pendahuluan 1 fol

42
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika),plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), catretrang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan. Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand, India, Philipina dan Indonesia. Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanind a la m Djatmika et al (1986) adalah: Kingdom : Animalia Sub-kingdom : M e ta z o a Phyllum : Chordata Sub-phyllum : Vertebrata 1

Upload: gathan-brahmantyo

Post on 04-Aug-2015

17 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendahuluan 1 Fol

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit

licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan

kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan

keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika),plamond (Thailand), ikan keli

(Malaysia), gura magura (Srilangka), catretrang (Jepang). Dalam bahasa Inggris

disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah

ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang

perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural,

yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele

berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada

musim penghujan. Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia.

Dibudidayakan di Thailand, India, Philipina dan Indonesia.

Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanind a la m Djatmika et al (1986)

adalah:

Kingdom : Animalia

Sub-kingdom : M e ta z o a

Phyllum : Chordata

Sub-phyllum : Vertebrata

Klas : Pisces

Sub-klas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub-ordo : Siluroidea

Familia : Clariidae

Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:

1) Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat),

ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).

2) Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih

(Padang).

3) Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais

(Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).

1

Page 2: Pendahuluan 1 Fol

4) Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat),

kaleh (Kalimantan Selatan).

5) Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang

(Kalimantan Timur).

6) Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish,

berasal dari Afrika.

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara

komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau jawa. Budidaya lele

berkembang pesat dikarenakan :

1. Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar

tinggi

2. Teknologi budidaya relative mudah dikuasai masyarakat

3. Pemasarannya relative mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relative rendah

Budidaya lele sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1m – 800m

dpi. Persyaratan lokasi baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik artinya

dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya

masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian di atas > 800m dpi.

Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala masssal harus tetap memperhatikan

tata ruang, dan lingkungan social sekitarnya artinya kawasan budidaya yang

dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan pemda setempat. Budidaya

lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah,

bak tembok atau bak plastic. Budidaya di bak tembok dan bak plastic dapat

memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marginal lainnya. Sumber air dapat

menggunakan aliran iigasi, air sumur(air permukaan atau sumur dalam), ataupun air

hujan yang sudah dikondisikan terlebih dahulu. parameter kualitas air yang baik

untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut :

Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan lele berkisar antara 22-32 C. suhu air akan

mempengaruhi laju pertumbuhan. Laju metabolism ikan dan nafsu makan ikan serta

kelarutan oksigen dalam air. PH air yang ideal berkisar antara 6-9. Oksigen terlarut di

dalam air harus >1mg/l. budidaya ikan lele sangkuriang dapat dilakukan dalam bak

plastic, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu

diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran

air.

2

Page 3: Pendahuluan 1 Fol

2. Maksud dan Tujuan

Untuk itu maka kesempatan berinvestasi dalam pembudidayaan lele terutama lele

sangkuriang dengan segala kelebihannya perlu ditindaklanjuti, karena pasar yang

terbuka cukup lebar sehingga manfaat yang dapat di ambil besar diantaranya :

1) Sebagai bahan makanan baik lele segar maupun lele olahan (abon lele, nugget lele,

kerupuk lele dan lain-lain)

2) Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati

penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing

darah dan lain-lain.

3. Visi dan Misi Usaha

a. Visi

Menjadi satu-satunya peternakan lele yang amanah, dengan lele berkualitas

tinggi, biaya rendah, permintaan tinggi, dan harga murah.

b. Misi

1) Memperbaiki kualitas gizi masyarakat Indonesia.

2) Menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran

3) Membantu meningkatkan jiwa wirausaha di kalangan muda

4) Menjadi salah satu perusahaan penyuplai kebutuhan lele di Jawa Barat

4. Lokasi Usaha

Lokasi usaha bertempat di Jalan Laswi Kp. Kawungsari RT 01/11 Kel.

Wargamekar Kec. Baleendah Kab. Bandung 40375

5. Factor kunci sukses

Kunci keberhasilan bagi budidaya lele adalah:

Budidaya menggunakan bibit lele sangkuriang yang merupakan bibit unggul

Kadaan kolam yang strategis

Managemen keuangan dan SDM yang professional

Disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap pekerjaan yang

ditanggung

3

Page 4: Pendahuluan 1 Fol

6. Gambaran Umum Bentuk Usaha

Kami adalah pembudidaya yang hanya melakukan pembesaran saja atau hanya

menghasilkan daging

Kami membeli benih kemudian membesarkannya dan menjualnya setelah

cukupuntuk dikonsumsi

Kami juga berencana untuk memproduksi makanan olahan dari lele seperti abon

lele,nugget,kerupuk,dll

7. Analisis pesaing

Pesaing

Banyaknya petani yang membudidayakan lele di wilayah Jawa Barat tidak membuat

kami pesimis karena faktanya lele yang dikomsumsi sehari-hari masih disuplai dari

luar Jawa Barat sehingga supplai dari Jawa Barat sendiri masih kurang

Resiko atau hambatan

Resiko yang dipertimbangkan dalam memulai dan mengembangkan usaha ini adalah:

1. Hama penyakit yang ada ketika budidaya berlangsung

2. Tingkat mortalitas(kematian) yang tinggi

3. Kedua resiko ini dapat diminimalisir dengan cara perawatan yang baik dan benar

berdasarkani bimbingan ahlinya.

Analisis SWOT

- Kelebihan

1. Masih tingginya permintaan pasar terhadap lele terlihat dari mahalnya

harga lele di pasar

2. Masih impornya perikanan Jawa Barat terutama lele dari luar kota

3. Memiliki cukup senggang untuk mengurus usaha

- Kekurangan

1. Keterbatasan modal yang dimiliki

2. Belum mampu untu melakukan pemijahan sendiri sehingga masih

membeli benih dari luar

4

Page 5: Pendahuluan 1 Fol

Ruang Kesempatan yang Tersedia

1. Banyaknya penjual lele di pasar menjadi nilai tambah karena berarti lele

masih mudah dalam pemasaran

2. Belum banyaknya pengembangan hasil produk makan berbahan dasar lele

menjadi wilayah olah sendiri

Ancaman dan Penanggulangannya

Banjir menjadi ancaman besar terhadap segala jenis tambak tidak

terkecuali lele. Untuk itu sudah jelas kami mencari lahan yang aman

dari banjir.

Hama seperti berang-berang, ular, biawak dan kepiting menjadi

penting untuk diperhatikan karena menurunkan jumlah produksi.

Untuk itu kami menanggulanginya dari membuat pagar hingga

mengadakan jebakan guna mengurangi jumlah kerugian

Penyakit juga bisa menyerang perikanan, untuk itu kami menggap

penting untuk menganalisis kualitas air dan kemungkinan tumbuhnya

penyakitdikarenakan adanya bibit-bibit penyakit juga persiapan lahan

yang matang menjadi salah satu factor penekanan terhadap

penyerangan penyakit ini. Kami juga mengadakan pemeriksaan rutin

terhadap lele dikarenakan kemungkinan terserang wabah juga besar

sehingga penting untuk ditanggulangi

Analisis pengembangan

Dikarenakan masih tingginya permintaan pasar terhadap lele sehingga

untuk pengembangan lahan dalam jumlah besar masih dirasa

memungkinkan jika hanya mengincar pasar yang sudah ada

Menciptakan pasar sendiri juga dinilai penting guna menambah nilai

penjualan dengan mengolah hasil pembudidayaan jadi produk olahan

yang dapat dikonsumsi secara instan

Mencipatakan momentum dan prestis dari produk lele juga menjadi

marketing pada hasil olahan lele sehingga tertancap pada benak

konsumen bahwa suatu kebanggaan atau kebiasaan mengonsumsi lele

pada waktu tertentu, tentunya dalam pengolahan produk lele berbentuk

lain

5

Page 6: Pendahuluan 1 Fol

BAB II

ASPEK YANG DIPERHATIKAN

1. Aspek Pasar

Jawa Barat menjadi pemasok utama ikan lele ke Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) rata-rata 100 ton per malam untuk melayani

warung-warung pecel lele di kawasan itu.

Jumlah pedagang pecel lele di Jabodetabek sekitar 25.000 kios. Rata-rata

permintaan 100 ton per malam, permintaan lele dari pedagang pecel lele itu sudah

berlangsung sejak lama sehingga produktivitas benih sangat menentukan untuk

menjaga kontinuitas pasokan. Permintaan 100 ton per malam itu baru dari

pedagang pecel lele di Jabodetabek, belum permintaan dari pedagang pecel lele di

sejumlah kota/kabupaten di Jawa Barat.

Potensi pasar lele cukup besar dan selama ini belum bisa terpenuhi. Budidaya lele

mudah dan bisa dilakukan dalam kondisi cuaca atau musim apapun. Pasokan lele

ke Jabodetabek dilakukan dari sejumlah daerah antara lain dari Subang, Bandung,

Purwakarta, Sukabumi dan Bogor.

Sejumlah daerah yang membutuhkan pasokan lele dalam jumlah besar lainnya

adalah Bandung, Cirebon, Tasikmalaya. Namun permintaan dari kawasan

Jabodetabek meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Permintaan

pasar terus meningkat, demikian halnya permintaan benihnya. Sehingga Jabar

belum bisa mengekspor benih seperti Jatim.

Pengembangan budidaya ikan lele meningkat sejak tahun 1985 sejak maraknya

jenis ikan lele dumbo, namun pengelolaan induk kurang baik sehingga lele dumbo

mengalami penurunan kualitas. Di Jawa Barat, khususnya di Balai Pengembangan

Budidaya Air Tawar (BPBAT) Cijengkol Subang telah dikembangkan pencetakan

induk lele sangkuriang dalam rangka memperbaiki kualitas.

2. Aspek Teknis

a. Persyaratan Lokasi

1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah

liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat

6

Page 7: Pendahuluan 1 Fol

digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam

pekarangan, kolam kebun, dan blumbang.

2) Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang

tingginya maksimal 700 m dpl.

3) Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.

4) Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat

dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.

5) Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi

tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.

6) Ikan lele dapat hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara 25-280

C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-

300C dan untuk pemijahan 24-280 C.

7) Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya

cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.

8) Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri,

atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan

ikan.

9) Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan

makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.

10) Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau

daundaunan hidup, seperti enceng gondok.

11) Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100

ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–

60 cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm

untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2

kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.

12) Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :

a. Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.

b. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.

c. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.

d. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah

dipasang.

e. Kedalaman air 30-60 cm.

b. Penyiapan Sarana dan Peralatan

7

Page 8: Pendahuluan 1 Fol

Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak

terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan.

Bentukdan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik

dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat

permanen. Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas

dari pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan

airnya harus dipertahankan.

Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan.

Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air

(plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi. Prakiraan

kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi :

- Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50

- Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40

- Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30

c. Penjarangan:

1. Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan

lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan

kolam tidak seimbang.

- Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :

- Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.

- Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu

mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang

lebih besar).

- Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2

kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.

d. Pemberian pakan:

1. Minggu pertama diberi pakan F999 setiap hari.

2. Minggu ketiga diberi pakan F781-2 dan pakan tambahan setiap hari

3. Minggu kelima diberi pakan F781 dan pakan tambahan setiap hari

e. Pemeliharaan Pembesaran

1) Pemupukan

8

Page 9: Pendahuluan 1 Fol

a. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk

menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan

alami bagi benih lele.

b. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan

dosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20

gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya dibiarkan

selama 3 hari.

c. Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan

selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat

atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang

tumbuh sebagai makanan alami lele.

d. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar. 2)

Pemberian Pakan

f. Pakan

a. Makanan Alami Ikan Lele

1. Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan

serangga air.

2. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome),

Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome),

ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).

3. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.

4. Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.

b. Makanan Tambahan

1. Bangkai ayam dan ikan

2. Isi daleman ikan

3. Darah hewan

4. Keongmas dan bekicot

g. Pemberian Vaksinasi

Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:

a. Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang

berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan

dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan

kebal selama 6 bulan.

9

Page 10: Pendahuluan 1 Fol

b. Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan menyutik

dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.

c. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele

dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.

h. Pemeliharaan Kolam/Tambak

a. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk

memberantas hama dan bibit penyakit.

b. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti

semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2 malam.

c. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan

dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama satu minggu.

Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian

dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.

d. Hama dan Penyakit

1. Hama

Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung

mengganggu kehidupan lele.

Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang

lele antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga,

musang air, ikan gabus dan belut.

Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering

menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara

intensif tidak banyak diserang hama.

2. Penyakit

Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme

tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang

berukuran kecil.

a. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas

hydrophylla

Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang

terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk

bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron. Gejala: iwarna tubuh

menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-

megap di permukaan air. Pengendalian: memelihara lingkungan

10

Page 11: Pendahuluan 1 Fol

perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air. Pengobatan

melalui makanan antara lain:

1) Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama

7–10 hari berturut-turut.

2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.

b. Penyakit Tuberculosis

Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh ikan

berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada

hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-

putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip.

Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam.

Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5

gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.

c. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.

Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati

atau ikan yang kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi

sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan

yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip,

dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut

diliputi benang seperti kapas. Pengendalian: benih gelondongan

dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5–3

ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate

0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.

d. Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis

Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-

kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut

Ichthyophthirius multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat

lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik

berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering

menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.

Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.

Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi

pada campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan

Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam,

11

Page 12: Pendahuluan 1 Fol

kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3

hari.

e. Penyakit Cacing Trematoda

Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing

Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus

menyerang kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi

luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan

terganggu.

Pengendalian:

1) direndam PK 250 cc/m3 air selama 15 menit;

2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam;

3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium -Permanganat

(KMnO4) 0,01% selama @30 menit;

4) memakai larutan NaCl 2% selama @ 30 menit; dapat juga

memakai larutanNH4OH 0,5% selama @ 10 menit.

f. Parasit Hirudinae

Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.

Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit,

sehingga menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu

diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan

Diterex 0,5 ppm. 7.2. Hama

Kolam/Tambak Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus

dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus

segera diubah, misalnya :

1) Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air

diganti dengan yang suhunya lebih dingin.

2) Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.

3) Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus

segera diganti.

4) Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.

i. Panen

Penangkapan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:

12

Page 13: Pendahuluan 1 Fol

1) Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-

waktu dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200

gram/ekor.

2) Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan

3-4 bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu

pemeliharaan ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan

panjang 60-70 cm.

3) Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu

kepanasan.

4) Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan

menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.

5) Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih

dahulu.

6) Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan

bersamaan dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.

7) Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa

selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya

hilang.

8) Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.

Pembersihan

Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:

1) Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur

sebanyak 20-200 gram/m2 pada dinding kolam sampai rata.

2) Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan

permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.

3) Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan

sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit

yang ada di kolam.

j. Pascapanen

1) Setelah dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perut ya. Sebelum

dibersihkan sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukul

kepalanya memakai muntu atau kayu.

2) Saat mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena

dapat menyebabkan daging terasa pahit.

13

Page 14: Pendahuluan 1 Fol

3) Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai

ragam masakan.

3. Aspek SDM

Sumber Daya Manusia dilakukan oleh sendiri dengan melakukan konsultasi rutin

kepada ahlinya yang tergabung dalam Kelompok Tani Budidaya Lele

4. Aspek Sosial

Kebutuhan akan kecukupan gizi seperti protein yang tinggi di masyarakat mendorong

untuk mencari varian baru dari lauk berkadar protein tinggi yang terjangkau selain

telur. Ikan merupakan salah satu penyumbang protein selain telor.

5. Aspek Lingkungan

Penggunaan bahan obat penyakit dan penanggulangan hama harus dengan kadar

rendah hingga tinggi dengan melihat dampak yang terjadi di lingkungan budidaya.

Contoh Model budi daya Ikan Lele Menurut Jenisnya

A. Lele Dumbo

Peluang usaha Budidaya lele dumbo dengan kolam terpal dapat dilakukan dalam

beberapa bentuk antara lain, tujuan pembibitan dan tujuan konsumsi. Budi daya Ikan

Lele Dumbo sebagai bibit merupakan upaya memenuhi kebutuhan bibit yang terus

meningkat seiring dengan permintaan Ikan Lele Dumbo Konsumsi. Budidaya Ikan

Lele Dumbo Konsumsi merupakan upaya memelihara Ikan Lele Dumbo sampai

ukuran dan bobot tertentu. Biasanya dari berat 1 ons per ekor ikan lele dumbo sampai

1 kg per ekor. Ukuran Lele Dumbo 1 Kg /ekor  ke atas biasanya digunakan pada

kolam pemancingan yang berisi Lele dumbo.

 

14

Page 15: Pendahuluan 1 Fol

Salah Satu Model Kolam Terpal Lele Dumbo

Budidaya Lele Dumbo Untuk Pembibitan

Peluang Usaha Budidaya Lele dumbo Untuk tujuan pembibitan bisa dilakukan

antara lain:

Pemijahan dan penetasan telur lele dumbo, setelah menetas bisa dijual kepada

peternak lain untuk dibesarkan atau dipelihara lagi sampai besar. Karena bibit

lele dumbo baru menetas sudah bisa dijual, sehingga merupakan peluang

usaha bagi yang memilih menekuni bidang ini. Jika lahan yang tersedia

sempit solusi ini bisa menjadi alternatif. Modal untuk usaha ini hanya tempat

dan indukan lele dumbo. Bibit Lele dumbo baru menetas biasanya dihargai

berdasarkan perkiraan jumlah anakan Lele Dumbo, yang ditentukan

berdasarkan bobot induk dan jumlah induk Lele Dumbo.

Penyediaan Bibit Ukuran 2-3 cm, dalam kurun waktu satu bulan setelah

menetas bibit lele dumbo telah mencapai ukuran 2-3 cm dan siap untuk dijual

ke pasaran. Pembesaran benih lele dari menetas hingga ukuran ini idealnya

ditempatkan pada kolam lumpur atau sawah, sehingga memerlukan lahan

yang relatif luas. Meski di kolam terpal tetap bisa dilakukan tetapi tidak bisa

dalam jumlah yang besar, meski demikian peluang usaha tetap terbuka.

Pembesaran Lele Dumbo pada bak  atau kolam terpal pada ukuran ini

memerlukan makanan tambahan berupa pelet buatan pabrik.

15

Page 16: Pendahuluan 1 Fol

Penyediaan Bibit ukuran 5-7 cm, pada ukuran 5-7 cm benih lele dumbo siap

dijual sebagai bibit yang mendatangkan peluang usaha. Biasanya ukuran ini

dipelihara oleh peternak sampai ukuran layak konsumsi.

Pemeliharaan Lele Dumbo Untuk Konsumsi

Lele dumbo untuk keperluan konsumsi biasanya dipelihara mulai dari ukuran 5-7 cm

atau lebih besar, untuk hasil panen cepat bisa dilakukan dalam waktu 2 bulan dengan

pemberian makanan yang ekstra dan optimal. Peluang usaha budidaya lele dumbo

untuk konsumsi ini relatif lebih mudah karena ukuran lele yang besar lebih tahan

terhadap penyakit, dan tingkat hidup lebih tinggi. Untuk mendapatkan ukuran lele

dumbo yang lebih besar memerlukan waktu 3 sampai 4 bulan.

Persiapan Pembuatan Kolam Terpal

Persiapan untuk budi daya lele dumbo dengan kolam terpal meliputi persiapan lahan

kolam , persiapan material terpal ,dan persiapan perangkat pendukung. Lahan yang

perlu disediakan disesuaikan dengan keadaan dan jumlah lele yang akan dipelihara.

Untuk Pembesaran sampai tingkat konsumsi bisa digunakan lahan dengan ukuran 2 x

1x 0.6 meter, yang bisa diisi dengan 100 ekor lele dumbo ukuran 5-7 cm. Model

pembuatan kolam bisa dengan menggali tanah kemudian diberi terpal atau dengan

membuat rangka dari kayu yang kemudian diberi terpal. Cara pertama lebih membuat

terpal tahan lebih lama.

Pemeliharaan Lele Dumbo

Pertama kali kolam terpal diisi dengan air

yang tidak terlalu dalam terlebh dahulu,

untuk lele dumbo ukuran 5-7 cm bisa diisi

air 40 cm terlebih dahulu, agar ikan tidak

terlalu capek naik dan turun dasar kolam

untuk mengambil oksigen, seiring dengan

bertambahnya usia dan ukuran kedalaman

air ditambah. Perlu disediakan pula rumpon atau semacam perlindungan untuk lele.

Karena lele merupakan ikan yang senang bersembunyi di daerah yang tertutup.

Pemberian pakan dilakukan dengan pemberian pelet sehari dua kali, lebih bagus lagi

lebih dari dua kali tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Jika di lingkungan tersedia

pakan alami seperti Bekicot, kerang, keong emas, rayap dan lain-lain, bisa diberikan

16

Page 17: Pendahuluan 1 Fol

makanan alami tersebut. Makanan alami selain bisa menghemat pengeluaran juga

memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga pertumbuhan lele dumbo lebih

cepat. Selain itu ada beberapa teknologi yang bisa dipakai untuk mempercepat

pertumbuhan ikan lele dan ikan lainnya.

Meski Lele dumbo tahan terhadap kondisi air yang buruk ada baiknya perlu diganti

air sekitar 10-30% setiap minggu, agar kolam tidak terlalu kotor dan berbau. Penyakit

pada ikan lele mudah menyerang pada air yang kotor. Pada usia satu bulan atau jika

diperlukan perlu dilakukan seleksi dan pemisahan lele yang memiliki ukuran yang

berbeda. Biasanya lele mengalami pertumbuhan yang tidak sama, sehingga jika tidak

dipisahkan lele dengan ukuran kecil akan kalah bersaing dalam berebut makanan.

Selain itu pisahkan jika ada ikan yang terindikasi terserang penyakit agar tidak

menular.

B. Lele Organik

“SISTEM LELE ORGANIK VERSI BANGUN“ perlu dikembangkan karena sistem

ini sudah memadai kata Ir. Moh Abduh Nurhidayat, M.Si.Direktur Produksi

Budidaya Air Tawar Dirjen Budidaya Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan

Menabur sludge

Rabu,12-9-2012 saat kunjungan kerjanya di Kabupaten Kediri dan melihat langsung

kekolam pembudidaya lele organik versi Bangun di Desa Paron Kecamatan Ngasem

Kabupaten Kediri.

17

Page 18: Pendahuluan 1 Fol

Bangun mengatakan bahwa sistem lele organik tersebut bukan kompos atau kotoran

sapi yang dikumpulkan terus dimasukkan kekolam begitu saja. Perlu diketahui bahwa

kompos yang ditaburkan kekolam adalah kompos yang telah difermentasi (Sludge)

sehingga kompos sudah gembur/lembut dan tidak berbau. Teknik ini dikembangkan

Pak Bangun.

 

 

Budidaya dan persiapan sistem lele organik versi Bangun

Air tidak berbau siap tabur benih

Asumsi :

-       Kolam ukuran 3 x 6 m

-       Ketinggian air 80 s/d 100 Cm

-       Padat penebaran 350 s/d 400 per m ³

-       Masa budidaya 90 hari

-       Lokasi kolam yang kena Matahari langsung dan maksimal.

 

Cara persiapan yang benar :

-       Kolam dikeringkan dan dilabur dengan kapur gamping.

18

Page 19: Pendahuluan 1 Fol

-       Masukan Sludge setebal 5 s/d 10 Cm lalu dimasukkan air ± 10 Cm dari

permukaan Sludge kemudian masukkan probiotik 5 ltr, aduk sampai rata biarkan

selama 5 hari,

-       Tambahkan air lagi sebanyak ± 30 Cm dan probiotik 2,5 ltr, biarkan sampai 5

hari.

-       Setelah 5 hari tersebut masukan kembali air sebanyak ± 30 Cm lalu probiotik 2,5

ltr,biarkan sampai 5 hari.

-       Tambahkan air ± 20 Cm dan bibit siap masuk.

Kolam-pembesaran 

Cara memilih bibit yang baik:

-       Pilih bibit yang aktif, kuat dan bebas dari jamur

-       Bibit sudah di stererilisasi dari pembibitan

-       Tidak ada cacat,luka dan kumis putus.

-       Bibit minimal ukuran 4 – 5.

-       Bibit ditebar pada waktu dingin ( Jam 18.00 s/d jam 09. 00 )

Managemen Air

-       Kondisikan air berwarna coklat.

-       Air perlu diganti / disirkulasi atas apabila tedapat buih dan berlendir.

-       Jangan ganti air jika tidak ada gejala diatas tersebut.

-       Air agak bau perlu ditambahkan probiotik 5 ppm pada waktu matahari terik ( jam

8 pagi – jam 1 siang.)

Kelebihan – Kelebihan

19

Page 20: Pendahuluan 1 Fol

-       Angka kehidupan lebih tinggi.

-       Pakan lebih irit

-       Air tidak perlu diganti

-       Lebih ekonomis.

C. Budidaya Lele Sangkuriang

Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil

melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi

nama lele “Sangkuriang”.

Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong

omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton,

cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha

budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh

besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik

pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka

peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan

20

Page 21: Pendahuluan 1 Fol

tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.

Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada

di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar

yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan

diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil

perbaikan ini, diberi nama “Lele Sangkuriang”. Induk lele Sangkuriang merupakan

hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua

(F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi

yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua

lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6

merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk

dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk

betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).

Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m – 800 m

dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya

dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya

masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi.

Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan

tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang

dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.

Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di

kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik

dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.

Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur

dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air

yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:

1. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C.

Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan

napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.

2. pH air yang ideal berkisar antara 6-9.

21

Page 22: Pendahuluan 1 Fol

3. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.

Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau

kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah

pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.

Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang

dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan

kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar

kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air

(monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.

Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu

pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok

yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian

kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan

tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang

dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu

hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang

dengan bantuan pipa berbentuk “L” mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air

kolam.

Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan

ada yang lolos keluar/masuk.

Pelaksanaan

Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan

adalah tentang kesiapan kolam meliputi:

a.Persiapan kolam tanah (tradisional)

Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan

tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan

memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan

padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam

tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).

Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah

22

Page 23: Pendahuluan 1 Fol

pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk

pemanenan).

Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas

hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan

adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam

dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya

apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan

sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat

di kolam.

Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700

gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.

Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring

Kemudian dilakukan pengisian air kolam.

Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan

tumbuhnya makanan alami.

b. Persiapan kolam tembok

Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam

tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk

panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.

c. Penebaran Benih

Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan

merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan

dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10

menit.

Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat

udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu

(perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi

sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan

dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan

yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan

diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air.

Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.

d. Pemberian Pakan

23

Page 24: Pendahuluan 1 Fol

Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu

pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan

sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian

pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan

dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan

1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan

perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.

e. Pemanenan

Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama

130 hari, dengan bobot antara 200 – 250 gram per ekor dengan panjang 15 – 20

cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan

berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan

menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan

menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar

kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas

bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan

lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang

dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-

ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan.

Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan

ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah

air yang sedikit.

Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada

permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran,

penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan.

Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan

organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina

sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.

Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang

direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan

penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan

pemasangan plastik di sekeliling kolam.

Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan

24

Page 25: Pendahuluan 1 Fol

budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan

dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.

Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan

baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam

meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran,

pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan.

Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan

kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan

pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air

kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.

Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara

terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.

Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.

Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan

pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar

kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.

Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.

Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit.

Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium

Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5

ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).

Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK

Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik

Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.

Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah

daya tahan ikan.

25

Page 26: Pendahuluan 1 Fol

BAB III

ANALISA KEUANGAN

1. Modal

Modal yang kami miliki berasal dari modal sendiri dan investor.

2. Aliran Modal

Ada dua jenis pengeluaran dalam bisnis lele, biaya awal dan biaya operasional.

Perincian biaya awal dan biaya operasional antara lain sebagai berikut:

a. Biaya awal

Biawa awal adalah biaya yang hanya dikeluarkan satu kali,

perinciannya sebagai berikut:

No Nama Quantity SatuanHarga

SatuanTotal

Masa

Guna

1 Kolam 1 Tahun

a. terpal 10 Lembar Rp. 50000 Rp. 500000

b. bambu 20 Buah Rp. 5000 Rp. 100000

c.paralon 10 Buah Rp. 20000 Rp. 200000

d.kawat & paku 1 Set Rp. 50000 Rp. 50000

Jumlah Rp. 850000

2 Pompa air &

selang

1 Set Rp.500000 Rp. 500000 5 Tahun

3 Alat Pelengkap 1 Set Rp.400000 Rp. 400000 4 Tahun

Jumlah Rp.1.750.000

b. Biaya Produksi

Biaya Produksi dibagi menjadi dua, yaitu Tetap dan biaya Variabel.

No Nama Total

26

Page 27: Pendahuluan 1 Fol

Biaya Tetap

1 Penyusutan kolam ( 850.000 : 4 ) Rp. 212.500

2 Penyusutan pompa ( 500000 : 20 ) Rp. 25.000

3 Penyusutan alat lengkap ( 400000 : 16 ) Rp. 25.000

Jumlah Rp. 262.500

Biaya Variabel

1 Bibit lele ( 10000 ekor ) x @125 Rp. 1.250.000

2 Pakan 4 karung ( F999,781-2,781 ) Rp. 900.000

3 Listrik Rp. 100.000

4 Obat-obatan Rp. 100.000

5 Operasiaonal Rp. 100.000

Jumlah Rp. 2.450.000

Sehingga Total Biaya Produksi yang dibutuhkan meliputi:

Biaya awal+ Biaya Produksi = Total Biaya Produksi

Rp.262.000 + Rp.2.450.000= Rp.2.712.500

c. Keuntungan

Dari investasi awal tersebut maka dapat dihitung cash flow (dengan

asumsi bahwa minimal lele panen 4 kali dalam setahun dan jumlah

tingkat kehidupan hanya 80% yang nantinya dapat kami naikkan di

atas 95%)

Bibit Tingkat

Kehidupan

Jumlah 8 ekor

per Kg

Harga / Kg Total

10000 80% 0,125 Rp.10.000 Rp.10.000.000

Keuntungan ini merupakan perhitungan minimal karena kita

menghitung tingkat mortalitas sebesar 20% :

Keuntungan= Total jual-Biaya Produksi

= Rp.10.000.000 - Rp.2.712.500

= Rp.7.287.500

27

Page 28: Pendahuluan 1 Fol

Keuntungan rata-rata perbulan= Keuntungan : 3

Rp.7.287.500 / 3 = Rp.2.429.166,67

Break Event Point (BEP)

BEP harga=Biaya Tetap :1-Biaya Variabel / Pendapatan

= Rp.262.500 : 1- Rp.2.712.000/ Rp.10.000.000

= Rp.262.500 : 0,73

= Rp.359.589,04

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Usaha budidaya lele terutama untuk varietas baru yaitu lele sangkuriang sangat

terbuka pasarnya. Ditambah kebutuhan akan lele yang belum terpenuhi dibeberapa

tempat mendorong usaha ini untuk maju. Dengan ditunjang karakteristik lele tersebut

yang berdaging tebal dan cepat sekali pertumbuhannya dibanding dengan lele dumbo.

2. Rekomendasi

Usaha ini layak untuk dicoba karena peluangnya yang tinggi, bahkan bisa menjadi

produk subtitusi dari lele dumbo.

28