tinea cruris

14
I. Definisi Dermatofit adalah sekelompok jamur yang memiliki kemampuan molekuler untuk menempel pada zat keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi. Keratin ditemukan pada stratum korneum di epidermis, rambut dan kuku. Infeksi superficial oleh dermatofit disebut dermatofitosis, dimana dermatomikosis merupakan infeksi jamur secara umum. 2 Tinea kruris ( disebut juga jock itch, crotch itch, eczema marginatum, gym itch, hobie itch, ringworm of the groin, tinea inguinalis ) 2 adalah dermatofitosis umum yang sering timbul di daerah lipatan paha, daerah pubis, permukaan bagian kelembaban tubuh sangat tinggi, aktivitas keringat yang berkebihan, maupun berat badan berlebih. 2.4 II. Etiologi Penyebab tersering dari tinea kruris adalah Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, dan Epidermophyton floccosum. 1.2.5

Upload: jeremiah-gaines

Post on 11-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

rdtfluhgfghjkASDFGHqwertyuj sadfghjk ertgyhuj vbnm,

TRANSCRIPT

Page 1: Tinea Cruris

I. Definisi

Dermatofit adalah sekelompok jamur yang memiliki kemampuan molekuler

untuk menempel pada zat keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi.

Keratin ditemukan pada stratum korneum di epidermis, rambut dan kuku. Infeksi

superficial oleh dermatofit disebut dermatofitosis, dimana dermatomikosis

merupakan infeksi jamur secara umum.2

Tinea kruris ( disebut juga jock itch, crotch itch, eczema marginatum, gym

itch, hobie itch, ringworm of the groin, tinea inguinalis)2 adalah dermatofitosis umum

yang sering timbul di daerah lipatan paha, daerah pubis, permukaan bagian

kelembaban tubuh sangat tinggi, aktivitas keringat yang berkebihan, maupun berat

badan berlebih.2.4

II. Etiologi

Penyebab tersering dari tinea kruris adalah Trichophyton rubrum,

Trichophyton mentagrophytes, dan Epidermophyton floccosum.1.2.5

PATOGEN PENYEBAB TINEA CRURIS

Dermatophyte Gambaran klinis

Trichophyton

rubrum

• Penyebab tinea cruris paling umum di Amerika

Serikat

• Infeksi cenderung menjadi kronis

• Jamur tidak terlihat pada furnitur, karpet, linen

untuk jangka waktu yang panjang

• Ekstensi sering ke pantat, pinggang dan paha

Epidermophyton

floccosum

Umumnya terkait dengan 'epidemi' dari tinea cruris

Page 2: Tinea Cruris

PATOGEN PENYEBAB TINEA CRURIS

Dermatophyte Gambaran klinis

seperti yang dapat terjadi di ruang ganti atau asrama

Infeksi akut (jarang kronis)

Arthroconidia yang dapat dilihat dalam (pada furnitur,

karpet, linen) jangka waktu yang lama.

Infeksi jarang melampaui wilayah selangkangan

Causative agent dari 'eksim marginatum' (batasan lesi

yang ditandai dengan beberapa vesikel kecil atau kadang-

kadang vesiculopustul)

T.

mentagrophytes,

in particular var.

mentagrophytes

• Infeksi cenderung lebih parah dan akut, dengan peradangan

intens dan pembentukan pustul

• Cepat menyebar ke batang tubuh dan ekstremitas bawah,

menyebabkan kondisi peradangan yang parah

• Seringkali diperoleh dari bulu binatang

Selain itu obat imunosupresi dianggap dapat meningkatkan risiko infeksi

dermatofit. Dalam satu studi oleh Woodfolk menunjukkan bahwa ada hubungan yang

sangat kuat antara asma dengan infeksi dermatofit terutama yang disebabkan oleh

genus Trichophyton. Studi ini menunjukkan bahwa infeksi Trichophyton dapat

memicu perkembangan asma dan penyakit alergi lainnya atau melalui mekanisme

hipersensitif dan hipersensitivitas lambat. Sedangkan Jones menyebutkan bahwa

paparan antigen jamur dapat merangsang respon inflamasi alergi pada saluran

pernapasan.Dalam studi lain menunjukkan bahwa asma dengan infeksi dermatofit

berkaitan terutama oleh genus Trichophyton, setelah pengobatan dengan obat anti-

jamur oral maka asma akan membaik5

Page 3: Tinea Cruris

III. Patogenesis

Tinea kruris biasanya timbul akibat perjalanan infeksi dari bagaun tubuh lain.

Penularan dapat terjadi melali kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau

tidak langsung melalui benda yang mengandung skoama yang terinfeksi, misalnya

handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel, dan lain – lain.1.2

Infeksi dermatofit terjadi melalui tiga mekanisme, yang pertama adalah

perleketan ( adherens ). Disposisi antara antospora atau hifa pada permukaan kulit

yang mudah dimasuki kemudian tinggal di stratum korneom, maka hifa harus

berkompetisi dari sinar ultraviolet, enzim spongiosin (diproduksi oleh kreatinosit),

dan asam lemak (diproduksi oleh kelenjar sebasea) yamg bersifat fungistatik. 2

Pada mekanisme kedua, hifa membentuk kolonisasi dengan cabang –

cabangnya dalam jaringan kreatin yang mati. HIfa ini akan memroduksi enzim

keratolitik yang mengadakan fusi atau penetrasi kedalam jaringan epidermis dan

merusak kreatinosit. Dermatofit akan mengahambat produksi dan kerja dari

kreatinosit. Adanya luka atau trauma pada kulit akan mempercepat proses penetrasi.2

Pada mekanisme ketiga adalah respon dari individu dalam hal ini sangat

bergantung pada status imun individu itu sendiri. Pertahanan melawan infeksi yang

menyebabkan ringrow, bergantung pada respon innate dan acquired dimana akhirnya

membutuhkan intervensi dari memori sistem imun. Respon imun type IV, delayed

type hypersensitifity, memegang peranan penting dalam dermatofit. Pada pasien yang

belum pernah mengalami infeksi dermatofit maka hanya timbul reaksi inflamasi yang

minimal, dan tes kulit negatif.2

IV. Gambaran Klinis

Gambaran klinis biasanya adalah lesi kulit dapat berbatas tegas pada daerah

genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus, dan perut

bagian bawah, atau bagian tubuh lain. Perdangan pada tepi lebih nyata daripada

daerah tengahnya. Efloresensi terdiri atas macam – macam bentuk primer dan

Page 4: Tinea Cruris

sekunder (polimorf). Bila penyakit ini menahun, dapat berupa bercak hitam disertai

sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan.3

Gambar 1. Skuama dan plak eritomatous yang berbats tegas pada daerah inguinal dan

daerah pubis.2

Tineakruris biasanya terlihat seperti eritema papulovesikel yang bnayak dan

batas tegas, tepinya meninggi biasanya gatal, seperti nyeri dengan maserasi atau

inferksi sekunder tineakruris dengan infeksi E.Floccosum kemungkinan lebih banyak

memperlihatkan bagian tengah yang kosong (central healing) dan sebgaian besar

sering terbatas pada daerah lipatan genitocrural dan tengah atas paha. Infeksi

T.Rubrum sering mengenai daerah pubis, perianal, bokong, dan perut bagian bawah.

Secara khas tidak mempengaruhi daerah genetalia.2

V. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, lokalisasi, gambaran klinis

yang khas dan pemeriksaan penunjang yang ditemukan elemn jamur pada

pemeriksaan kerokan kulit dengan miksroskopik langsung melalui larutan KOH 10 –

20%4 .

Page 5: Tinea Cruris

Pasien biasanya datang dengan keluhan gatal terutama jika sedang berkeringat

pada daerah intertriginosa dengan gambaran kulit berupa lesi anular yang eritema

yang dimulai dari papul, gatal macula berbatas tegas ataupun berupa plak.

Pinggirannya meninggi dan biasanya terdapat vesikel yang aktif sehingga dapat

melebar sentrifugal sedangkan pada bagian tengahnya terdapat skuama namun dapat

juga bersih, disebut central healing. Lesinya juga dapat anular. Penyakit dapat

bersifat unilateral dan asimetris atau dapat menjadi bilateral dan simetris.4

VI. Diagnosis Banding

Kandidiasis intertriginosa6

Gambar 2. Kandidiasis intergrinosa. Pada lipatan paha, terdapat pustul disekitar plak

eritema yang berskuama.6

Predileksi kandidiasi adalah daerah kulit yang lembab dan maserasi termasuk

intertriginosa. Seperti pada tinea kruris, lokasi genito-krural pun dapat terinfeksi.6

Page 6: Tinea Cruris

Pada kandidiasi intertrigonsa, tampak kulit maserasi, pruruitus, eritematosa

pada daerah intertriginosa dengan satelit vesikopustul. Pustul ini dapat pecah,

meninggalkan lapisan eritematosa dengan kolaret yang mudah diangkat dari

epidermis yang nekrosis.6

Infeksi oleh Candida albicans hampir menyerupai tinea kruris, namun

biasanya permukaanya lebih lembab, reaksi inflamasi juga melebihi tinea kruris dan

diasosiasikan dengan pustule satelit dan sisik koralet.6

Pada sediaan KOH 10% dan pewarnaan, tampak budding cell berbentuk oval

dengan filamen yang terhubung dari ujung satu ke ujung yang lain (pseudohifa) atau

hifa bersepta. Candida pun dapat tumbuh pada sediaan Saboroud Dextrose Agar yang

telah diberikan anti biotic dalam waktu 2 – 5 hari.6

Eritrasma1

Gambar 3. Eritrasma. Plak eritematosa dengan skuama tepi difus

Pada daerah genitocrural, lesinya tampak seperti plak datar memiliki batas

tegas berwarna merah kecoklatan, dan skuama superficial yang difus, Pada tinekruris,

biasanya memilki tepi skuama yang aktif dengan penyembuhan dari tengah.

Eritrasma sering kali tampak berwarna tembaga dan dengan peneriksaan

menggunakan lampu Wood, yang memberikan floresensi merah koral.7

Psoriasis

Page 7: Tinea Cruris

Predileksinya terutama pada ekstremitas bagian ekstensor, dengan kulit

kepala, lumbosakral bagian bawah, bokonh dan genetalia. Psoriasis biasanya

mengenai area yang memiliki rambut jadi labia minora tidak terkena.8

Lesi klasik psoriasis adalah plak merah yang berbatas tegas disertai dengan

skuama putih keperakan. Pada region anogenitalia biasanya tidak terdapat skuama.

Psoriasis biasa dikaitkan dengan sisik kolaret atau barisan serpiginosa dari pustule di

daerah sekitar lesi. Terdapat fenomena Kobner dan tanda Auspitz.8

Pada tinea kruris, terutama ketika ada pustule, tepi yang aktif dan ekstensi lesi

sampai ke bokong atau paha, dan tinea pedis atau unguium konkomitan.8

VII. PENATALAKSANAAN

1. Anti jamur topical

Pada umumnya, tinea korporis dan tinea kruris memerlukan terapi sekali sampai dua

kali sehari selama dua minggu. Pengobatan harus tetap dilanjutkan selama paling

kurang seminggu setelah gejala sembuh. Beberapa preparat yang terbaru memerlukan

hanya aplikasi sekali sehari dan jangka waktu penggunaan yang lebih pendek serta

frekuensi relaps lebih jarang.9

Anti jamur harus diaplikasikan sekurang-kurangnya 2 cm di luar lesi. Untuk luka

tertutup pada kulit tidak berambut, preparat topical seperti allyamine, imidazole,

tolnaflate, butonafine, atau ciclopirox terbukti efektif. Kebanyakan preparat anti

jamur diaplikasikan dua kali sehari selama 2 sampai 4 minggu.9

Page 8: Tinea Cruris

Adapun preparat yang sering digunakan untuk tinea kruris adalah :

a. Imidazole

Indikasi penggunaan imidazole topical yaitu : dermatofitosis seperti tinea

pedis/tinea magnum, tinea kruris, tinea korporis, dan tinea faciei (daerah

wajah yang tidak berjanggut); pityriasis versicolor; kandidiasis

mukokutaneus (kandidiasis oral, perleche); dan dermatitis seboroik.

Preparat sediaan imidazole :

- Ketokonazole 1% dan 2% dalam bentuk krim dan shampoo.

- Ekonazole 1% dalam bentuk krim.

- Oksikonzole 1% dalam bentuk krim dan losion.

- Klotrimazol 2% dalam bentuk krim, losion, bedak, cairan, dan spray.

- Mikonazol 2% dalam bentuk krim, losion, bedak, cairan, dan spray.

- Sertakonazol 2% dalam bentuk krim.

- Sulkonazol !% dalam bentuk krim dan cairan.9

b. Allylamine dan Benzylamine

Indikasi penggunaan Allylamine dan Benzylamine yaitu: dermatofitosis

seperti tinea pedis/tinea manum, tinea kruris, tinea korporis, tinea faciei

(daerah wajah yang tidak berjanggut); dan pityriasis versicolor.9

2. Anti jamur sistemik

Adapun preparat anti jamur yang sering digunakan untuk terapi sistemik untuk tinea

kruris adalah :

a. Griseofulvin

Griseofulvin merupakan obat lini pertama untuk pengobatan infeksi dermatofit

yang resisten terhadap terapi topical pada anak dan bersifat fungistatik.3

Dosis yang digunakan pada Griseofulvin microsize untuk dewasa adalah 0,5-1

gram per hari dan 10-20 mg/kg per hari selama 2-4 minggu.3

b. Imidazole

Itraconazole tersedia dala, bentuk kapsul 100 mg dan sirup 10 mg/ml. dosis pada

anak 3-5 mg/kg setiap hari selama hari selama seminggu. Pada orang dewasa

Page 9: Tinea Cruris

itraconazole 1 tablet sehari selama 15 hari untuk tinea kruris. Dosis melebihi 200

mg harus diberikan dalam 2 kali minum per hari.9

Fluconazole tersedia dalam tablet 50 mg, 100 mg, dan 200 mg dan suspensi 10

mg/ml dan 40 mg/ml. fluconazole diberikan pada orang dewasa dengan dosis

pemberian 50-100 mg setiap hari atau 150 mg per minggu selama 4-6 minggu

untuk pengobatan tinea kruris.9

c. Allylamine

Terapi tipikal menggunakan terbinafine untuk pengobatan infeksi jamur

superficial yang resisten terhadap pengobatan topical dilakukan selama 2

minggu. Pada orang dewasa terbinafine 250 mg per hari selama 1-2 minggu

efektif untuk tinea kruris. Pada anak, diberikan terbinafine dengan dosis 3-6

mg/kg per hari selama 1-2 minggu.9

VIII. PROGNOSIS

Melakukan kontrol pada tinea pedis dapat mengurangi jumlah kasus tinea kruris.

Pasien yang menderita tinea pedis atau kruris tidak diperbolehkan meminjamkan

handuk dan pakaiannya kepada orang lain, meskipun pakaian tersebut telah dicuci.

Pada iklim tropis, pengaturan pakaian seperti diatas dan pengobatan dini dari tinea

pedis dapat berpengaruh penting.4