naskah publikasi hubungan antara motif...
TRANSCRIPT
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIF BERPRESTASI DENGAN
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIORS PADA
KARYAWAN PT. GE LIGHTING INDONESIA,
JOGJAKARTA
Oleh :
Vika Wijayanti
Sus Budiharto
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA MOTIF BERPRESTASI DENGAN
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIORS PADA KARYAWAN
PT.GE LIGHTING INDONESIA, JOGJAKARTA
Telah Disetujui Pada Tanggal
___________________
1. Sus Budiharto S.Psi., M.Si., Psi ___________________
HUBUNGAN ANTARA MOTIF BERPRESTASI DENGAN
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIORS PADA KARYAWAN PT.GE
LIGHTING INDONESIA, JOGJAKARTA
Vika Wijayanti
Sus Budiharto
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara motif berprestasi dengan Organizational Citizenship Behaviors (OCB) pada karyawan PT. GE Lighting Indonesia, Jogjakarta. Dugaan awal atau hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah semakin tinggi motif berprestasi, semakin tinggi pula OCB karyawan. Sebaliknya, jika semakin rendah motif berprestasi, maka akan semakin rendah pula OCB pada karyawan. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan-karyawati PT. GE Lighting Indonesia, Sleman, Yogyakarta, yang berusai 24-50 tahun dan memiliki masa kerja minimal satu tahun. Teknik pengumpulan data berbentuk angket yaitu Skala OCB dan skala Motif Berprestasi. Skala OCB disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Organ, dkk (Munchinsky, 2003) dan Van Dyne et al. (Welch dkk, 2002) sebanyak 28 aitem dan skala motif berprestasi yang merupakan hasil modifikasi dari alat ukur yang disusun oleh Komalasari (2007) dengan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Hufman, dkk (Komalasari, 2007) sebanyak 24 aitem. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS 12,0 for windows untuk menguji apakah terdapat hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan OCB pada karyawan. Korelasi product moment Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0,778 dengan p = 0,00 sehingga p<0,01. Hal ini menunjukkan hubungan positif yang sangat signifikan antara motif berprestasi dengan OCB pada karyawan. Semakin tinggi motif berprestasi, semakin tinggi pula OCB karyawan. Sebaliknya, jika semakin rendah motif berprestasi, maka akan semakin rendah pula OCB pada karyawan. Jadi hipotesis penelitian ini diterima. Kata Kunci : OCB, Motif Berprestasi
HUBUNGAN ANTARA MOTIF BERPRESTASI DENGAN
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIORS PADA KARYAWAN
PT. GE LIGHTING INDONESIA, JOGJAKARTA
Pengantar
Karyawan merupakan ujung tombak keberhasilan suatu perusahaan. Ini
disebabkan karena karyawan yang menjalankan apa yang harus dilakukan perusahaan
dalam usaha melaksanakan tujuannya. Meskipun wewenang perintah berada pada
pimpinan, namun jika karyawan tidak melaksanakan dengan baik maka tujuan dari
apa yang harus diwujudkan tentu tidak akan tercapai dengan baik ( Munandar, 2001)
Beragam orang yang berada didalam perusahaan mengakibatkan beragam pula
sifat dan karakteristik serta kepribadian para karyawan tersebut. Ada karyawan yang
lebih senang melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya sendiri, yang terpenting
pekerjaannya selesai. Ia tidak peduli dengan pekerjaan rekannya yang belum selesai.
Namun ada pula karyawan yang akan dengan senang hati membantu pekerjaan rekan
kerjanya yang belum selesai setelah ia menyelesaikan tugas-tugasnya. Karyawan
tersebut juga bersedia menggantikan shift rekan kerjanya jika berhalangan hadir
dengan senang hati. Hal ini biasanya dilakukan seorang karyawan yang memiliki
kepuasan dalam bekerja dan ia wujudkan dalam perilaku membantu orang lain
bahkan tanpa diminta. Ia akan hadir di tempat kerja tepat waktu dan melakukan
tugas-tugas melebihi tuntutan perannya serta membantu orang lain. Biasanya perilaku
ini tidak berkaitan secara langsung atau eksplisit dengan sistem reward dan bisa
meningkatkan fungsi efektif organisasi (Purnomo, 2006). Perilaku-perilaku tersebut
dikenal dengan sebutan Organizational Citizenship Behaviors ( OCB ), yaitu suatu
bentuk pertukaran sosial (social exchange) yang ada diluar kontrak kerja formal
karyawan dan perusahaan. Beberapa contoh perilaku prososial yang termasuk
didalam OCB adalah seperti yang telah disebutkan diatas yaitu menolong karyawan
lain, menggantikan shift karyawan lain saat ia tidak bisa hadir, dan lain-lain
(Purnomo, 2006)
Praktek perilaku organizational Citizenship di Indonesia sendiri secara
keseluruhan belum mencapai tingkatan yang maksimal. Masih banyak ditemui sikap
dan perilaku karyawan yang cenderung semaunya, sering membolos, hanya mencari
keuntungan diri sendiri, meninggalkan jam keja untuk kepentingan diri sendiri, tidak
patuh pada aturan kerja, dan lainnya yang tidak mencerminkan perilaku
organizational citizenship (Purnomo, 2006). Umumnya karyawan kurang memiliki
inisiatif sendiri untuk bekerja dengan baik. Diperlukan adanya tekanan dahulu dari
pihak atasan baru kemudian mereka akan memperbaiki kinerjanya. Kebanyakan
karyawan berpendapat baik tidaknya pekerjaan mereka tidak berpengaruh pada
imbalan yang mereka dapatkan (Dana&Hasanbasri, 2007).
Seperti pada sebuah harian yang memuat mengenai seorang marketing manager
sebuah perusahaan transportasi yang mendapat info dari kepala HRD bahwa banyak
karyawan yang bersikap semaunya terhadap para komsumen maupun klien
perusahaan yang menjadi pelanggan. Keluhan ini disampaikan sendiri oleh para
konsumen/klien tersebut. Bentuk-bentuk perilaku karyawan yang semaunya itu antara
lain adalah mulai dari cara menerima telepon yang tidak ramah, satpam berperilaku
jenderal, hingga bagian administrasi yang selalu sibuk ngobrol dengan teman sendiri
saat melayani pelanggan (http://www.suaramerdeka.com/harian/0511/24/eko04.htm).
Sementara itu pada harian yang sama juga memuat keluhan dari seorang pengusaha
garmen yang mengeluhkan tindakan para karyawannya yang molor waktu liburannya.
Biasanya, karyawan masih saja merasa waktu libur yang diberikan kurang. Sehingga
tak jarang hal ini membuat produksi perusahaan tersebut menjadi terbengkalai
(http://www.suaramerdeka.com/harian/0510/27/eko06.htm).
Menurut Rifqi (http://adln.lib.unair.ac.id/2007) perilaku Organizational
Citizenship merupakan perilaku yang sangat dibutuhkan bagi peningkatan kinerja
sebuah institusi. Walaupun perilaku ini dilakukan secara sukarela namun mampu
memberikan kontribusi positif bagi organisasi.
Pengertian Organizational Citizenship Behaviors (OCB) sendiri adalah OCB
merupakan suatu perilaku seseorang yang berhubungan dengan pekerjaan yang
berada di luar deskripsi yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi/perusahaan, yang
dilakukan seseorang secara sukarela guna meningkatkan efektivitas suatu
organisasi/perusahaan dan meliputi faktor-faktor seperti kesetiaan terhadap
organisasi, mematuhi peraturan organisasi, dan berpartisipasi dan bertanggungjawab
terhadap tugas atau pekerjaan dengan “standar ideal yang baik”. Adapun aspek-aspek
yang terkandung dalam OCB adalah Altruism, Conscientiousness, Courtesy,
Sportmanship, Civic Virtue, (Organ dkk dalam Muchinsky 2001) Loyalty, Obedience,
dan Participation (Van Dyne dalam Welch dkk, 2002) . Sementara itu adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi OCB antara lain adalah pertama motif, yaitu daya
penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai
tujuan tertentu. Motif sendiri menurut McClelland terdiri dari motif berprestasi, motif
afiliasi dan motif kekuasaan (Hardaningtyas, 2004), kedua perilaku prososial, yaitu
perilaku sosial yang positif, konstruktif dan bermakna membantu (Muchinsky, 2003),
ketiga, performance evaluation atau evaluasi kinerja yang dimaksudkan untuk
memberikan penilaian terhadap capaian kinerja yang telah diperoleh seorang
karyawan dalam kurun waktu tertentu, apakah masih membutuhkan training atau
yang lainnya. Evaluasi kinerja ini bisa dijadikan pedoman dalam rangka promosi
karyawan, transfer atau pemutusan hubungan kerja (Muchinsky, 2003). Keempat,
organizational justice atau keadilan organisasi yaitu perlakuan adil yang didapatkan
karyawan dari perusahaan tempat mereka bekerja. Jika karyawan percaya bahwa
mereka telah diperlakukan secara adil maka mereka akan dengan senang hati
mempertahankan perilaku positif mereka dalam bekerja (Muchinsky, 2003). Kelima,
kepuasan kerja yang dipersepsi melalui keadilan. Artinya, kepuasan kerja pada
dasarnya didapat dari perlakuan dan prosedur yang adil dari pihak atasan/pimpinan
(Robbins, 2006).
Motif berprestasi termasuk dalam salah satu Trichotomy Of Needs yang
merupakan teori dari David McCllelland. Motif lain dalam teori ini adalah motif
untuk bersahabat dan motif untuk berkuasa (http://www.stttelkom.ac.id/staf/AAS/
Modul % 20Organizationa l% 20 Behavior /MATERI %204 %20OB.ppt). Kebutuhan
akan prestasi (n.Ach) merupakan daya penggerak yang dapat mendorong seseorang
untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas yang dimilikinya untuk mencapai
prestasi kerja yang maksimal dan menghasilkan pujian dari pihak lain (Hasibuan,
2005).
Dari riset mengenai kebutuhan akan prestasi, McClelland menemukan bahwa
mereka yang meraih prestasi tinggi membedakan diri mereka dengan orang lain
berdasarkan pada keinginan mereka untuk menyelesaikan apa yang sedang ia
kerjakan dengan cara yang lebih baik (Robbins, 2003).
Menurut McClelland, motif berprestasi adalah keinginan untuk mencapai suatu
standar keunggulan atau sebuah keinginan untuk mencapai kesuksesan dalam sebuah
situasi kompetitif (Iwanaga dkk, 2007). McClelland (1987) menunjukkan bahwa
kebutuhan yang kuat untuk berprestasi berkaitan dengan seberapa besar orang
tersebut termotivasi untuk melaksanakan tugasnya.
Motif berprestasi adalah keinginan yang ada dalam diri setiap manusia untuk
menghadapi berbagai tantangan dan hambatan demi mencapai suatu hasil kinerja
yang baik dan dengan predikat terpuji. Menurut Huffman dkk (Komalasari, 2007),
ciri-ciri yang tampak pada tingkah laku orang yang memiliki motif berprestasi tinggi
adalah cenderung menyukai tugas yang memiliki tantangan, lebih tertarik pada karir
dan tugas-tugas yang mengandung kompetisi dengan adanya peluang untuk tampil
meyakinkan, bersedia menerima umpan balik atas prestasi yang dicapainya, bersedia
bertanggung jawab atas pekerjaan yang ia lakukan, bersedia mengorbankan waktu
untuk menyelesaikan tugas yang sulit, dan bekerja untuk memperoleh pencapaian
yang lebih dari orang lain.
Menurut Organ (Hardaningtyas, 2004) masyarakat yang berorientasi pada
prestasi memperlihatkan performance OCB sebagai suatu kontribusi yang positif
terhadap tempat kerja, membantu unit tersebut untuk bekerja lebih efisien. Secara
mendasar, masyarakat yang memiliki keinginan kuat untuk berprestasi baik akan
selalu memperlihatkan OCB setiap saat sesuai dengan kapasitas dan standar
kemampuan yang dimilikinya. Hal ini mengingat pentingnya motivasi berprestasi
bagi pembangunan nasional, dan bagi perusahaan pada khususnya. Dari sisi yang
lain, masyarakat yang memiliki orientasi pada pencapaian prestasi akan dilihat
sebagai orang-orang yang inovatif dan kreatif dan sadar betul mengenai apa saja yang
harus ia kerjakan.
Motif berprestasi menjadi komponen yang sangat berperan dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Karyawan yang memiliki motif berprestasi
yang tinggi akan mempunyai semangat, keinginan dan energi yang besar dalam diri
individu untuk bekerja seoptimal mungkin. Motif berprestasi karyawan yang tinggi
akan membawa dampak positif bagi perusahaan dan meningkatkan daya saing para
karyawan. Motif berprestasi yang perlu dimiliki oleh karyawan harus ditumbuhkan
dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerja. Hal ini karena motif berprestasi
yang ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri dan
jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian prestasi akan lebih
mudah didapat (Novitasari, 2005).
Metode Penelitian
Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah karyawan PT. GE Lighting Indonesia di
Yogyakarta, rentang usia 24-50 tahun, dan waktu bekerja minimal 1 tahun.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan angket, yaitu dengan menyebarkan skala yang berisi pernyataan-
pernyataan untuk diisi subjek penelitian. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dua skala yaitu skala OCB dan skala motif berprestasi. Skala OCB
dimaksudkan untuk mengungkap seberapa besarOCB pada karyawan. Skala ini
disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Organ
dkk (Munchinsky, 2003) yaitu Altruism, Conscientiousness, Courtesy, Sportmanship,
dan Civic Virtue, ditambah aspek-aspek yang dikemukakan oleh Van Dyne et al.
(Welch dkk, 2002) yaitu Loyalty, Obedience, dan Participation. Setelah melalui
proses pengujian data maka diperoleh aitem sebanyak 28 aitem. Sedangkan skala
motif berprestasi dimaksudkan untuk mengungkap seberapa besarmotif berprestasi
pada karyawan. Skala ini merupakan hasil modifikasi dari skala yang disusun oleh
Komalasari (2007) dengan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Hufman, dkk.
Setelah melalui proses pengujian data maka diperoleh aitem sebanyak 24 aitem.
Reliabilitas alfa untuk skala OCB adalah 0,895 dan skala motif berprestasi adalah
0,915.
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode statistik.
Teknik korelasi product moment dari Pearson digunakan untuk mengungkap korelasi
antara dua buah variabel penelitian (Hadi, 2003). Sedangkan analisanya dilakukan
dengan menggunakan Program SPSS (Stasistic Program For Social Science) versi 12
for Windows
Hasil Penelitian
Uji Asumsi
Sebelum melakukan analisis korelasi product moment dari Pearson untuk menguji
hipotesis penelitian, peneliti melakukan uji asumsi terlebih dahulu sebagai syarat
analisis korelasi product moment. Uji persyaratan uji normalitas dan uji linieritas.
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah bentuk sebaran data empirik
mengikuti sebaran data normal teoritik. Uji normalitas menggunakan teknik statistik
one sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu jika p>0,05 maka
sebaran data normal, sedangkan p<0,05 maka sebaran data tidak normal.
Uji normalitas menghasilkan nilai KS-Z = 1,136 sebesar dengan p = 0, 152 untuk
variabel OCB dan nilai KS-Z sebesar 0, 881 dengan p = 0, 419 untuk variabel motif
berprestasi. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat dikatakan bahwa sebaran data
kedua variabel tersebut adalah normal.
b. Hasil Uji Linearitas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara motif
berprestasi dengan OCB linear, sehingga dapat diketahui apakah product moment
bisa digunakan atau tidak. Uji linearitas menggunakan teknik statistik analisis regresi.
Hubungan antara kedua variabel dikatakan linier jika p<0,05 dan hubungan kedua
variabel dikatakan tidak linier jika p>0,05.
Hasil uji linieritas pada skala motif berprestasi dengan OCB didapat nilai F
sebesar 139,814 dengan p = 0,00 sehingga p<0,05. Berdasarkan hasil analisis, maka
dapat dikatakan bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah linear. Oleh karena
itu, pada variabel motif berprestasi dengan OCB dapat dikenakan analisis korelasi
product moment dari Pearson.
Uji Hipotetesis
Hasil analisis korelasi product moment dari Pearson antara OCB dengan motif
berprestasi menghasilkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,778 dengan p = 0,00
sehingga p<0,01. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat
signifikan antara motif berprestasi dengan OCB. Semakin positif motif berprestasi,
maka semakin tinggi pula OCB pada karyawan. Sebaliknya, jika semakin negatif
motif berprestasi, maka akan semakin rendah pula OCB pada karyawan. Hasil
analisis data ini menunjukkan bahwa hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti
diterima.
Peneliti juga menghitung nilai koefisien determinasi (r2) dalam hubungan antara
variabel motif berprestasi dengan OCB. Nilai koefisien determinasi menunjukkan
sumbangan efektif pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Perhitungan
koefisien determinasi hubungan antara motif berprestasi dengan OCB pada karyawan
menghasilkan nilai r2 = 0,606. Hal ini berarti sumbangan efektif motif berprestasi
terhadap OCB adalah sebesar 60,6%.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang telah diajukan,
yaitu ada hubungan positif antara motif berprestasi dengan Organizational
Citizenship Behaviors pada karyawan diterima. Hasil analisis korelasi dengan
menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan koefisien
korelasi sebesar 0,778 dengan p = 0,00 (p<0,01), dengan hasil tersebut dapat
diartikan bahwa ada hubungan yang positif yang sangat signifikan antara hubungan
positif antara motif berprestasi dengan Organizational Citizenship Behaviors pada
karyawan. Subjek dengan motif berprestasi tinggi mempunyai OCB yang tinggi dan
sebaliknya subjek dengan motif berprestasi rendah maka mempunyai OCB yang
rendah pula.
Hasil penelitian ini mendukung teori yang telah diuraikan di bab-bab sebelumnya
bahwa OCB dapat disebabkan oleh motif berprestasi. Menurut Organ (Hardaningtyas,
204), masyarakat yang berorientasi pada prestasi akan memperlihatkan performance
OCB sebagai suatu kontribusi yang positif terhadap tempat kerja, membantu unit
tersebut untuk bekerja lebih efisien. Secara mendasar, masyarakat yang memiliki
keinginan kuat untuk berprestasi baik akan selalu memperlihatkan OCB setiap saat
sesuai dengan kapasitas dan standar kemampuan yang dimilikinya. Hal ini mengingat
pentingnya motivasi berprestasi bagi pembangunan nasional, dan bagi perusahaan
pada khususnya. Di sisi lain, masyarakat yang memiliki orientasi pada pencapaian
prestasi akan dilihat sebagai orang-orang yang inovatif dan kreatif dan sadar betul
mengenai apa saja yang harus ia kerjakan.
Berdasarkan hasil hipotesis yang menyatakan semakin tinggi tingkat OCB akan
diikuti semakin tingginya tingkat motif berprestasi, hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut. OCB merupakan perilaku seseorang yang berhubungan dengan pekerjaan
yang berada di luar deskripsi yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi/perusahaan,
yang dilakukan secara sukarela guna meningkatkan efektivitas suatu
organisasi/perusahaan dan meliputi faktor-faktor seperti kesetiaan terhadap
organisasi, mematuhi peraturan organisasi, dan berpartisipasi dan bertanggungjawab
terhadap tugas dengan “standar ideal yang baik”. Sedangkan motif berprestasi adalah
keinginan yang ada dalam diri setiap manusia untuk menghadapi berbagai tantangan
dan hambatan demi mencapai suatu hasil kinerja yang baik dan dengan predikat
terpuji.
Mc.Clelland (Hardaningtyas, 2004) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
berpengaruh dalam OCB pada seseorang adalah motif. Motif sendiri terbagi atas
beberapa macam dan salah satunya adalah motif berprestasi. Jika seseorang telah
menjadikan prestasi sebagai motif dalam dirinya, maka secara otomatis ia akan
menampilkan OCB dalam perilakunya untuk mendukung pencapaian prestasi yang ia
inginkan. Misalnya dengan tidak datang terlambat di tempat kerjanya. Secara tidak
langsung atasan akan mencatat hal itu sebagai kontribusi positif karyawan tersebut
kepada perusahaan. Apalagi dengan ditunjang oleh hal-hal lain seperti menyelesaikan
tugas yang diberikan sesuai tenggat waktu, tidak banyak mengeluh, lebih banyak
bekerja ketimbang menghabiskan waktu dengan bergosip dengan karyawan lain,
sudah merupakan prestasi kecil bagi seseorang dalam kontraknya sebagai karyawan.
Hubungan motif berprestasi dengan OCB terlihat cukup besar, yaitu motif
berprestasi memberikan sumbangan efektif sebesar 60,6% terhadap OCB, dan
selebihnya sebesar 39,4% dipengaruhi oleh faktor lain di luar motif berprestasi.
Diantaranya adalah motif afiliasi, motif kekuasaan, prosocial behaviors (perilaku
prososial), performance evaluation atau evaluasi kinerja, organizational justice atau
keadilan organisasi, dan kepuasan kerja yang dipersepsi melalui keadilan.
Berdasarkan hasil pengkategorisasian nilai skala OCB menunjukkan tidak ada
subjek dalam kategori OCB sangat rendah, 1 subjek (1,075%) dalam kategori OCB
rendah, 11 subjek (11,835%) dalam kategori OCB sedang, 41 subjek (44,8%) dalam
kategori OCB tinggi, dan 40 subjek (43,01%) dalam kategori OCB sangat tinggi.
Jika dilihat, mayoritas subjek berada pada kategori tinggi 41 subjek (44,8%) dan 40
subjek (43,01%) dalam kategori OCB sangat tinggi dari keseluruhan subjek sebanyak
93 orang.
Sedangkan pada hasil pengkategorisasian skala motif berprestasi didapat hasil
tidak ada subjek dalam kategori motif berprestasi sangat rendah, 1 subjek (1,075%)
dalam kategori motif berprestasi rendah, 27 subjek (29,045%) dalam kategori motif
berprestasi sedang, 47 subjek (50,54%) dalam kategori motif berprestasi tinggi, dan
18 subjek (19,34%) dalam kategori motif berprestasi sangat tinggi. Mayoritas subjek
tergolong memiliki motif berprestasi yang tinggi yaitu sebanyak 47 subjek (50,54%)
dari total 93 subjek.
Kesimpulan
Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara motif berprestasi dengan
OCB pada karyawan. Semakin tinggi motif berprestasi, maka semakin tinggi pula
OCB nya. Sebaliknya semakin rendah motif berprestasi, maka semakin rendah pula
OCB nya. Nilai koefisien korelasi ( r ) yang didapatkan sebesar 0,778 dengan p =
0.00 (p<0.01). Sumbangan efektif variabel motif berprestasi terhadap variabel OCB
adalah sebesar 60,6%.
Saran
Berdasarkan hasil yang telah dicapai, maka peneliti mencoba memberikan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Karyawan Sebagai Subyek
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas subyek penelitian memiliki
tingkat motif berprestasi dan OCB yang tinggi hingga sangat tinggi. Hasil ini
sebaiknya terus dijaga dengan tetap konsisten memberikan yang terbaik bagi
perusahaan yang akan berimbas pada kesejahteraan karyawan itu sendiri.
2. Bagi Perusahaan
Perusahaan diharapkan dapat terus mempertahankan keadaan karyawannya tetap
dengan kondisi seperti ini. Dengan jalan terus mmberikan stimulus yang dapat
memacu munculnya prestasi pada karyawan dan perilaku-perilaku OCB yang akan
dapat meningkatkan efektivitas perusahaan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih teliti dalam menulis aitem
pengambilan data agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Selain itu peneliti
selanjutnya juga diharapkan jika melakukan penelitian yang sama menggunakan
subjek yang berbeda. Misalnya dengan subjek PNS. Selain hal itu peneliti hendaknya
sebelum melakukan penelitian disarankan juga untuk lebih banyak melakukan
observasi dan wawancara kepada lebih banyak subyek, hal ini dilakukan untuk
memperoleh data awal yang lebih detail dan mendalam.
Daftar Pustaka
Dana & Hasanbasri. 2007. Hubungan Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi dengan Organization Citizenship Behavior (OCB) di Politeknik Kesehatan Banjarmasin. Working Peper Series No.2 1st Draft. Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Hadi, S. 2003. Statistik, jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset.
Hardaningtyas, D. 2004. Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosi Dan Sikap Pada Budaya Organisasi Terhadap Organization Citizenship Behavior (OCB) Pada Pegawai PT (Persero) Pelabuhan Indonesia. Tesis. Universitas Airlangga Surabaya.
Hasibuan, M. S. P. 2005. Organisasi Dan Motivasi, Dasar Peningkatan
Produktivitas. Jakarta :Bumi Aksara
Iwanaga, Kanazawa & Watanabe. 2007. On the Interactive Effect of Personality Traits and Achievement Motive on Customer Orientation. Department of Social Systems and Management Discussion Paper Series .Jepang :University of Tsukuba
Komalasari, S. 2007.Hubungan Antara Motif Berprestasi dengan Prokastinasi Kerja Pada Karyawan. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi UII
Muchinsky, P.M. 2001. Psychology Applied ToWork. USA.Thomson Wadsworth.
Munandar, A.S. 2004. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI Press
Novitasari. 2005. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Motivasi Kerja Dan Kinerja Karyawan P.T.H.M. Sampoerna Tbk Surabaya. Tesis (Tidak Diterbitkan). Surabaya : Studi Pengembangan Sumber Daya Alam Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga .
Purnomo, M.E. 2006. Hubungan Antara Komitmen Organisasi Dengan Organizational Citizenship Behaviors Pada Guru TK Kec. Kasihan Kab.Bantul Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UII
Welch, Holmes, Langford, Welch & Sandra. 2002. Associations Between Internal Controls And Organizational Citizenship Behavior. Journal of Managerial Issue. USA.
Rifqi, M. 2007. Pengaruh Komponen Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja
Terhadap Perilaku Organizational Citizenship PNS di Lingkungan BAPPEPROP Jawa Timur. Tesis (Tidak Diterbitkan). Surabaya : Universitas Airlangga http://adln.lib.unair.ac.id/2007
Robbins, S.P. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT Indeks, kelompok Gramedia.
http://www.suaramerdeka.com/harian/0510/27/eko06.htm
http://www.suaramerdeka.com/harian/0511/24/eko04.htm
http://www.stttelkom.ac.id/staf/AAS/ Modul % 20Organizationa l% 20 Behavior
/MATERI %204 %20OB.ppt