrvensi kepada klien
IV. PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR
RIWAYAT KELUARGA YANG LALU
No Sex Tahun kelahiran
BB L Keadaan Bayi
Komplikasi
Jenis Persalinan
Ket
1 P 16-09-03 3 kg sehat - Normal2 L 10-05-07 3,1 kg sehat - Normal3 L 21-07-10 3,4 kg sehat - Normal4
STATUS GRAVIDA- G : 3 P : 3 A : 0 H : 40 Persentasi Bayi : sudah lahir - Pemeriksaan Antenatal : Teratur / - Komplikasi Antenatal :………….
Riwayat Persalinaan- BB / TB Ibu : 54 kg / 156 cm Peraslinaan di : puskesmas
19
Tidak teratur
- Keadaan Umum Ibu : CM Tanda Vital : - Jenis Persalinan : Normal Proses Persalinaan : Kala I : 1 jam- Medikasi : Kala II : Menit- Kompllikasi persalinaan pada ibu : Fetus : - Lamanya ketuban Pecah : 10 meit Kondisi ketuban :
KEADAAN BAYI SAAT LAHIRLahir Tanggal : 21 juli 2010 jam : 12 : 5 sex : L Lahir : tunggal / gemeli
NILAI APGAR
Tanda 0 1 2 JumlahFrekuensi jantung
[ ] 0Tidak ada[ ] 0Tidak ada[ ] 0 Lumpuh[ ] 0Tidak bereaksi[ ] 0 Biru / pucat
[ ] 0< 100[ ] 0 Lambat [ ] 0 Extrimitas refleks sedikit[ ] 0 Gerakaan sedikit[ ] 0 Tubuh kemerahaan dan kaki biru
[ ] 0 > 100 [ ] 0 Menangis kuat[ ] 0 Gerakaan aktif [ ] 0 Reaksi melawaan[ ] 0 kemerehaan
22222
= 9/10Ket : [ ] penilaian menit ke – 1 0 Penilaian menit ke -5
Tindakan Resusitasi : Plasenta : Berat 850 gram tali pusat : Panjang : 5 Cm kondisi....... Ukuran : p x l x d Jumlah Perdarahan : 250 cc Kelaianaan : ( - ) Kelaianaan : ( - )
PENGKAJIAN FISIKUmur : 0 Hari : 1 Jam :
Berat badan : 3400 grPanjang badan : 4,9 cmSuhu : 36,0 o
cLingkar kepala : 34 cmLingkar dada : 32 cmLingkar perut : 28 cm
KEPALABentuk : √ bulat Lain – lain
Kepala : molding Kaput Cephalhematom
Ubun – Ubun : √ Besar
Mulut : √Simetris √ Palatum mole √Palatum durum Gigi
Hidung : √ lubang hidung Keluaraan Pernapsaan cuping hidung
Pergerakaan leher : √ pergerakaan leher
TUBUH Warna : √ pink
20
Kecil Sutura
Mata : Posisi : simetris Kotoran : ( - ) Perdarahaan : ( - )
Telinga : posisi : simetris Bentuk : Lubang telinga : terdapat 2 lubang Keluaraan : ( - )
Jantung dan paru – paru : √ normal Bunhi napas : ngorok Lain – lain……….
Pernapasaan : 35 x/ menit
Denyut jantung : 145 x / menit
Paru : √ lembek Kebung Benjolan Bising Usus : - x / menit
Lanugo : terdapat lanugo pada kening bayi Vernik : ( - ) Mekonium : ( - )
Punggung : √ simetris
Keadaan punggung : Asimetris Pilonidal
FlesibiltasTulang punggung : kelainan…….
Genitalia : √ Normal laki-laki : Hypospodius Epispadius
Testis : tidak ada kelainaan ( N )
Anus : terdapat lubang anus kelainaan : ( - )
Pucat Sianosis Kuning
Pergerakaan : √ aktif Kurang
Dada : √ simetris Asimetris Retraksi Seesaw
STATUS NEUROLOGIS Reflex Tendon Moro Rooting √ Mengisap Babinski
√ Menggenggam√ Menangis Bejalan Tonus leher
NUTRISIJenis mkanan √ ASI
PASI Lain – lain
ELIMINASIBAB pertama, tanggal : 21 juli 2010 jam : 15 : 30 BAK pertama, tanggal : 21 juli 2010 jam : 12 :0 5
TULANGLingkar kepala : 34 cm
Dada : 32 cmPerut : 28 cm
DATA LAIN YANG MENUNJANG( Lab, psikososial, dll )
KESIMPULAAN
21
EKSTREMITASJari tangan :lengkap kelainaan : ( - )
Jari kaki : lengkap kelainaan : ( - )
Pergerakaan : √ Aktif Tidak aktif Asimetris Tremor Rotasi paha Nadi Brachial : ( + ) Femoral : ( + )
Garis telapak kaki : ( + )Posisi kaki : tidak ada kelainaan Tangan : tidak ada kelaianaan
V. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perubahan suhu tubuh berhubungan dengan usia ekstrem / rentan
Tujuan
Tujuan Jangka Panjang
Bayi dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
Tujuan Jangka Pendek
- Bayi dapat mempertahankan suhu inti, kulit, dan aksila serta tanda-
tanda vital
- Bayi bebas dari tanda-tanda distress pernafasan dan stress dingin
Tindakan/Intervensi
- Pastikan obat-obatan yang diterima ibu selama periode prenatal dan intrapartum.
Perhatikan distress atau hipoksia pada janin
- Keringkan kepala dan tubuh bayi baru lahir, pakaikan stoking, penutup kepala, dan
bungkus dalam selimut hangat
- Tempatkan bayi baru lahir pada lingkungan hangat atau pada lengan orang tua.
Hangatkan objek yang kontak bayi.
- Perhatikan suhu lingkungan. Hilangkan aliran udara dan minimalkan penggunaan
pendingin udara, hangatkan oksigen bila diberikan melalui masker
- Kaji suhu inti neonates, pantau suhu kulit secara kontinu dengan alat pemeriksa kulit
dengan tepat
- berikan penghangatan pada bayi yang mengalami stress dingin, pertahankan suhu
udara 1,50 c (2,70 F) lebih hangat daripada suhu tubuh
22
- observasi bayi terhadap tanda-tanda stress dingin
- perhatikan tanda-tanda distress pernapasan, berikan dukungan sesuai kebutuhan
Rasional
- Hipoksia janin atau penggunaan Demerol oleh ibu mengubah metabolisme janin
terhadap lemak coklat, sering menyebabkan penurunan suhu bayi yang berarti.
Magnesium Sulfat dapat menyebabkan vasodilatasi dan mempengaruhi kemampuan
bayi untuk menyerap panas
- Mengurangi kehilangan panas akibat evaporasi dan konduksi, melindungi kelembaban
bayi dari aliran udara atau pendingin udara, dan membatasi stress akibat perpindahan
lingkungan dari uterus yang hangat ke lingkungan yang lebih dingin (kemungkinan 150F
(90 c) lebih rendah daripada suhu intrauterus).
- Mencegah kehilangan panas melalui konduksi, dimana panas di pindahkan dari bayi
baru lahir ke objek atau permukaan yang lebih dingin daripada bayi. Digendong erat
dekat tubuh orang tua dan kontak kulit dengan kulit menurunkan kehilangan panas
bayi baru lahir
- Penurunan dalam suhu lingkungan 20 c cukup untuk menggandakan konsumsi oksigen
neonatal cukup bulan. Kehilangan panas melalui konveksi terjadi bila bayi kehilangan
panas ke aliran udara yang lebih dingin. Kehilangan melalui radiasi terjadi bila panas
dipindahkan dari BBL ke objek atau permukaan yang tidak berhubungan langsung
dengan BBL
- Suhu kulit harus dipertahankan mendekati 36.50 c. suhu inti (rectal) biasanya 0,50 c
lebih tinggi dari suhu kulit, namun perpindahan kontinu dari inti ke kulit terjadi
sehingga perbedaan antara suhu inti dan kulit lebih besar, makin cepat pemindahan
makin cepat suhu ini menjadi dingin
- Peningkatan suhu yang terlalu cepat dapat mengakibatkan apnea pada bayi yang
mengalami stress dingin
- Bila suhu lingkungan turun di bawah zona termonetral, bayi meningkatkan tingkat
aktivitas (meningkatkan laju metabolism dan konsumsi oksigen), ekstremitas fleksi
menurunkan besar permukaan tubuh yang terpajan, dan melepaskan ketakolamin
adrenal, yang meningkatkan pelepasan panas dari vasokontriksi, selanjutnya
mendinginkan kulit.
- Tanda-tanda ini menandakan efek-efek negative dari stress dingin yang lama, yang
memerlukan pemantauan ketat. Vasokontriksi perifer menimbulkan asidosis
23
metabolic, vasokontriksi pulmoner mengakibatkan penurunan pernafasan dan sirkulasi
janin menetap dengan kegagalan penutupan duktus arteriosus dan foramen ovale
Implementasi
- Memastikan obat-obatan yang diterima ibu selama periode prenatal dan
intrapartum. Memperhatikan adanya distress atau hipoksia pada janin
- Mengeringkan kepala dan tubuh bayi baru lahir, memakaikan stoking, memakaikan
kepala, dan membungkus bayi dalam selimut hangat
- Menempatkan bayi baru lahir pada lingkungan hangat atau pada lengan orang tua.
Hangatkan objek yang kontak bayi seperti timbangan, stetoskop, meja pemeriksaan,
dan tangan.
- Memperhatikan suhu lingkungan. menghilangkan aliran udara dan meminimalkan
penggunaan pendingin udara, menghangatkan oksigen bila diberikan melalui masker
- Mengkaji suhu inti neonates, memantau suhu kulit secara kontinu dengan alat
pemeriksa kulit dengan tepat
- Memberikan penghangatan pada bayi yang mengalami stress dingin,
mempertahankan suhu udara 1,50 c (2,70 F) lebih hangat daripada suhu tubuh
- Mengobservasi bayi terhadap tanda-tanda stress dingin misalnya penurunan suhu
inti, peningkatan aktivitas, ekstremitas fleksi, belang-belang dan atau pucat, kullit
tangan serta kulit kaki dingin
- Memperhatikan tanda-tanda distress pernapasan,seperti apnea, sienosis umum,
bradikardia, mendengkur berat, retraksi otot pernapasan, dan pernapasan cuping
hidung. Memberikan dukungan sesuai kebutuhan
Evaluasi SOAP
S :
O :
A :
P :
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
Tujuan
Tujuan Jangka Panjang
Bayi terbebas dari tanda-tanda infeksi
Tujuan jangka Pendek
- Bayi menunjukkan pemulihan tepat waktu pada puntung tali pusat
24
- Menunjukkan pemulihan pada sisi sirkumsisi
- Bayi bebas dari drainase atau eritema
Tindakan/Intervensi
- Tinjau kembali factor-faktor resiko pada ibu yang membuat bayi cenderung terkena
infeksi, yang mungkin didapatkan secara transplasenta, malalui rute asenden, atau
saat kelahiran
- Tentukan usia gestasi bayi baru lahir
- Sikat dan cuci tangan dan lengan dengan preparat iodofor sebelum memasuki ruang
perawatan bayi, setelah kontak dengan material terkontaminasi, dan setelah
memegang setiap bayi. Ajarkan teknik mencuci tangan yang tepat sebelum memegang
bayi kepada orang tua dan sibling
- Pantau petugas, pengunjung, dan orang tuaterhadap penyakit infeksius, lesi kulit,
demam, atau herpes. Batasi kontak dengan bayi sevara tepat
- Pelihara peralatan individual dan bahan-bahan persediaan untuk setiap bayi
- Inspeksi kulit setiap hari terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit. Gunakan
sabun lembut, dan lap kulit dengan perlahan untuk mengeringkan setelah mandi,
hindari menggosok secara berlebihani
- Gunakan krim eucerin pada area kulit yang kering khususnya pada pergelangan kaki
dan pergelangan tangan
- Anjurkan menyusui dini bila tepat
- Kaji tali pusat dan area kulit pada dasar tali pusat setiap hari adanya kemerahan, bau,
atau rabas. Fasilitasi pengeringan melalui pemajanan pada udara dengan melipat
popok ke bawah dan T-shirt ke atas punting tali pusat
- Inspeksi mulut bayi terhadap adanya plak putih pada mukosa oral, gusi, dan lidah.
Bedakan antara bercsk putih dari sariawan dan dadih susu
Rasional
- Demam maternal selama minggu sebelum kelahiran, ketuban pecah yang lama (lebih
dari 24 jam), persalinan yang lama, cairan amniotic berbau busuk, dan adanya
penyakit infeksius, seperti gonorea, infeksi klamidia, infeksi streptokokal grup B,atau
virus grup TORCH (toksoplasma, virus lain, rubella, sitomegalo virus, dan virus herpes
simpleks), semua membuat bayi cenderung terkena infeksi
- Pemindahan immunoglobulin antibody E gan G (IGE dan IgG) melalui plasenta
meningkat secara bermakna pada trimester terakhir, memberikan imunitas pasif pada
25
kokus grampositif, (pneumokokus, streptokokus, dan meningokokus), hemophilius
influenza, virus-virus dan toksin (difteria dan tetanus). Namun, BBL secara normal
kekurangan Imunoglobulin M (IgM), yang dirangsang oleh agen infeksius, dan
kekurangan IgA, yang memungkinkan memberikan perlindungan pada permukaan
yang mengeluarkan secret dari saluran pernapasan, perkemihan, dan gastrointestinal
- Mencuci tangan yang benar adalah factor tunggal yang paling penting dalam
melindungi BBL dari infeksi. Preparat iodofor efektif dalam melawan baik organism
gram positif dan gram negative
- Membantu mencegah penyebaran infeksi ke bayi baru lahir
- Membantu mencegah kontaminasi silang terhadap bayi melalui kontak langsung atau
infeksi droplet
- Kulit adalah barier imunitas nonspesifik yang mencegah invasi pathogen. Kemungkinan
terjadinya infeksi ditingkatkan dengan jumlah bermakna merupakan jalan masuk
potensial untuk organism infeksius, seperti pembuluh darah tali pusat, sisi sirkumsisi,
dan kulit robek akibat penggunaan forsep atau elektroda kulit kepala internal. Bahan
kimia dan parfum pada sabun dapat membuat kulit cenderung mengalami ruam dan
kerusakan, menggosok dengan kuat dapat menimbulkan trauma pada kulit yang
lembut
- Membantu mencegah kulit robek dan rusak, khususnya pada bayi dengan kulit kering
karena penurunan berat badan berlebihan, atau pemajanan yang lama pada fototerapi
atau pemancar panas
- Kolostrum dan ASI mengandung sekretorius IgA dalam jumlah tinggi, yang
memberikan imunitas bentuk pasif serta makrofag dan limfosit yang membantu
mengembangkan respons inflamasi local
- Meningkatkan pengeringan dan pemulihan, meningkatkan nekrosis dan pengelupasan
normal dan memnghilangkan media lembab untuk pertumbuhan bakteri
- Bercak putih yang tidak dapat dihilangkan dan cenderung berdarah bila disentuh
disebabkan oleh Candida albicans, diakibatkan dari kontak langsung dengan jalan lahir,
tangan atau payudara yang terkontaminasi.
- Tanda-tanda ini menunjukkan kemungkinan infeksi. Infeksi yang di dapat secara
ransplasenta cenderung mempengaruhi hepar dan fungsi SSP, infeksi rute asenden,
pada banyak kasus, mangakibatkan bakteremia atau pneumonia
Implementasi
26
- Meninjau kembali factor-faktor resiko pada ibu yang membuat bayi cenderung
terkena infeksi, yang mungkin didapatkan secara transplasenta, malalui rute asenden,
atausaat kelahiran
- Menentukan usia gestasi bayi baru lahir
- Menganjurkan untuk cuci tangan dan lengan dengan preparat iodofor sebelum
memasuki ruang perawatan bayi, setelah kontak dengan material terkontaminasi, dan
setelah memegang setiap bayi. Ajarkan teknik mencuci tangan yang tepat sebelum
memegang bayi kepada orang tua dan sibling
- Memantau petugas, pengunjung, dan orang tuaterhadap penyakit infeksius, lesi kulit,
demam, atau herpes. Anjurkan untuk membatasi kontak dengan bayi secara tepat
- Menganjurkan kepada keluarga untuk memelihara peralatan individual dan bahan-
bahan persediaan untuk setiap bayi
- Melakukan inspeksi kulit setiap hari terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit.
Gunakan sabun lembut, dan lap kulit dengan perlahan untuk mengeringkan setelah
mandi, hindari menggosok secara berlebihani
- Menganjurkan untuk menggunakan krim eucerin pada area kulit yang kering
khususnya pada pergelangan kaki dan pergelangan tangan
- Menganjurkan menyusui dini bila tepat
- Mengkaji tali pusat dan area kulit pada dasar tali pusat setiap hari adanya kemerahan,
bau, atau rabas. memfasilitasi pengeringan melalui pemajanan pada udara dengan
melipat popok ke bawah dan T-shirt ke atas punting tali pusat
- Melakukan Inspeksi mulut bayi terhadap adanya plak putih pada mukosa oral, gusi,
dan lidah. Bedakan antara bercsk putih dari sariawan dan dadih susu
Evaluasi SOAP
S :
O :
A :
P :
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan
Tujuan Jangka Panjang
Nutrisi bayi dapat terpenuhi secara optimal
27
Tujuan Jangka Pendek
- Bayi bebas dari tanda-tanda hipoglikemi
- Bayi menunjuka penurunan badan sama dengan atau kurang dari
5%-10% berat badan pada waktu pulang
Tindakan/Intervensi
- Tinjau ulang riwayat prenatal ibu terhadap adanya kemungkinan stressor yang
berdampak pada simpanan glukosa neonatus, seperti diabetes, HKK, atau gangguan
gangguan jantung atau ginjal. Perhatikan hasil tes yang berhubungan dengan
pertumbuhan janin dan kesejahteraan janin/plasenta
- Perhatikan skor Apgar, kondisi saat lahir, tipe/waktu pemberian obat, dan suhu awal
pada waktu pemberian obat, dan suhu awal pada penerimaan di ruangan perawatan
bayi
- Turunkan stressor fisik seperti stress dingin, pengerahan fisik, dan pemajanan
berlebihan pada pemancar panas
- Timbang berat badan bayi saat menerima di ruang perawatan dan setelah itu setiap
hari perhatikan adanya sindrom postmaturitas atau wasting
- Periksa hipoglikemia waktu usia satu jam dengan menggunakan dextrostix, dan lebih
sering sesuai dengan yang diindikasikan untuk bayi simptomatik atau resiko tinggi
- Observasi bayi terhadap tremor, iritabilitas, takipnea, diaphoresis, sianosis, pucat, dan
aktivitas kejang
- Pantau BBl terhadap kebiruan, perhatikan kadar Hb/Ht
- Auskultasi bising usus, pantau adanya distensi abdomen, adanya tangisan lemah yang
diam bila rangsang oral diberikan, dan perilaku rooting/menghisap
- Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 mll air steril
- Pantau warna, konsentrasi, dan frekuansi berkemih
- Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalam pemberian makan
Rasional
- Bayi cukup bulan yang khususnya rentan terhadap hipoglikemia mengalami stress
kronis dalam uterus, terpajan dalam kadar glukosa yang tinggi dalam uterus, menjadi
SGA atau LGA, atau secara akut sakit. Bayi tersebut mempunyai kebutuhan nutrisi unik
berhubungan dengan laju metabolisme yang cepat, kebutuhan kalori yang tinggi,
potensial kehilangan cairan dan elektrolit karena peningkatan kehilangan cairan yang
28
tidak kasat mata melalui rute pulmonal dan kutan, serta berpotensi terhadap ketidak
adekuatan atau kekurangan simpanan glukosa
- Stressor kelahiran dan stress dingin meningkatkan laju metabolisme dan dengan cepat
menurunkan simpanan glikosa, kemungkinan menggunakan sebanyak 200
kalori/kg/mnt dalam ruang kelahiran sebelum ke ruang perawatan bayi. Pemberian
makan yang pertama dapat terjadi di ruang bersalin untuk lien yang memilih menyusui
bayi yang diberi makan melalui botol biasanya makan untuk pertama kali dalam
periode reaktivitas kedua
- Hipotermia meningkatkan konsumsi energy dan penggunan simpanan lemak coklat
yang tidak dapat diperbaharui. Distress pernapasan dan/ suhu sekitar di atas TNZ
meningkatkan laju metabolic dan tingkat aktivitas serta kehilangan air tidak kasat
mata. Untuk setiap 10 c peningkatan sushu tubuh, kebutuhan metabolism dan cairan
meningkat sekitar 10%
- Menetapkan kebutuhan kalori dan cairan sesuai dengan berat badan dasar, yang
secara normal menurun sebanyak 5%-10% dalam 3-4 hari pertama dari kehidupan
karena keterbatasan masukan oral dan kehilangan kelebihan cairan ekstraselular.
- BBL dapat mempertahankan kadar glukosa maternal sampai 1 jam setelah kelahiran,
tetapi setelah waktu ini, konsumsi oksigen dapat melebihi masukan dan produksi,
mengakibatkan hipoglikemia
- Menandakan hipoglikemia berkenaan dengan kadar glukosa darah kurang dari 45
mg/dl
- SDM adalah consumer glukosa tertinggi, mencetuskan bayi polisitemia terhadap
hipoglikemia
- Indicator yang menunjukkan neonatus lapar atau siap untuk makan
- Pemberian makan awal untuk bayi menyusui biasanya terjadi di ruang kelahiran.
Sedangkan air mungkin diberikan diruang perawatan bayi untuk mengkaji keefektifan
menghisap, menelan, refleks gag, dan kepatenan esofagus, bila terjadi aspirasi air
steril mudah untuk diserap oleh jaringan paru
- Kebutuhan cairan direntang dari 140 sampai 160 ml/kg per 24 jam karena BBL secara
proporsional mempunyai cadangan cairan yang lebih sedikit, kehilangan cairan dan
kurangnya masukan oral dengan cepat menghabiskan cairan ekstraseluler dan
mengakibatkan penurunan haluaran urin
- Masalah-masalah ini dapat mengindikasikan obstruksi usu, ista, atau fistula
trakeosofageal.
29
Implementasi
- Meninjau ulang riwayat prenatal ibu terhadap adanya kemungkinan stressor yang
berdampak pada simpanan glukosa neonatus, seperti diabetes, HKK, atau gangguan
gangguan jantung atau ginjal. Perhatikan hasil tes yang berhubungan dengan
pertumbuhan janin dan kesejahteraan janin/plasenta
- Memperhatikan skor Apgar, kondisi saat lahir, tipe/waktu pemberian obat, dan suhu
awal pada waktu pemberian obat, dan suhu awal pada penerimaan di ruangan
perawatan bayi
- Meminimalkan/menurunkan stressor fisik seperti stress dingin, pengerahan fisik, dan
pemajanan berlebihan pada pemancar panas
- Menimbang berat badan bayi saat menerima di ruang perawatan dan setelah itu
setiap hari memantau adanya sindrom postmaturitas atau wasting
- Memeriksa apakah bayi hipoglikemia waktu usia satu jam dengan menggunakan
dextrostix, dan lebih sering sesuai dengan yang diindikasikan untuk bayi simptomatik
atau resiko tinggi
- Mengobservasi bayi terhadap tremor, iritabilitas, takipnea, diaphoresis, sianosis,
pucat, dan aktivitas kejang
- Memantau BBL terhadap kebiruan, memperhatikan kadar Hb/Ht
- Melakukan Auskultasi bising usus, memantau adanya distensi abdomen, adanya
tangisan lemah yang diam bila rangsang oral diberikan, dan perilaku
rooting/menghisap
- Melakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 mll air steril
- Memantau warna, konsentrasi, dan frekuansi berkemih
- Mengobservasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalam pemberian makan
Evaluasi SOAP
S :
O :
A :
P :
30
BAB IV
PENUTUP
II. KESIMPULAN
Keperawatan maternitas suatu ilmu yang mempelajari tentang proses kehamilan
yang berfokus pada wanita hamil dan bayi baru lahir yang menerapkan pemenuhaan
kebutuhan yang di lihat dari segi fisologis,psikologis,psikososial kelien dan keluarganya.
Dimana di dalam kehamilan ada beberapa tahap mulai dari trimester satu sampai 3 di
dalam trimester 3 yang akan mmenghadapi proses persalinaan terbagi lagi menjadi empat
kala di mulai dari kala I sampai kala IV.
Dimana pada semua proses itu klien perlu mendapatkan asuhan keperawatan atau
asuhan paramedic lain yang di sesuaikan dengan kebutuhaan klien contohnya seperti di
Puskesmas, tenaga medis sering mengabaikan hal – hal yang sepele namun hal itu
berpengaruh pada segi psikologis pasien.
II. SARAN
Kami selaku mahasiswa/I S1 keperawatan yang telah mengikuti kegiatan praklinik mata ajar keperawatan maternitas di Puskesmas Cangkareng kami mendapatkan beberapa pelajaran yang kami amati, maka saran kami untuk puskesmas cengkareng, tempat kami melakukan praklinik mata ajar keperawatan maternitas agar lebih meningkatkan komunikasi terapeutik untuk menjalankan pelayanan yang lebih optimal.
Serta saran kami untuk mahasiswa/I agar lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai keperawatan maternitas disertai dengan keterampilan dalam praktik keperawatan meternitas secara keseluruhan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Doengos, M.E. 1999. Rencana Perawatan Maternal / Bayi.Edisi ke 2. Jakarta:EGC.
Hamilton P.M.1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas.Jakarta.EGC.
Bobak,I dan S.largequist.1998.
32