id-static.z-dn.net · web viewtedak berarti kaki atau langkah, sedangkan siten berasal dari kata...
TRANSCRIPT
MAKALAH BAHASA DAERAH“MENGIDENTIFIKASI, MEMAHAMI DAN
MENGANALISIS BUDAYA DAERAH SESUAI DENGAN
KARAKTERISTIKNYA”
Disusun Oleh : XI TKJ 2
BUDI HANDOYO
DESY PUTRI
DIO ANGGA
IRFAN AZIZ
PERKUMPULAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PGRI JAWA TIMUR
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
SMK PGRI TUREN
1
Kata Pengantar
Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucapkan
kepada Allah SWT, yang karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan tugas
pembuatan makalah yang berjudul “MENGIDENTIFIKASI, MEMAHAMI DAN
MENGANALISIS BUDAYA DAERAH SESUAI DENGAN KARAKTERISTIKNYA”
Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata
penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Turen, 10 Oktober 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Macam – macam budaya daerah yang ada di Jawa ...................................4
1.2 Pengertian upacara adat.............................................................................5
1.3 Fungsi Upacara adat...................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Macam – macam upacara adat di Jawa , masing – masing karakteristiknya,
fungsi kegunaan serta pesan moralnya.........................................................6
2.1.1 Upacara Tedhak Siten .....................................................................6
2.1.2 Labuh Semboya..............................................................................11
2.1.3 Bersih Desa.....................................................................................14
2.1.4 Pitonan.............................................................................................16
2.1.5 Nyadran...........................................................................................22
2.1.6 Petik Laut.........................................................................................25
2.1.7 Ngunduh Mantu...............................................................................27
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................31
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Macam – Macam Budaya Daerah Di JawaKeragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di
bumi Indonesia sebagai Negara yang memiliki banyak pulau. Keragaman
budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat di pungkiri
keberagamanya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk selain
kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari
berbagai kebudyaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan
dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah tersebut.
Mulai dari pergunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, dataran tingggi,
perdesaan, hingga perkotaan. Hal ini yang berkaitan dengan tingkat
keberadaban kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat di Indonesia.
Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses
asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menanmbah ragamnya
jenis kebudayaan di Indonesia. Contohnya budaya di pulau Jawa.
Jawa adalah bagian dari kepulauan Nusantara yang padat
penduduknya.pulau jawa itu sendiri terbagi menjadi provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta. Selain padat penduduknya , jawa juga kaya
akan khas budayanya, karena masing masing provinsi memiliki kebudayaan
atau budaya, tradisi, dan latar belakang yang berbeda salah satunya adalah
upacara adatnya yang bermacam – macam .
4
B. Pengertian Upacara Adat
Upacara adat adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang
terikat pada aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan
kepercayaan. Jenis upacara dalam kehidupan masyarakat, antara lain,
upacara penguburan, upacara perkawinan, dan upacara pengukuhan kepala
suku. Upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara turun-
temurun yang berlaku di suatu daerah dan merupakan salah satu cara
menelusuri jejak sejarah masyarakat pada masa pra- aksara.
C. Fungsi Upacara Adat
Fungsi upacara adat pada dasarnya merupakan bentuk perilaku masyarakat
yang menunjukkan kesadaran terhadap masa lalunya. Masyarakat menjelaskan
tentang masa lalunya melalui upacara. Melalui upacara, kita dapat melacak
tentang asal usul baik itu tempat, tokoh, sesuatu benda, kejadian alam, dan lain-
lain.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Macam – macam upacara adat di Jawa, Masing – Masing
Karakteristiknya, Fungsi Kegunaan Serta Pesan Moralnya
1. Upacara Tedhak Siten
a. Pengertian Upacara Tedhak Siten
Secara etimologis, tedhak siten berasal dari kata ‘tedhak’ dan
‘siten’. Tedak berarti kaki atau langkah, sedangkan siten berasal dari kata
dasar siti yang artinya tanah. Jadi tedhak siten adalah upacara adat yang
diperuntukkan bagi bayi yang berusia 7 lapan (7 x 35 hari) atau 245 hari.
Pada usia itu, si anak mulai menapakkan kakinya untuk pertama kali di
tanah. Oleh orang tuanya diajari atau dituntun menggunakan kakinya untuk
belajar berjalan. Ritual ini menggambarkan kesiapan seorang anak untuk
menghadapi kehidupannya.
Seperti dalam kepercayaan orang Jawa, manusia dalam hidupnya
dipengaruhi oleh empat elemen, yaitu : bumi, angina, api dan air. Maka
untk menghormati bumi diadakanlah upacara tedhak siten ini. Harapannya
agar si anak selalu sehat, selamat dan sejahtera dalam menapaki jalan
kehidupannya.
Yang paling baik pelaksanaannya adalah bertepatan dengan weton
(hari lahir) si anak. Weton adalah kombinasi antara nama hari umum
dengan nama hari Jawa. Misalnya Setu Kliwon, Rebo Legi, Minggu Pahing
6
dan sebagainya. Biasanya, penyelenggaraan upacara ini dilakukan pada
pagi hari di halaman depan rumah.
b. Tahapan Pelaksanaan
Ada beberapa urutan dalam pelaksanaan upacara tedhak siten.
Pertama-tama orang tua menuntun anak agar berjalan di atas jadah
sebanyak tujuh buah. Jadah tadi memiliki beragam warna yaitu merah,
putih, hitam, kuning, biru, merah muda, dan ungu. Di daerah lain ada juga
yang menggunakan bubur tujuh warna sebagai pengganti jadah 7 warna.
Yang kedua adalah, si anak dituntun untuk menaiki dan menuruni
tangga. Tangga dibuat dari batang tebu rejuna atau Arjuna.
Langkah berikutnya adalah si anak dimasukkan ke dalam sangkar
atau kurungan ayam. Di dalam kurungan terdapat berbagai benda seperti
perhiasan, alat tulis, beras, mainan, padi, kapas, dan berbagai benda lainnya.
Acara yang keempat yaitu menyebarkan udhik-udhik. Udhik-udhik
adalah uang logam yang dicampur dengan beras kuning. Ibu si anak
menaburkan udhik-udhik tadi ke tanah, lalu jadi rebutan anak-anak kecil.
Prosesi tedhak siten yang terakhir adalah si anak dimandikan dengan
air yang dicampur dengan sekar setaman. Kemudian si anak mengenakan
baju yang baru.
c. Struktur Kegunaan Upacara Tedhak Siten
Dalam upacara tedhak siten mengandung beragam makna filosofis yang
diwujudkan dengan bermacam-macam prosesi dan sesaji. Semanya itu
7
memiliki tujuan dan harapan agar si anak memiliki tubuh yang sehat, dan
bisa menjalan kehidupan dengan baik.
Tedak Siten juga sebagai bentuk pengharapan orang tua terhadap buah
hatinya agar si anak kelak siap dan sukses menampaki kehidupan yang
penuh dengan rintangan dan hambatan dengan bimbingan orang tuanya.
Ritual ini sekaligus sebagai wujud penghormatan terhadap siti (bumi) yang
memberi banyak hal dalam kehidupan manusia. Dari prosesi awal, hingga
yang terakhir memiliki nila-nilai dan harapan dari si orang tua.
d. Karakteristik Dan Makna Filosofis Dari Berbagai Prosesi Tedhak
Siten
a. Berjalan melewati tujuh jadah dengan tujuh rupa.
Jadah merupakan simbol kehidupan yang akan dilalui si anak. Aneka warna
memiliki berbagai makna. Merah melambangkan keberanian. Putih
bermakna kesucian. Hitam artinya kecerdasan. Kuning merupakan simbol
kekuatan. Biru berarti kesetiaan. Merah muda menandakan cinta kasih dan
ungu sebagai lambang ketenangan. Makna yang terkandung dalam jadah ini
merupakan simbol kehidupan yang akan dilalui si anak. Mulai dari
menapakkan kakinya untuk pertama kali ke bumi ini sampai dewasa.
Sementara warna-warna tersebut merupakan gambaran dalam kehidupan si
anak yang akan menghadapi banyak pilihan dan rintangan yang harus
dilaluinya.
Jadah 7 warna yang disusun dari warna gelap ke warna terang
menggambarkan masalah yang dihadapai si anak mulai dari yang berat
8
sampai yang ringan. Jumlah jadah yang dibuat yaitu 7 buah (pitu).
Harapannya seberat apa pun masalahnya pasti akan ada jalan keluarnya
(mendapatkan pitulungan dari Tuhan Yang Maha Esa). Tujuh buah juga
melambangkan jumlah hari yang akan dilalui oleh si anak dalam menjalani
kehidupannya.
b. Tangga tebu wulung
Jumlah anak tangga adalah tujuh buah, dan menggunakan tebu arjuna. Tebu
berasal dari kata antebing kalbu, yang berarti penuh tekad dan rasa percaya
diri. Dipilih tebu arjuna agar si anak kelak meneladani watak kepahlawanan
dan keberanian Arjuna dalam membela kebenaran.
c. Kurungan
Kurungan ayam yang dihiasi janur dan kertas warna warni. Kurungan ayam
ini diisi oleh berbagai benda-benda. Kurungan ayam menyiratkan tentang
gambaran kehidupan nyata yang akan dimasuki si anak jika kelak ia dewasa.
Kenapa memakai kandang ayam, karena orang tua berharap agar anak dalam
mengarungi kehidupan bisa cepat mandiri layaknya ayam. Sedangkan benda-
benda yang ada di dalam kurungan itu menggambarkan pekerjaan yang ingin
dijalani oleh si anak kelak.
d. Menyebarkan udhuk-udhuk
Makna dari upacara ini adalah pengharapan kedua orang tua kepada si anak
agar nantinya bisa mendermakan rezekinya kepada mereka yang
membutuhkan.
Dalam acara ini, sesaji yang biasa digunakan antara lain kembang boreh,
bubur baro-baro, macam-macam bumbu dapur, kinangan. Bubur baro-baro
9
adalah bubur yang terbuat dari bekatul. Sesaji ini ditujukan kepada kakek
nini among (plasenta/ari-ari). Sedangkan kembang boreh, macam-macam
bumbu dapur, kinangan ditujukan untuk nenek moyang.
Selain sesaji, ada juga perlengkapan pendukung, antara lain bubur merah
putih, jajanan pasar, dan pala kependhem. Bubur merah putih melambangkan
sengkala (rintangan). Merah artinya darah, sedangkan putih artinya air mani.
Beragam jajanan pasar memiliki makna dalam kehidupan kita akan banyak
berinteraksi dengan banyak orang dengan beragam karakter sehingga si anak
dapat dengan mudah bersosialisasi pada masyarakat. Pala kependhem
memiliki makna agar si anak memiliki sifat rendah hati (andhap asor)
kepada orang lain.
e.Pesan Moral Dalam Upacara Tedhak Siten
Tradisi ini digelar sebagai bentuk harapan dan doa agar anak
mampu menjadi orang yang berguana bagi agama, Negara dan
masyarakat. Sebagai sebuah symbol atas karunia yang diberikan
kepada keluarga. Didalamnya mengisyaratkan berbagai macam benda
seperti berdoa, makanan, uang, barang, bunga dll. Ini menunjukan
hubungan tiga dimensi antara manusia, tuhan dan alam. Dan
kesemuanya berjalan dengan harmonis.
10
GAMBAR UPACARA TEDHAK SITEN
2. Labuh Semboya
a. Pengertian Upacara labuh Semboya
Labuh Semboya atau biasa dikenal dengan Labuhan yaitu berasal
dari kata labuh, melabuh yang artinya melempar atau membuang sesaji
yang mengapung dilaut atau disungai. Tradisi melabuh atau labuhan itu
merupakan peninggalan Panembahan Senopati, Raja Mataram yang
hingga sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat Yogyakarta dan
sekitarnya khususnya anak keturunan Panembahan Senopati.
Upacara labuhan ini senantiasa dikaitkan dengan Kanjeng
Ratu Roro Kidul, panguasa laut selatan.
11
Apa saja sesaji yang dilarung dipantai selatan ? Sesaji yang
dilarung biasanya berupa potongan kuku, rambut serta pakaian Sultan,
minyak dan uang sebesar Rp.500,- yang diletakkan diatas petilasan tadi
kemudian oleh Abdi Dalem Penghulu Kraton dio’ai selanjutnya diangkat
dan dibawah ketengah laut, oleh para Abdi Dalem kemudian dilemparkan
dan hanyut dibawa ganasnya gelombang pantai selatan.
Karena upacara ini merupakan upacara yang terbuka untuk umum,
maka banyak pengunjung yang menyaksikan selain peserta upacara sendiri
juga wisatawan dalam dan luar negeri. Sesaji yang dilabuh tadi sebagian
ada yang terbawa arus hingga ketengah laut sebagian yang kembali
kepantai menjadi rebutan pengunjung. Sebagian besar orang percaya barang
yang dilabuh dan kembali kepantai tadi bisa membawa berkah keselamatan
dan keberuntungan bagi keluarganya.
b. Karakteristik Upacara labuh Semboya
Tradisi Larung Semboyo diadakan setiap bulan Selo pada
penanggalan jawa. Tradisi ini dimaksudkan sebagai penghormatan
pemikahan Raden Tumenggung Yudha Negara. Raden Tumenggung
Yudha Negara adalah seorang kepala prajurit dari Kerajaan
Mataram, beliau adalah cikal bakal (babad alas) yang membuka
wilayah Prigi dengan jaminan menikahi Dewi Gambar Inten.
Upacara ini dimulai dengan kirab hasil bumi yang telah
dihias sangat apik. Setelah arak-arakan kirab sampai di pantai hasil
bumi yang telah dihias tadi kemudian dilarung (dihanyutkan) ke
tengah laut. Dengan maksudnya agar para nelayan selalu mendapat
12
perlindungan Tuhan, dan mendapatkan rezeki berlimpah. Adapun
barang-barang yang dibuat menjadi sesajen adalah satu kepala
kerbau, ayam , buah-buahan, uang dan hasil bumi lainnya.
Adapun pada ritual tersebut nelayan berebut hasil bumi yang
ditabur di tengah laut dan memandikan perahunya dengan air laut
yang sudah menjadi kebiasaan para nelayan yang menganggap hal
itu bisa membawa berkah.
c. Struktur Kegunaan Upacara Labuh Semboya
Tradisi ini memiliki landasan filosofis yang berakar dari
keyakinan keagamaan dan nilai-nilai budaya lokal yang dianut oleh
masyarakat setempat sebagai salah satu cara bagaimana masyarakat
nelayan mengekpresikan rasa syukur mereka pada Sang Maha
Pencipta atas tangkapan ikan yang mereka peroleh serta
permohonan keselamatan dalam mencari nafkah di laut.
d. Pesan Moral Upacara Labuh Semboya
Pesan Moral dalam upacara ini yaitu sebagai bentuk rasa syukur
terhadap karunia Tuhan YME dan mempunyai tujuan sebagai
permintaan rizki agar produksi ikan terus meningkat sepanjang tahun,
selain itu juga untuk membersihkan diri dari jiwa yang kotor selama
satu tahun ini.
13
GAMBAR UPACARA LABUH SEMBOYA
3. Bersih Desa
a. Pengertian Bersih Desa
Bersih desa merupakan salah satu upacara adat jawa yang diselenggarakan setelah
para petani panen padi. Hal ini dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa syukur karena
tanaman padi telah berhasil dipanen dan telah menghasilkan panenan yang memuaskan.
Disamping itu, sadran juga merupakan penghormatan terhadap para leluhur yang telah
meninggal dunia dan mendo’akan agar dosa-dosanya diampuni oleh Tuhan, serta agar
yang ditinggalkan selalu mendapatkan keselamatan, murah rejeki dan mudah dalam
mencari sandang pangan.
14
b. Karakteristik Upacara Bersih Desa
Bersih desa biasanya diadakan pada bulan Sela atau Syawal, yaitu bulan ke-
11 Kalender Jawa. Untuk tanggal, setiap desa berbeda pelaksanaannya, namun
yang pasti semua mengambil waktu di bulan Sela.[4] Dalam upacara bersih desa
ada sedekah bumi yang biasanya berupa nasi tumpeng dan lauk pauk yang dibuat
oleh warga desa. Seluruh makanan yang ada dalam upacara bersih desa merupakan
hasil sumbangan keluarga-keluarga di desa. Upacara bersih dsa wajib diikuti oleh
orang yang sudah dewasa. Di berapa daerah upacara bersih desa juga dilengkapi
dengan pertunjukan wayang semalam suntuk.
Didalam upacara ini terdapat beberapa proses kegiatan yaitu meliputi
pengumpulan makanan, menampilkan pertunjukan wayang, berdo’a bersama yang
dipimpin oleh tokoh agama lokal dan membagikan makanan yang sudah dido’akan.
Bagi masyarakat jawa, kegiatan tahunan ini merupakan ungkapan refleksi
sosial keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka menziarahi makam para
leluhur yang pelaksanaannya dilakukan secara kolektif. Ritual ini dipahami
sebagai bentuk pelestarian warisan tradisi dan budaya nenek moyang. Tradisi ini
merupakan simbol adanya hubungan dengan leluhur, sesama dan yang maha
kuasa, serta sebuah ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai-nilai islam,
sehingga sangat tampak adanya lokalitas yang masih kental islami.
c. Struktur Kegunaan Upacara Bersih Desa
Bersih desa, sebagai upacara adat, memiliki makna spiritual di baliknya.
Pertama-tama bersih desa bertujuan untuk mengungkapkan syukur kepada Tuhan
atas hasil panen yang didapat. Selanjutnya, upacara bersih desa bertujuan untuk
memohon perlindungan kepada danyang sebagai penjaga sebuah desa. Terakhir,
15
tujuan bersih desa adalah untuk memohon berkat agar hasil panen berikutnya
melimpah. Selain itu,
d. Pesan Moral Upacara Bersih Desa
Bersih desa selain sebagai ungkapkan syukur kepada Tuhan atas hasil
panen yang didapat juga memuat tujuan solidaritas di dalamnya karena
Makanan yang menjadi santapan bersama adalah hasil sumbangan warga
sendiri.
GAMBAR UPACARA BERSIH DESA
4. Pitonan
a. Pengertian Upacara Pitonan
Bagi masyarakat jawa sendiri istilahnya adalah
upacara Pitonan atau Tingkepan. Mereka menilai bahwa usia tujuh bulan
16
kehamilan seorang calon ibu merupakan usia kehamilan yang memiliki makna
tersendiri. Masyarakat jawa memaknai usia tujuh bulan kehamilan itu “Sapta
Kawasa Jati”. Sapta = tujuh, kawasa = kekuasaan, jati = nyata. Maknanya,
jika Yang Maha Kuasa menghendaki, seorang bayi dapat lahir normal (tidak
prematur) pada usia kehamilan tujuh bulan. Namun, jika bayi belum lahir di usia
kehamilan tujuh bulan, maka orang tua akan melakukan selamatan dengan
membuat acara pitonan atau mitoni (tujuh bulannan), yaitu upacara selamatan
atau memohon keselamatan dan pertolongan kepada Yang Maha Kuasa agar
semuanya dapat berjalan lancar. Agar bayi yang didalam kandungan beserta
ibunya tetap diberi kesehatan dan keselamatan hingga bayi lahir dan seterusnya.
b. Karakteristik Upacara Pitonan
Mitoni diselenggarakan pada hari-hari yang dianggap baik oleh keluarga dengan
perhitungan-perhitungan tertentu. Hari yang baik untuk penyelenggaraan acara
tersebut adalah hari selasa (senin siang sampai malam) atau sabtu (jum’at siang
sampai malam) dan dilaksanakan pada waktu siang atau sore hari. Tempat
pelaksanaanya biasanya di pasren atau senthong tengah (bagian tengah dari rumah
adat jawa). Pasren ini merupakan tempat menyimpan pusaka, harta benda dan
memuja Dewi Sri atau Dewi Padi oleh masyarakat petani jaman dahulu. Tetapi
sekarang sudah sangat jarang sekali ditemukan masyarakat yang memiliki senthong
di rumahnya. Maka pelaksanaan pitonan biasanya dilakukan di ruang keluarga atau
yang penting luas dan cukup untuk pelaksanaan acara ini.
17
upacara ritual pitonan terdiri dari beberapa tahap yaitu :1. Siraman
Siraman dilakukan oleh sebanyak tujuh orang. Maknanya adalah mohon doa restu,
supaya suci lahir dan batin. Pembersihan secara simbolis bertujuan untuk
membebaskan ibu dari berbagai macam beban moral sehingga pada proses
kelahirannya kelak berlangsung lancar. Setelah upacara siraman selesai, air kendi
tujuh mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis
maka kendi dipecah. Kemudian si calon ibu akan diberikan souvenir berisi tujuh
macam pernak-pernik yang dikemas baik. isinya biasanya adalah pensil, sisir,
handuk, benang, cermin, jarum, dan sabun. Makna dari benda-benda itu adalah agar
kelak si anak akan menjadi anak yang baik, pintar, rajin dan segenap doa-doa untuk
kebaikan si jabang bayi.
2. Memasukkan telur ayam kampung kedalam kain calon ibu oleh sang suami
Ritual ini dilakukan dengan memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain calon
ibu oleh suami, dari bagian atas perut, lalu dilepas hingga pecah. Ada yang percaya
bahwa jika telur yang dilepas pecah, maka kemungkinan anak yang akan lahir
perempuan, jika telur tidak pecah, maka kemungkinan yang lahir anak laki-laki.
Pada dasarnya doa dan harapan dari ritual ini adalah agar bayi dapat lahir dengan
mudah tanpa halangan suatu apapun. Upacara ini dilakukan masih di tempat
siraman.
3. Memasukkan kelapa gading muda
Upacara ini disebut juga dengan “brojolan” . Dilakukan dengan cara memasukkan
sepasang kelapa gading muda yang telah digambari Kamajaya dan Dewi Ratih atau
Arjuna dan Sembadra kedalam kain dari atas perut calon ibu. Maknanya sama
18
dengan upacara memasukkan telur yaitu agar bayi lahir dengan lancar.
Perbedaannya adalah tempat pelaksanaanya. Pada upacara ini dilakukan di depan
senthong tengah (bagian rumah adat jawa) nenek dari calon bayi (ibu dari calon ibu)
dan diterima oleh nenek besan (ibu dari calon bapak). Kedua kelapa itu kemudian
ditidurkan di atas tempat tidur layaknya menidurkan bayi.
Secara simbolis, gambar Kamajaya dan Dewi Ratih atau Arjuna dan Sembadra
melambangkan doa agar si bayi jika lahir kelak akan elok rupawan dan memiliki
sifat-sifat luhur seperti tokoh yang digambarkan tersebut. Karena Kamajaya
merupakan simbol seorang pria yang rupawan sehingga sering disebut sebagai
dewanya ketampanan, dan Dewi Ratih merupakan simbol kecantikan seorang
perempuan sehingga sering disebut sebagai dewinya kecantikan. Sedangkan Arjuna
merupakan tokoh wayang yang gagah, tampan dan kesatria yang sangat arif
bijaksana dan salah satu istrinya Sembadra merupakan istrinya yang paling cantik
dan memiliki sifat yang baik. Sehingga keempat tokoh wayang tadi dianggap
sebagai tokoh wayang ideal bagi masyarakat di tanah jawa. Ritual ini ada yang
melakukannya ada yang tidak.
4. Memutus lawe/benang/janur
Ritual ini dilakukan dengan memutus lilitan lawe atau dapat diganti dengan janur
yang dilingkarkan di perut calon ibu. Lilitan ini harus diputus oleh calon ayah
dengan maksud agar kelahiran bayi lancar.
5. Memecahkan periuk dan gayung
Memecahkan periuk dan gayung yang terbuat dari tempurung kelapa (siwur)
menyimbolkan memberi sawab (doa dan puji keselamatan) agar nanti kalau si ibu
masih mengandung lagi, kelahirannya juga tetap mudah. Karena perlu diketahui
bahwa upacara pitonan/tingkepan ini umumnya hanya dilakukan pada kehamilan
pertama atau kehamilan anak yang ganjil bagi sebagian masyarakat.
6. Minum jamu sorongan
Upacara minum jamu sorongan, melambangkan doa agar anak yang dikandung itu
akan mudah dilahirkan seperti didorong (disurung/disorong).
7. Nyolong endog
Upacara nyolong endhog (mencuri telur), melambangkan agar kelahiran anak cepat
dan lancar secepat pencuri yang lari membawa curiannya. Upacara ini dilaksanakan
oleh calon ayah dengan mengambil telur dan membawanya lari dengan cepat
mengelilingi kampung.
19
8. Ganti busana
Upacara ganti busana dilakukan oleh calon ibu dengan tujuh jenis kain batik dengan
motif yang berbeda disertai dengan kain putih sebagai dasar kain pertama. Hal ini
melambangkan bahwa bayi yang akan dilahirkan adalah suci dan mendapatkan
berkah dari Tuhan YME. Calon ibu akan memakai kain model kemben terbaik,
dengan harapan agar kelak si bayi juga memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat
dalam lambang kain.
9. Rujakan
Rangkaian acara pitonan/tingkepan yang terakhir adalah rujakan, rasa rujak yang
dibuat oleh calon ibu konon menentukan jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan.
Menurut kepercayaan masyarakat, jika rujaknya pedas, mengindikasikan si bayi
berjenis kelamin perempuan. Lalu para tamu dipersilakan membeli rujak dengan
uang bohongan, yaitu uang dari pecahan genting tanah liat atau kreweng. Kemudian
uang kreweng tersbut dikumpulkan dalam kuali tanah liat yang kemudian dipecah di
depan pintu. Maknanya agar anak yang dilahirkan banyak mendapat rejeki dan
dapat menghidupi keluarganya serta banyak amal.
Dengan selesainya seluruh rangkaian upacara diatas, maka upacara
pitonan/tingkepan sudah berakhir yang ditandai dengan doa yang dipimpin oleh
sesepuh yang memimpin upacara adat tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
mengelilingi selamatan atau sesajian yang nantinya dibagikan kepada seluruh tamu
yang hadir.
Struktur Kegunaan Upacara Pitonan
1. Upacara Pitonan bertujuan untuk membebaskan ibu dari berbagai macam
beban moral sehingga pada proses kelahirannya kelak berlangsung
20
lancardan kelak si anak akan menjadi anak yang baik, pintar, rajin dan
segenap doa-doa untuk kebaikan si jabang bayi. Pada dasarnya upacara
pitonan atau tingkepan merupakan upacara yang dilaksanakan sebagai
sarana untuk menghilangkan petaka, memohon kepada kebaikan bagi
seluruh keluarga, terutama calon anggota keluarga yang baru. Selain itu,
juga pitonan atau tingkepan dilakukan untuk menjunjung tinggi dan
melestarikan adat-istiadat yang sudah turun temurun agar tidak punah
dengan tetap menjaga kemurnian dan nama baik dari suatu kelompok
social masyarakat.
c. Pesan Moral Upacara Pitonan
Upacara pitonan diselenggarakan agar sang ibu bisa melahirkan dengan
lancar dan kelak si jabang bayi bisa sehat dan menjadi anak yang baik. Upacara
ini mengandung pesan moral bahwa setiap ibu yang mengandung harus
mempertahankan tradisi ini karena tradisi ini sangat unik karena bisa
menentukan jenis kelamin si jabang bayi tanpa melalui USG.
GAMBAR UPACARA PITONAN
21
5. Nyadran
a. Pengertian Upacara Nyadran
NYADRAN (kata kerja dari kata bahasa Jawa: Sadran = Ruwah,
Syakban). Upacara kenduri di tempat keramat, masjid, langgar, rumah atau
tern pat lainnya, yang dilakukan oleh masyarakat Jawa pada bulan Sadran.
Upa cara itu dimaksudkan untuk menghormati arwah para leluhur keluarga
tertentu. Dalam upacara itu, selain kenduri, biasanya juga dilakukan ziarah
ku bur dengan membawa bunga-bungaan, terutama bunga telasih, sebagai
lambang masih adanya hu bungan yang akrab dan selalu segar antara si pe-
ziarah dan arwah leluhur yang di-ziarahi.
Tradisi Nyadran berasal dari tradisi Hindu Budha. Dilanjutkannya
tradisi ini oleh masyarakat Islam Jawa diduga merupakan akibat dari
kebijak sanaan para wali pada masa-masa pertama penye baran Islam di
Jawa. Para wali ketika itu berusaha meluruskan kepercayaan yang ada
dalam masyara kat muslim Jawa tentang pemujaan roh yang me nurut Islam
dinilai musyrik. Tetapi agar tidak ber benturan dengan adat yang telah
melembaga di kalangan masyarakat Jawa, agaknya para wali tidak
menghapuskan adat tersebut, melainkanjustru me nyelaraskan dan
mengisinya dengan ajaran Islam, yaitu pembacaan ayat al-Qur'an, tahlil dan
doa. Maka sampai sekarang, tradisi Nyadran dan Ru wahan, yang sekaligus
merupakan interaksi unsur budaya Jawa dan ajaran Islam, masih berjalan di
kalangan masyarakat muslim Jawa.
b. Karakteristik Upacara Nyadran
Nyadran biasa dilaksanakan bertepatan dengan tanggal 20 Sya’ban setiap
tahunnya. Sebagaimana adat kebiasaan yang telah berlangsung, acara diadakan di dalam
22
area makam. Mulai terbit fajar telah datang merayap, para peziarah dengan bawaan bakul
dan tenong (rantang) yang berisi daharan sak ubo rampe-nya. Nasi, sayur, ayam ingkung,
bakmi, sayur kentang atau krecek merupakan menu yang telah dipersiapkan sejak jago
kluruk pertama terdengar dini hari. Kebanyakan diantara para hadirin terdiri atas kaum
laki-laki. Beberapa kaum ibu memang datang, namun bisa dihitung dengan jari. Adapun
anak-anak, baik laki maupun perempuan ada yang sengaja diajak orang tuanya untuk
memperkenalkan tradisi leluhur. Tidak kurang dari seratusan orang memadati sepanjang
jalan makam. Setelah dirasa segenap warga hadir, acara inti diawali dengan tahlilan
bersama yang dipimpin oleh orang yang dituakan / sesepuh kampung.
Selepas pembacaan tahlil, acara dilanjutkan dengan kembul bujono dengan alas daun
pisang utuh yang telah disediakan di tengah kalangan. Nasi putih segera dicecer di tepian
daun pisang. Ayam ingkung segera dicuwel, satu per satu dibagi rata. Sayur krecek dan
bakmi segera tertebar menyelimuti nasi putih. Kemudian hadirinpun dipersilakan makan
bersama. Makan dengan cara demikian merupakan perwujudan semangat kebersamaan,
rasa gotong royong dan keguyuban diantara sesama warga. Inilah harta karun paling
berharga yang diwariskan para pendahulu bangsa kepada anak cucunya. Mangan ora
mangan sing penting kumpul.
c. Struktur Kegunaan Upacara Nyadran
Tujuan dari nyadran ini adalah untuk mendoakan arwah leluhur
yang telah meninggal mendahului mereka. Setelah itu mereka beramai-
ramai menyantap makanan mereka. Tak lupa mereka saling berbagi
makanan satu sama lain.
23
d. Pesan Moral Upacara Nyadran
Makna simbolis dari ritual nyadran atau ruwahan itu sangat jelas,
bahwa saat memasuki bulan Ramadhan atau puasa, mereka harus benar-
benar bersih, yang antara lain diupayakan dengan cara harus berbuat baik
terhadap sesama, juga lingkungan sosialnya. Melalui rangkaian tradisi
nyadran itulah orang Jawa merasa lengkap dan siap untuk memasuki
ramadhan, bulan suci yang penuh berkah itu. Sebab, bagi orang Jawa,
nyadran juga berarti sebuah upaya untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan, memperbaiki hubungan baik dengan masyarakat dan lingkungan,
serta menunjukkan bakti kepada para leluhur mereka.
GAMBAR UPACARA NYADRAN
24
6. Petik Laut
a. Pengertian Petik Laut
Petik laut adalah sebuah upacara adat atau ritual sebagai rasa
syukur kepada Tuhan, dan untuk memohon berkah rezeki dan
keselamatan yang dilakukan oleh para nelayan. Umumnya, kegiatan
ini diadakan di seluruh pulau Jawa.
b. Karakteristik Upacara Petik Laut
Ritual diawali pembuatan sesaji oleh sesepuh nelayan. Kemudian perahu kecil
(perahu sesaji) disiapkan dan dibuat seindah mungkin mirip kapal nelayan yang biasa
digunakan melaut, kemudian sesaji tersebut di hanyutkan ke laut.
Biasanya petik laut diadakan pada hari Rabu terakhir pada bulan Sapar, yang
dianggap sebagai hari turunnya wabah penyakit dan bencana
Larung sesaji oleh para nelayan ini ditempatkan di sebuah "bitek" yakni perahu
kecil yang terbuat dari pohon pisang dan di dalamnya berisi berbagai jenis makanan.
Sebelum bitek dilarung, masyarakat menggelar doa bersama yang dipimpin oleh tokoh
masyarakat agama setempat dengan harapan upaya yang mereka lakukan akan menambah
penghasilan tangkapan nelayan disana di masa-masa yang akan datang.
Bau kemenyan dan kembang tujuh rupa seolah menambah suasana doa masyarakat
nelayan ini semakin hikmat.
Dalam upacara petik laut para nelayan menghias perahu seindah mungkin, selain
itu berbagai perayaan-perayaan yang dilaksanakan seperti halnya mengadakan pengajian,
orkes dangdut, dan sebagainya sesuai keinginan para nelayan di masing-masing daerah.
25
c. Struktur Kegunaan Upacara Bersih Desa
1. Mensyukuri atas Rahmad Tuhan Yang Maha Esa yang telah dilimpahkan berupa
hasil penangkapan ikan yang tidak kunjung henti-hentinya sepanjang massa.
2. Sebagai salah satu media permohonan kehadapan Tuhan Yang Esa, agar selalu
memperoleh per lindungan dan dijauhkan dari segala marabahaya, dianugerahi
keselamatan dan hasil yang lebih me limpah lagi.
3. Sebagai salah satu upaya menanamkan perasaan cinta bahari bagi masyarakat
nelayan Muncar, se hingga kehidupan laut yang telah mendatangkan manfaat bagi
kehidupan laut dapat terpelihara secara lestari.
d.Pesan Moral Upacara Bersih Desa
Pesan moral yang terkandung dalam petik laut ini adalah semua jenis
sesajen yang ada di dalam bitek itu sebenarnya mengandung nilai filosofis
kehidupan sehari-hari.
Kembang tujuh rupa melambangkan jumlah hari dalam seminggu, yakni
sebanyak tujuh hari. "Dan kembang itu kan harum, maksudnya kita
berharap agar kehidupan kita senantinya bermanfaat, memberikan rasa
harus menolong kepada sesama.
26
GAMBAR UPACARA PETIK LAUT
7. Ngunduh Mantu
a. Pengertian Ngunduh Mantu
Dalam pernikahan adat Jawa, ada sebuah tradisi yang disebut ngunduh mantu. Kata ‘ngunduh’ sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya mengambil yang sudah matang.
Orang Jawa biasa menggunakan kata ngunduh untuk memetik buah-buahan yang sudah matang dari pohon agar tidak busuk atau dimakan kelelawar. Jadi istilah ngunduh mantu bisa dipahami sebagai prosesi mengambil menantu yang sudah cukup dewasa.
Zaman dulu, ketika ada pengantin perempuan suku jawa yang akan menikah dan kemudian dia akan diboyong oleh suaminya untuk tinggal di rumah suami atau bersama keluarga sang mempelai pria, maka dilakukanlah prosesi ngunduh mantu.
b. Karakteristik Upacara Ngunduh Mantu
27
Ngunduh Mantu adalah tradisi pernikahan adat Jawa yang diadakan oleh
pihak keluarga mempelai pria. Biasanya penyelenggaraan ngunduh mantu ini
dilakukan selang beberapa hari (5 hari) setelah pelaksanaan resepsi oleh pihak
mempelai wanita.
Kata “ngunduh” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya mengambil sesuatu
yang sudah matang. Jadi istilah ngunduh mantu bisa dipahami sebagai prosesi
mengambil menantu yang sudah cukup dewasa.
Prosesi acara ngunduh mantu.
(1) Penyerahan putra pengantin dari keluarga pengantin wanita kepada keluarga
besar pengantin pria.
Menyediakan sarana berupa : slindur, gepyokan, sangsangan sekar melati dan tirta
suci 2 cangkir, yang sudah ditaruh diatas beri/baki.
(2) Wisuda Tali Darma, pihak keluarga pengantin pria berucap janji suci pernikahan
dalam bahasa jawa. Bersamaan dengan prosesi ini, dilantunkan kidungan
Rerepan Sekar Pangkur Gedhong Kuning laras pelog pathet barang.
(3) Kedua mempelai memasuki dampar rinengga, diiringi gendhing.
c. Struktur Kegunaan Upacara Ngunduh Mantu
Pertama, untuk mengenalkan mempelai perempuan kepada keluarga besar
dari pihak pria. Selain itu, acara ini juga sebagai bentuk ‘pengumuman’
kepada tetangga bahwa mempelai pria tersebut sudah beristri. Kedua,
prosesi ngunduh mantu menyiratkan bahwa pria harus menjadi pelindung,
pengayom bagi istri dan anak-anaknya kelak.
d. Pesan Moral Upacara Ngunduh Mantu
28
Konon upacara ngunduh mantu dimaksudkan untuk memberikan pengalaman pada
pengantin putri agar dapat hidup di lingkungan keluarga pengntin pria. Acara ini
diselenggarakan sebagai ungkapan bahagia dan rasa syukur keluarga pengantin pria yang
telah berhasil mendapatkan menantu sesuai harapannya.
GAMBAR UPACARA NGUNDUH MANTU
29
BAB III
KESIMPULAN 1. Jawa adalah bagian dari kepulauan Nusantara yang kaya akan khas budayanya,
karena masing masing provinsi memiliki kebudayaan atau budaya, tradisi, dan
latar belakang yang berbeda salah satunya adalah upacara adatnya yang
bermacam – macam .
2. Upacara adat adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada
aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan.
3. Melalui upacara adat, kita dapat melacak tentang asal usul baik itu tempat,
tokoh, sesuatu benda, kejadian alam, dan lain-lain.
4. Macam – macam upacara adat di Jawa :a. Upacara Tedhak Siten
Tedhak siten adalah upacara adat yang diperuntukkan bagi bayi yang berusia 7 lapan (7 x 35 hari) atau 245 hari.
b. Labuh SemboyaLabuh Semboya yaitu melempar atau membuang sesaji yang mengapung dilaut atau disungai.
c. Bersih DesaBersih desa merupakan salah satu upacara adat jawa yang diselenggarakan setelah para petani panen padi untuk mengungkapkan rasa syukur.
d. Pitonan yaitu upacara selamatan atau memohon keselamatan dan pertolongan kepada Yang Maha Kuasa agar kelahiran anak dapat berjalan lancar.
e. NyadranYaitu Upacara kenduri di tempat keramat, masjid, langgar, rumah atau tempat lainnya, yang dilakukan oleh masyarakat Jawa pada bulan Sadran.
f. Petik LautPetik laut adalah sebuah upacara adat atau ritual sebagai rasa syukur kepada Tuhan, dan untuk memohon berkah rezeki dan keselamatan yang dilakukan oleh para nelayan.
g. Ngunduh MantuNgunduh Mantu adalah tradisi pernikahan adat Jawa yang diadakan oleh pihak keluarga mempelai pria.
30
DAFTAR PUSTAKA
http://catatansenibudaya.blogspot.com/2012/05/definisi-upacara-adat.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bersih_Desa
http://www.bpadjogja.info/file/2_bersih_desa_di_Jawa_timur.pdf
http://learningmacapat.wordpress.com/2011/04/13/pitonan-apa-ya/
http://www.aktual.co/warisanbudaya/123020larung-saji-ritual-tabur-sesajen-ke-laut-selatan
http://eggyherdianap.wordpress.com/2013/04/29/kearipan-budaya-lokal-upacara-adat-labuh-saji/
http://sejukk.blogspot.com/2013/02/upacara-labuhan.html
http://senibudaya12.blogspot.com/2012/11/tradisi-tedhak-siten-atau-turun-tanah.html
http://ruryarvianto.wordpress.com/2012/12/25/upacara-tedhak-siten-dalam-tradisi-jawa/
http://beingnubie.wordpress.com/2010/06/03/pitonan/
http://www.wartamadani.com/2013/02/nyadran-upacara-kenduri-masyarakat-jawa.html
http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/12/kebudayaan-nyadran-618632.html
http://www.candi.web.id/tradisi-larung-sesaji-petik-laut-muncar/
31