bab iv hasil penelitian dan...

24
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas mengenai hasil pelaksanaan penelitian, perbandingan hasil penelitian antar siklus, dan pembahasan hasil penelitian yang akan disajikan dalam penjabaran sebagai berikut ini. 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan ini akan dibahas deskripsi pelaksanaan tiap siklus mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil tindakan dan refleksi dengan penjabaran sebagai berikut: 4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan standar kompetensi memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun, dan kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dengan rincian sebagai berikut: 4.1.1.1 Perencanaan Tindakan Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), maka perlu dilakukan persiapan dalam melaksanakan tindakan. Peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas atau kolaboratornya untuk mengidentifikasi dan menemukan permasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah, kemudian peneliti menuliskan rencana perbaikan tersebut dalam bentuk rencana pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Tahap perencanaan tindakan dalam penelitian ini meliputi: 1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. RPP ini akan dijadikan sebagai panduan dalam mengajar dengan dicermati secara terperinci langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan dengan metode penemuan terbimbing. Hal ini dilakukan agar pembelajaran yang akan dilakukan dapat berlangsung dengan baik.

Upload: lamdang

Post on 11-Aug-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan dibahas mengenai hasil pelaksanaan penelitian,

perbandingan hasil penelitian antar siklus, dan pembahasan hasil penelitian yang

akan disajikan dalam penjabaran sebagai berikut ini.

4.1 Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan ini akan dibahas deskripsi pelaksanaan tiap

siklus mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil tindakan dan

refleksi dengan penjabaran sebagai berikut:

4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan standar

kompetensi memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun, dan

kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dengan rincian sebagai

berikut:

4.1.1.1 Perencanaan Tindakan

Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), maka perlu

dilakukan persiapan dalam melaksanakan tindakan. Peneliti melakukan diskusi

dengan guru kelas atau kolaboratornya untuk mengidentifikasi dan menemukan

permasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

rendah, kemudian peneliti menuliskan rencana perbaikan tersebut dalam bentuk

rencana pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Tahap

perencanaan tindakan dalam penelitian ini meliputi:

1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kompetensi

dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. RPP ini akan dijadikan sebagai

panduan dalam mengajar dengan dicermati secara terperinci langkah-langkah

kegiatan yang akan dilakukan dengan metode penemuan terbimbing. Hal ini

dilakukan agar pembelajaran yang akan dilakukan dapat berlangsung dengan

baik.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

38

2) Menyiapkan semua alat peraga, sumber belajar dan sarana lain yang akan

digunakan pada siklus I baik dalam pertemuan I, II, dan III. Setelah itu,

dilakukan pengecekan ulang terkait mengenai sarana dan prasarana agar tidak

menghambat jalannya pembelajaran.

3) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa yang akan dijadikan sebagai

bahan refleksi untuk mengukur jalannya pembelajaran baik terhadap guru

maupun siswa.

4) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa yang akan

digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan berdasarkan skenario

pembelajaran yang telah direncanakan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) siklus I. Pelaksanaan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali

pertemuan yaitu pada hari Selasa, Rabu, dan Kamis tanggal 26, 27, 28 Maret 2013

bertempat di SDN Langensari 03 Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten

Semarang.

a. Pertemuan 1

Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran pada kompetensi dasar

mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dengan indikator menyebutkan macam-

macam bangun datar dan menjelaskan pengertian dari masing-masing bangun

datar. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama ini terdiri dari tiga

tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran

sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Pada awal pembelajaran, guru sebagai pelaksana dalam mengajar mengawali

pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama

dengan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa dan mengabsen siswa.

Setelah itu, guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan memberikan

pertanyaan tentang materi pelajaran matematika sebelumnya dan materi yang akan

diajarkan. Berdasarkan jawaban dari siswa, guru menjelaskan tujuan dan manfaat

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

39

pembelajaran yang akan diajarkan dan menjelaskan metode pembelajaran yang

akan digunakan yaitu metode penemuan terbimbing.

2) Kegiatan Inti

Guru memberikan pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa terkait

materi bangun datar. Siswa bertanya jawab dengan guru menyebutkan macam-

macam bangun datar, kemudian guru membawa contoh bangun datar segitiga dan

perwakilan siswa maju ke depan kelas. Siswa yang maju mengamati bentuk

bangun datar segitiga tersebut dan menjelaskan kepada teman lainnya bagaimana

bentuk bangun datar segitiga itu. Kemudian siswa membentuk kelompok yang

beranggotakan 6-7 siswa dan setiap kelompok mendapatkan macam-macam

bangun datar serta lembar petunjuk dari guru. Secara berkelompok siswa

mengamati macam-macam bangun datar yang telah didapatkan dan berdiskusi

untuk menjawab pertanyaan di lembar petunjuk dari guru. Setiap kelompok

membuat laporan hasil diskusi pada lembar petunjuk dari guru, kemudian

perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Setelah

itu, siswa dengan bimbingan guru membahas hasil diskusi secara bersama-sama

dilanjutkan dengan tanya jawab antara guru dan siswa mengenai hal-hal yang

belum dimengerti oleh siswa.

3) Kegiatan Penutup

Siswa bersama guru membuat kesimpulan dan rangkuman dari kegiatan

pembelajaran, kemudian guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

telah dilaksanakan.

b. Pertemuan 2

Pertemuan kedua dilaksanakan pada kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-

sifat bangun datar dengan indikator menghitung besar sudut pada bangun datar

dan mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. Langkah-langkah pembelajaran

pada pertemuan kedua ini terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti,

dan kegiatan penutup dengan penjabaran sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Pada awal pembelajaran, guru sebagai pelaksana dalam mengajar mengawali

pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mengajak siswa untuk

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

40

berdoa bersama dengan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa dan

mengabsen siswa. Guru juga mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran dan

memberikan apersepsi kepada siswa dengan memberikan pertanyaan tentang

materi sebelumnya dilanjutkan dengan menjelaskan tujuan dan manfaat

pembelajaran yang akan diajarkan. Setelah itu, guru menjelaskan metode

pembelajaran yang akan digunakan yaitu metode penemuan terbimbing.

2) Kegiatan Inti

Guru memberikan pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa dalam

mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar, kemudian perwakilan siswa maju ke

depan kelas untuk mengamati bangun datar persegi yang dibawa guru dan

menyebutkan sifat-sifat bangun datar persegi tersebut serta menghitung besar

sudut persegi menggunakan busur derajat melalui bimbingan guru. Setelah itu,

siswa membentuk kelompok dan masing-masing kelompok mendapatkan macam-

macam bangun datar, busur derajat dan lembar petunjuk dari guru. Siswa secara

berkelompok mengamati macam-macam bangun datar, kemudian menyebutkan

sifat-sifatnya dan menghitung besar sudut menggunakan busur derajat

berdasarkan lembar petunjuk dari guru. Setiap kelompok membuat laporan hasil

diskusi pada lembar petunjuk guru, kemudian perwakilan kelompok maju untuk

mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah itu, siswa dengan bimbingan guru

membahas hasil diskusi secara bersama-sama dilanjutkan dengan tanya jawab

antara guru dan siswa mengenai hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan akhir dilakukan dengan membuat kesimpulan dan rangkuman dari

kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, kemudian guru mengadakan

refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.

c. Pertemuan 3

Dalam pertemuan ketiga ini akan dilakukan pengulangan materi yang sudah

dipelajari sebelumnya dilanjutkan dengan mengerjakan tes evaluasi. Langkah-

langkah pembelajaran pada pertemuan ketiga ini terdiri dari tiga tahap yaitu

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran sebagai

berikut:

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

41

1) Kegiatan Awal

Guru sebagai pelaksana dalam mengajar mengawali pembelajaran dengan

mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama dengan meminta

salah satu siswa untuk memimpin doa dan mengabsen siswa. Kemudian, guru

mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara guru dan siswa untuk

mengingat materi yang sudah dipelajari yaitu tentang macam-macam bangun

datar, pengertian dari masing-masing bangun datar, menghitung besar sudut pada

bangun datar dan mengidentifikasi sifat-sifat pada bangun datar. Setelah itu, siswa

bertanya jawab dengan guru tentang materi yang belum dimengerti, dilanjutkan

dengan siswa mengerjakan tes evaluasi siklus I yang telah disiapkan oleh guru

berdasarkan materi yang telah dipelajari.

3) Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa membahas soal evaluasi siklus I bersama-sama.

4.1.1.3 Hasil Tindakan

1) Hasil Observasi

a) Pengamatan terhadap guru

Pertemuan Pertama

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru pada pertemuan pertama,

guru telah melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah di

RPP yaitu dengan metode penemuan terbimbing. Akan tetapi, saat menjelaskan

tujuan dan manfaat pembelajaran, guru terlalu cepat dalam mengutarakannya. Alat

peraga guru yang dibawa untuk mengarahkan siswa dalam menjawab pertanyaan

kurang menarik sehingga siswa kurang memperhatikan dan kurang aktif dalam

menjawab pertanyaan. Guru belum membagi kelompok secara merata dan kurang

memperhatikan masing-masing anggota kelompok yang tidak ikut mengerjakan.

Guru juga masih kurang dalam pengkondisian kelas dan belum melibatkan

seluruh siswa dalam membuat kesimpulan pembelajaran. Melalui lembar

observasi guru pada pertemuan pertama ini, maka observer bersama dengan guru

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

42

dan peneliti dapat saling berdiskusi dalam membahas kekurangan dan

memperbaikinya untuk pertemuan selanjutnya.

Pertemuan kedua

Berdasarkan refleksi pembelajaran pada pertemuan pertama, pada

pertemuan kedua ini guru sudah terlihat memperbaiki kekurangan yang terdapat

pada pertemuan pertama. Berdasarkan hasil observasi pertemuan kedua, guru

sudah tidak terlalu cepat dalam menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran.

Guru juga sudah mengatur kesiapan siswa dan dapat mengkondisikan kelas. Guru

telah menggunakan alat peraga kongkret yang menarik sehingga siswa

memperhatikan pembelajaran dan sudah mulai aktif walaupun masih ada beberapa

siswa yang kurang memperhatikan dan kurang aktif. Guru sudah mengatur

pembagian kelompok dan sudah sedikit melibatkan siswa dalam membuat

kesimpulan. Kekurangan guru dalam pertemuan kedua ini, guru kurang

memperhatikan siswa-siswa dalam kelompok yang tidak ikut mengerjakan

sehingga mengganggu teman yang lain. Selain itu, saat diskusi kelompok suasana

kelas masih terlihat sangat gaduh.

Pertemuan ketiga

Dalam pertemuan ketiga, guru sudah mengulang materi sebelumnya

dengan cara tanya jawab kepada siswa dan siswa sangat antusias dalam

menjawab. Guru juga membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari

bersama siswa dengan baik. Akhir pembelajaran, guru memberikan tes evaluasi

kepada siswa kemudian membahas tes secara bersama-sama.

b) Pengamatan terhadap siswa

Pertemuan pertama

Pada pertemuan pertama, masih banyak siswa yang ramai dan tidak

memperhatikan guru. Guru terlalu cepat dalam menyampaikan tujuan dan manfaat

pembelajaran sehingga siswa terlihat masih bingung. Siswa juga kurang aktif dan

kurang antusias dalam menjawab pertanyaan dari guru. Dalam diskusi kelompok,

masih ada siswa yang hanya bergurau saja dan tidak memperhatikan penjelasan

dari guru. Kelompok yang didominasi siswa putra, kebanyakan hanya berbicara

sendiri-sendiri dan tidak melakukan diskusi kelompok dengan baik. Saat

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

43

mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain ramai dan tidak memperhatikan

hasil diskusi kelompok lain. Hanya beberapa siswa saja yang turut aktif membuat

kesimpulan bersama guru.

Pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua ini, siswa sudah siap dalam mengikuti

pembelajaran. Siswa juga sudah mulai aktif menjawab pertanyaan guru dan maju

ke depan karena alat peraga yang dibawa guru sudah cukup menarik. Pembagian

kelompok sudah merata dan masing-masing siswa dalam kelompok sudah

mendapat tugas sendiri-sendiri sehingga semuanya mengerjakan tugas. Walaupun

begitu, saat mempresentasikan hasil diskusi masih ada beberapa siswa yang

bergurau dan tidak memperhatikan. Dalam membuat kesimpulan, juga hanya

sebagian siswa saja yang turut aktif menjawab.

Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ketiga ini, siswa mengingat pembelajaran yang sudah

dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Sebagian besar siswa sudah aktif dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru untuk mengingat materi sebelumnya.

Siswa juga mengerjakan tes evaluasi dengan baik dan dalam membahas tes

evaluasi tersebut siswa terlihat sangat antusias dan sudah percaya diri dalam

menjawab pertanyaan.

2) Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar matematika pada siklus I diukur melalui tes evaluasi di

pertemuan ketiga. Tes evaluasi dilakukan setelah dilakukannya pembelajaran

pertemuan I hingga pertemuan II. Dari hasil tes evaluasi siklus I, hasil belajar

siswa meningkat walaupun masih terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah

KKM 65. Data hasil belajar matematika siswa pada siklus I sebelum dianalisa

sesuai dengan KKM = 65 disajikan pada tabel 15 berikut ini.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

44

Tabel 15

Destribusi Hasil Belajar Siswa Siklus 1

NILAI JUMLAH SISWA PERSENTASE

40-47 2 5%

48-55 6 13%

56-63 5 11%

64-71 16 35%

72-79 7 16%

80-87 6 13%

88-95 5 7%

JUMLAH 45 100%

NILAI TERTINGGI 90

NILAI TERENDAH 40

RATA-RATA 68,44

Berdasarkan tabel 15, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan hasil

belajar siswa dari pra siklus ke siklus I. Hal itu terlihat dari ketuntasan hasil

belajar matematika dengan KKM 65 tercatat 32 siswa atau 71% dinyatakan

tuntas dan 13 siswa atau 29% siswa belum tuntas. Selain itu, pada siklus I ini

perolehan nilai tertinggi yang dicapai siswa telah meningkat menjadi 90,

sedangkan nilai terendah yaitu 40 dengan nilai rata-rata 68,44. Berdasarkan

tabel 15, dapat dilihat lebih jelas dalam gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

40-47 48-55 56-63 64-71 72-79 80-87 88-95

Jumlah siswa

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

45

Dari perhitungan di atas, maka dapat diketahui jumlah siswa yang nilainya

masih di bawah KKM 65 atau belum tuntas yaitu 13 siswa atau 29%, sedangkan

32 siswa atau 71% sudah tuntas. Berikut ini disajikan tabel ketuntasan hasil

belajar pada siklus 1.

Tabel 16

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

No. Nilai Jumlah

siswa

Persentase

(%) Ketuntasan

1 ≥ 65 32 71% Tuntas

2 < 65 13 29% Belum Tuntas

Ketuntasan pada siklus I mencapai 71 %. Dengan demikian, dapat dilihat

dari kondisi sebelum diberikan tindakan dengan kondisi pada siklus I kenaikan

persentase mencapai 33 %. Pada kondisi pra siklus, terdapat 28 siswa yang belum

tuntas dan setelah diberikan tindakan melalui siklus I terjadi kenaikan dengan

jumlah siswa yang tidak tuntas hanya 13 siswa, sedangkan 32 siswa lainnya sudah

tuntas mencapai KKM. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dapat

menunjukkan adanya kesesuaian metode penemuan terbimbing terhadap

karakteristik siswa. Walaupun begitu, persentase ketuntasan tersebut belum

memenuhi indikator kinerja ketuntasan belajar 100% dari seluruh siswa sehingga

perlu dilakukan tindakan siklus II.

4.1.1.4 Refleksi

Refleksi dilakukan sebagai kegiatan evaluasi dari pertemuan I, II, dan III

pada siklus I sehingga dapat dibahas kekurangan dan kendala apa saja yang masih

dihadapi. Hasil dari refleksi akan dijadikan acuan dalam perbaikan dan

perencanaan pada siklus II sehingga indikator kinerja hasil belajar matematika

yang ditentukan oleh peneliti dapat tercapai. Secara keseluruhan pembelajaran

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

46

dengan metode penemuan terbimbing mengalami beberapa kendala pada siklus I,

yaitu sebagai berikut:

1) Siswa kurang terbiasa dengan penerapan metode penemuan terbimbing karena

guru belum pernah menerapkan metode tersebut sebelumnya.

2) Guru terlalu cepat dalam menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran.

3) Beberapa siswa masih takut dalam menyampaikan pendapat, mengajukan

pertanyaan dan merespon pertanyaan dari guru.

4) Guru belum membagi kelompok secara merata sehingga kelompok yang

didominasi siswa putra cenderung bermain-main sendiri dalam kelompok.

5) Sulitnya dalam pengkondisian kelas karena banyak siswa yang susah diatur

dan tidak memperhatikan penjelasan guru.

6) Guru belum melibatkan siswa secara aktif dalam membuat kesimpulan

pembelajaran.

Berdasarkan observasi pada siklus I, maka dapat dilakukan perbaikan

pembelajaran pada siklus berikutnya dengan cara sebagai berikut :

1) Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran dengan

metode penemuan terbimbing.

2) Guru harus menyampaiakan tujuan pembelajaran secara jelas dan tidak perlu

tergesa-gesa sehingga siswa dapat mengetahui apa yang harus dipahami saat

pembelajaran berlangsung.

3) Memberikan motivasi pada siswa agar siswa dapat berperan aktif dalam

proses pembelajaran dan tidak takut bertanya kepada guru.

4) Pembagian kelompok harus merata anatara siswa perempuan dan laki-laki

serta perlu adanya pembagian tugas dalam kelompok sehingga tidak ada siswa

yang mendominasi dan bermain-main sendiri.

5) Memberikan pengertian pada siswa bahwa saat siswa lain sedang presentasi

harus diperhatikan dan dihargai.

6) Guru harus banyak melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan

pembelajaran.

7) Dari berbagai kekurangan yang ada pada siklus I maka, untuk itu perlu

dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

47

4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran siklus II merupakan perbaikan pembelajaran

siklus I. Dalam pembelajaran siklus II ini menggunakan standar kompetensi

memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dengan kompetensi

dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang yang akan dilaksanakan dalam tiga

kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:

4.1.2.1 Perencanaan Tindakan

Sebelum melaksanakan pembelajaran siklus II, maka perlu dipersiapkan

hal-hal yang akan digunakan dalam pembelajaran. Sama halnya dengan siklus I,

siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dimana dalam setiap pertemuan

dilakukan persiapan yaitu meninjau ulang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang telah dirancang sebelumnya. Dengan memperhatikan hasil refleksi

pada siklus I, maka perencanaan perbaikan yang telah dibuat dikaji ulang dan

didiskusikan sehingga pembelajaran pada siklus II dapat terlaksana dengan lebih

baik. Adapun persiapan pembelajaran siklus II yaitu sebagai berikut:

1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kompetensi

dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. RPP ini akan dijadikan

sebagai panduan dalam mengajar dengan dicermati secara terperinci langkah-

langkah kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan agar pembelajaran

yang akan dilakukan dapat berlangsung dengan baik.

2) Menyiapkan semua alat peraga, sumber belajar dan sarana lain yang akan

digunakan pada siklus II baik dalam pertemuan I, II, dan III. Setelah itu

dilakukan pengecekan ulang terkait mengenai sarana dan prasarana agar tidak

menghambat jalannya pembelajaran.

3) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa yang akan dijadikan sebagai

bahan refleksi untuk mengukur jalannya pembelajaran baik terhadap guru

maupun siswa.

4) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa yang akan

digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

48

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan

yaitu pada hari Selasa, Rabu, dan Kamis tanggal 2, 3, 4 April 2013 bertempat di

SDN Langensari 03 Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Setelah

perencanaan tersusun dengan baik, maka tindakan selanjutnya adalah

melaksanakan pembelajaran dengan rincian sebagai berikut:

a. Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran pada kompetensi dasar

mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang dengan indikator menyebutkan macam-

macam bangun ruang dan menjelaskan pengertian dari masing-masing bangun

ruang. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama ini terdiri dari tiga

tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran

sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Pada awal pembelajaran guru sebagai pelaksana dalam mengajar mengawali

pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama

dengan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa dan mengabsen siswa.

Setelah itu, guru mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran dan memberikan

apersepsi kepada siswa dengan memberikan pertanyaan tentang materi pelajaran

matematika sebelumnya dan materi yang akan diajarkan. Berdasarkan jawaban

dari siswa, guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan

diajarkan. Setelah itu, guru menjelaskan metode pembelajaran yang akan

digunakan yaitu metode penemuan terbimbing.

2) Kegiatan Inti

Guru memberikan pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa terkait

materi bangun ruang. Siswa bertanya jawab dengan guru menyebutkan macam-

macam bangun ruang, kemudian guru membawa contoh bangun ruang penghapus

papan tulis, kaleng susu dan kotak kubus. Perwakilan siswa maju ke depan kelas

mengamati benda-benda tersebut kemudian menjelaskan kepada teman lainnya

bagaimana bentuk benda-benda berbentuk bangun ruang tersebut. Setelah itu,

siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 6-7 siswa dan setiap kelompok

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

49

mendapatkan macam-macam bangun ruang serta lembar petunjuk dari guru.

Secara berkelompok siswa mengamati macam-macam bangun ruang yang telah

didapatkan dan berdiskusi untuk menjelaskan pengertian dari masing-masing

bangun ruang berdasarkan lembar petunjuk dari guru. Setiap kelompok membuat

laporan hasil diskusi pada lembar petunjuk dari guru, kemudian perwakilan

kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Setelah itu, siswa

dengan bimbingan guru membahas hasil diskusi secara bersama-sama dilanjutkan

dengan tanya jawab antara guru dan siswa mengenai hal-hal yang belum

dimengerti oleh siswa.

3) Kegiatan Penutup

Siswa bersama guru membuat kesimpulan dan rangkuman dari kegiatan

pembelajaran, kemudian guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang

telah dilaksanakan.

b. Pertemuan 2

Pertemuan kedua dilaksanakan dengan kompetensi dasar mengidentifikasi

sifat-sifat bangun ruang dan indikatornya yaitu menyebutkan pengertian sisi,

rusuk, dan titik sudut pada bangun ruang serta mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua ini terdiri dari tiga

tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran

sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Pada awal pembelajaran guru sebagai pelaksana dalam mengajar mengawali

pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama

dan mengabsen siswa. Guru juga mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran

dan memberikan apersepsi kepada siswa dengan memberikan pertanyaan tentang

materi sebelumnya, dilanjutkan dengan menjelaskan tujuan dan manfaat

pembelajaran yang akan diajarkan. Setelah itu, guru menjelaskan metode

pembelajaran yang akan digunakan yaitu metode penemuan terbimbing.

2) Kegiatan Inti

Guru memberikan pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa dalam

mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Guru membawa kotak kubus kemudian

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

50

siswa bertanya jawab dengan guru untuk membedakan sisi, rusuk dan titik sudut

pada kotak kubus tersebut. Perwakilan siswa maju ke depan kelas untuk

mengamati kotak kubus tersebut dan menjelaskan pengertian sisi, rusuk dan titik

sudut pada kotak kubus tersebut. Setelah itu, siswa membentuk kelompok yang

beranggotakan 6-7 siswa dan masing-masing kelompok mendapatkan macam-

macam bangun ruang dan lembar petunjuk dari guru. Siswa secara berkelompok

mengamati macam-macam bangun ruang dan mengidentifikasi sifat-sifat bangun

datar berdasarkan lembar petunjuk dari guru. Setiap kelompok membuat laporan

hasil diskusi pada lembar petunjuk guru, kemudian perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah itu, siswa dengan bimbingan guru

membahas hasil diskusi secara bersama-sama dan bertanya jawab mengenai hal-

hal yang belum dimengerti oleh siswa.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan akhir dilakukan dengan membuat kesimpulan dan rangkuman dari

kegiata, kemudian guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

c. Pertemuan 3

Dalam pertemuan ketiga ini akan dilakukan pengulangan materi yang sudah

dipelajari sebelumnya dilanjutkan dengan mengerjakan tes evaluasi. Langkah-

langkah pembelajaran pada pertemuan ketiga ini terdiri dari tiga tahap yaitu

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan penjabaran sebagai

berikut:

1) Kegiatan Awal

Guru sebagai pelaksana dalam mengajar mengawali pembelajaran dengan

mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama dengan meminta

salah satu siswa untuk memimpin doa dan mengabsen siswa. Kemudian, guru

mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara guru dan siswa untuk

mengingat materi yang sudah dipelajari yaitu tentang macam-macam bangun

ruang, pengertian dari masing-masing bangun ruang, menyebutkan pengertian sisi,

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

51

rusuk dan titik sudut pada bangun ruang, dan mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang. Setelah itu, siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi yang belum

dimengerti dilanjutkan dengan mengerjakan tes evaluasi siklus II yang telah

disiapkan oleh guru berdasarkan materi yang telah dipelajari.

3) Kegiatan Penutup

Guru bersama siswa membahas soal evaluasi siklus II bersama-sama.

4.1.2.3 Hasil Tindakan

1) Hasil Observasi

a) Pengamatan terhadap guru

Pertemuan Pertama

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru pada pertemuan pertama,

masih terlihat beberapa kekurangan yang harus diperhatikan yaitu mengenai

pemilihan kata dalam memberikan pertanyaan pengarah kepada siswa. Guru

kurang tepat dalam pemilihan kata untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan

pengarah kepada siswa. Guru harus cermat dalam pemilihan kata yang digunakan

dalam memberikan pertanyaan pengarah agar siswa memahami maksud dari

pertanyaan guru tersebut. Selain itu, guru masih kurang dalam penguasaan kelas

karena masih terdapat beberapa siswa yang bergurau di kelas. Melalui hasil

lembar observasi guru pada pertemuan pertama ini, maka observer bersama

dengan guru dapat saling berdiskusi dalam membahas kekurangan dan

memperbaikinya untuk pertemuan selanjutnya.

Pertemuan kedua

Berdasarkan refleksi pembelajaran pada pertemuan pertama, pada

pertemuan kedua ini guru sudah terlihat memperbaiki kekurangan yang terdapat

pada pertemuan pertama. Berdasarkan hasil lembar observasi guru pertemuan

kedua, guru sudah memberikan pertanyaan menggunakan pemilihan kata yang

tepat dan mudah dipahami sehingga siswa dapat memahami maksud dari

pertanyaan guru. Guru juga sudah dapat menguasai kelas dengan bertindak lebih

tegas kepada siswa yang susah diatur.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

52

Pertemuan ketiga

Dalam pertemuan ketiga, guru sudah mengulang materi sebelumnya

dengan cara tanya jawab kepada siswa. Siswa terlihat sangat antusias dan aktif

menjawab pertanyaan. Siswa mengerjakan tes evaluasi dengan baik.

Pada pembelajaran siklus II ini, proses pembelajaran dapat berjalan

dengan lancar karena guru telah dapat menguasai kelas dan dapat menyesuaikan

pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing sehingga siswa dapat

berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung .

b) Pengamatan terhadap siswa

Pertemuan pertama

Pada pertemuan pertama, masih terlihat beberapa siswa yang ramai dan

tidak memperhatikan guru. Siswa juga masih kurang aktif dan kurang antusias

dalam menjawab pertanyaan dari guru. Akan tetapi, saat diskusi kelompok siswa

sudah dapat bekerjasama dengan baik dan mulai tertib mengerjakan tugasnya

masing-masing dalam kelompok.

Pertemuan kedua

Keadaan siswa pada pertemuan kedua ini jauh lebih baik lagi. Proses KBM

berjalan lebih efektif. Siswa sudah mulai aktif dan antusias dalam menjawab

pertanyaan guru. Perhatian siswa sudah terfokus kepada gurunya dan sebagian

besar memeprhatikan penjelasan guru. Dalam diskusi kelompok, masing-masing

anggota dalam satu kelompok sudah bertanggung jawab menyeleseikan tugas

masing-masing dalam setiap kelompok. Kerja sama antar anggota dalam

kelompok jauh lebih maksimal. Antusias siswa dalam mengerjakan tugas yang

diberikan lebih meningkat. Hal ini tampak pada hasil nilai yang meningkat. Dari

20 soal yang diberikan pada tes evaluasi secara keseluruhan siswa mengalami

ketuntasan hasil belajar dengan KKM 65. Hal itu membuktikan bahwa siswa

sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ketiga ini, siswa mengingat pembelajaran yang sudah

dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Siswa sangat antusias dalam menjawab

pertanyaan guru terbukti dengan banyaknya siswa yang mengangkat tangan untuk

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

53

menjawab pertanyaan guru. Siswa juga mengerjakan tes evaluasi dengan baik dan

tertib.

2) Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar Matematika pada siswa kelas 5 SDN Langensari 03 diperoleh

melalui tes evaluasi yang diadakan pada pertemuan ketiga dalam siklus II. Pada

pelaksanaan siklus II, pembelajaran telah berjalan dengan baik sesuai dengan hasil

lembar observasi. Hasil tes evaluasi dari siklus II menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar siswa pada Kompetensi Dasar (KD) mengidentifikasi

sifat-sifat bangun ruang. Siswa telah dapat menyelesaikan tes evaluasi dengan

baik. Data hasil belajar matematika siswa pada siklus II sebelum dianalisa sesuai

dengan KKM = 65 disajikan pada tabel 17 berikut ini.

Tabel 17

Destribusi Hasil Belajar Siswa Siklus 1I

NILAI JUMLAH SISWA PERSENTASE

65-69 6 13%

70-74 9 20%

75-79 11 24%

80-84 7 15%

85-89 6 13%

90-94 2 6%

95-99 4 9%

JUMLAH 45 100%

NILAI TERTINGGI 95

NILAI TERENDAH 65

RATA-RATA 77,22

Berdasarkan tabel 17, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan hasil

belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Hal itu terlihat dari hasil tes evaluasi siklus

II ini, nilai tertinggi yang dicapai siswa telah meningkat menjadi 95, sedangkan

nilai terendah menjadi 65 dengan nilai rata-rata 77,22. Hal ini menunjukkan

bahwa pada siklus II ini keseluruhan siswa mengalami ketuntasan belajar.

Berdasarkan tabel 17, dapat dilihat lebih jelas dalam gambar 3 di bawah ini.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

54

Gambar 3 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II

Dari gambar 3, maka dapat diketahui ketuntasan hasil belajar siswa telah

mencapai indikator kinerja yaitu 100% siswa sudah tuntas dengan KKM = 65.

Nilai tertinggi yang dicapai siswa telah meningkat menjadi 95, sedangkan nilai

terendah menjadi 65 dengan nilai rata-rata 77,22. Berikut ini disajikan tabel

ketuntasan hasil belajar pada siklus II.

Tabel 18

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

No. Nilai Jumlah

siswa

Persentase

(%) Ketuntasan

1 ≥ 65 45 100% Tuntas

2 < 65 0 0% Belum Tuntas

Dari tabel 18, dapat diketahui bahwa keseluruhan siswa mengalami

ketuntasan belajar dengan nilai yang sangat baik. Hasil belajar siswa pada siklus II

ini telah tuntas 100% dan ini berarti indikator kinerja telah tercapai.

4.1.2.4 Refleksi

Dalam kegiatan pembelajaran siklus II ini sudah berjalan dengan lancar.

Guru sudah dapat menguasai kelas dengan baik dan siswa sudah aktif dalam

0

2

4

6

8

10

12

65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-99

Jumlah siswa

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

55

mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing pada mata

pelajaran matematika materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Selain itu,

hal-hal yang menjadi penghambat jalannya pembelajaran telah dapat diatasi

dengan baik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dengan ketuntasan belajar 100%

walaupun masih ada beberapa siswa yang nilainya sama dengan KKM 65.

4.2. Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan, dapat diketahui telah

terjadi peningkatan hasil belajar siswa melalui metode penemuan terbimbing pada

mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat

bangun datar dan mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas 5

SDN Langensari 03 pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. Data hasil belajar

siswa dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu

membandingkan hasil belajar siswa antar siklus. Pada bagian sebelumnya, telah

dipaparkan pelaksanaan penelitian untuk masing-masing siklus dan pada bagian

ini akan dipaparkan pelaksanaan penelitian semua siklus secara bersamaan

kemudian diperbandingkan sehingga akan diketahui perkembangan hasil belajar

siswa. Untuk memperjelas peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing,

maka dapat dilihat dalam tabel 19 berikut ini.

Tabel 19

Perolehan Nilai Tes Siswa Antar Siklus

No. Kategori Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Nilai terendah 35 40 65

2. Nilai tertinggi 85 90 95

3. Rata-rata 60,67 68,44 77,22

Dari data tabel 19, dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan nilai hasil

belajar pada mata pelajaran matematika dari pra siklus yaitu sebelum penggunaan

metode penemuan terbimbing dan setelah menggunakan metode penemuan

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

56

terbimbing yaitu pada siklus I dan siklus II. Dari hasil perolehan nilai pada tabel

19, dapat diketahui terjadi peningkatan perolehan nilai terendah siswa yaitu pada

pra siklus 35 menjadi 65 pada siklus II, sehingga terjadi kenaikan sebesar 20

point. Perolehan nilai tertinggi juga meningkat yaitu pada pra siklus sebesar 85,

pada siklus II menjadi 95 sehingga terjadi peningkatan 10 point. Sedangkan rata-

rata nilai siswa secara klasikal juga menunjukkan peningkatan yaitu dari 60,67

pada pra siklus menjadi 77,22 pada siklus II.

Berhasilnya pencapaian kompetensi siswa dilihat dari hasil belajarnya

apakah sudah tuntas atau belum dengan didasarkan pada Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang telah ditentukan setiap sekolah. Peningkatan hasil belajar

siswa dikatakan meningkat apabila 100% siswa telah berhasil mencapai KKM 65.

KKM di setiap sekolah berbeda-beda tergantung dengan karakteristik dan

kemampuan siswa. KKM digunakan sebagai acuan bagi seorang guru untuk

menilai pencapaian kompetensi siswa sesuai dengan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar pada suatu mata pelajaran. Maka dari itu, untuk mengetahui

keberhasilan tersebut maka dapat dilihat pada tabel 20 di bawah ini.

Tabel 20

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I ,

dan Siklus II

Ketuntasan

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

Tuntas 17 38% 32 71% 45 100%

BelumTuntas 28 62% 13 29% 0 0%

Dari tabel 20, terlihat adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran matematika dari pra siklus sampai dengan pembelajaran

siklus II. Pada pra siklus, 38% siswa tuntas dan 62% siswa belum tuntas. Pada

siklus I, 71% siswa tuntas dan 29 % belum tuntas. Sedangkan pada siklus II

semua siswa yaitu 45 siswa secara keseluruhan mengalami ketuntasan belajar

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

57

sebesar 100% sehingga indikator kinerja telah tercapai. Hal ini dapat digambarkan

pada gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4 Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra

Siklus, Siklus I , dan Siklus II

4.3. Pembahasan

4.3.1 Pembahasan Pra Siklus

Peneliti melakukan pengamatan atau observasi terlebih dahulu sebelum

melaksanakan penelitian siklus I. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara

peneliti dengan guru kelas, dalam pembelajaran matematika ternyata guru masih

menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa diberi materi secara

penuh. Aktivitas guru masih terlihat sangat dominan dibandingkan dengan

aktivitas siswa. Hal membuat siswa tidak aktif dan kurang memahami materi yang

diajarkan. Selain itu, pembelajaran matematika menjadi sangat membosankan

sehingga siswa kurang antusias dan tertarik memperhatikan pembelajaran.

Pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika yang dilakukan guru

tersebut sangat berdampak terhadap hasil belajar siswa. Hal itu terlihat dari hasil

pretest mata pelajaran matematika pada siswa kelas 5 SDN Langensari 03

Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran

2012/2013 yang masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Dari jumlah siswa sebanyak 45, hanya 17 siswa

62%

29%

0%

38%

71%

100%

0

20

40

60

80

100

120

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Belum Tuntas

Tuntas

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

58

atau 38% yang tuntas. Sedangkan yang tidak tuntas 28 siswa atau 62% dengan

nilai rata-rata 60,67. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam

pelajaran matematika masih rendah. Untuk itu, peneliti berupaya memperbaiki

hasil belajar melalui metode penemuan terbimbing.

4.3.2 Pembahasan Siklus I

Perolehan hasil belajar pada siklus I ini masih belum optimal. Beberapa

kekurangan dalam penelitian tindakan siklus I ini antara lain kurang terbiasanya

siswa dengan metode penemuan terbimbing karena jarang diterapkan dalam

pembelajaran sehingga siswa cenderung tidak memperhatikan dan masih kurang

aktif dalam pembelajaran. Siswa juga masih takut dalam menjawab pertanyaan

guru. Selain itu, dalam penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran guru

terlalu cepat sehingga siswa kurang mengerti apa yang harus dia pahami ketika

pembelajaran. Guru juga perlu membagi kelompok secara merata agar tidak ada

siswa yang bermain-main sendiri ketika diskusi kelompok. Pengkondisian kelas

masih kurang karena masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan

guru dan presentasi di kelas. Dalam membuat kesimpulan pembelajaran, guru dan

siswa harus turut berperan aktif. Guru dan siswa harus bekerjasama dengan lebih

baik lagi dalam pembelajaran di siklus II sehingga pembelajaran dengan metode

penemuan terbimbing dapat terlaksana secara efektif.

Berdasarkan hasil penelitian kegiatan pembelajaran di kelas 5 SDN

Langensari 03 Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, terlihat bahwa

ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakan pembelajaran dengan metode

penemuan terbimbing. Ketuntasan hasil belajar pra siklus mencapai 62%,

perolehan nilai rata-rata 60,67 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 35.

Pada siklus I, ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 70%, nilai rata-rata

77,22 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Walaupun hasil belajar pada

siklus I ini sudah meningkat, tetapi masih terdapat siswa yang belum tuntas

sebanyak 13 siswa dengan persentase 29% sehingga perlu dilakukan tindakan

siklus II untuk mencapai indikator kinerja 100% siswa tuntas belajar.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

59

4.3.3 Pembahasan Siklus II

Perbaikan hasil belajar siswa pada siklus I akan dilaksanakan pada siklus

II. Pada pertemuan pertama siklus II dari kegiatan refleksi, teridentifikasi bahwa

guru kurang cermat dalam pemilihan kata yang digunakan dalam memberikan

pertanyaan pengarah kepada siswa sehingga siswa kurang memahami maksud dari

pertanyaan guru tersebut. Selain itu, karena jumlah siswa yang cukup banyak,

penguasaan kelas masih kurang karena masih terdapat beberapa siswa yang

bergurau sendiri dan tidak memperhatikan pembelajaran. Meskipun demikian,

pada pertemuan kedua guru sudah dapat memperbaiki kekurangannya tersebut

dengan memberikan pertanyaan pengarah menggunakan kata-kata yang mudah

dipahami siswa sehingga siswa mulai antusias dan aktif dalam menjawab

pertanyaan guru. Guru juga sudah mulai tegas bertindak terhadap siswa yang

kurang memperhatikan dan mengganggu jalannya proses pembelajaran sehingga

siswa sudah tidak ada lagi yang bergurau di dalam kelas.

Hasil belajar meningkat di siklus II ini. Pada siklus I, ketuntasan hasil

belajar mencapai 71%, nilai rata-rata 68,44 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai

terendah 40. Sedangkan pada siklus II, ketuntasan belajar siswa meningkat karena

45 siswa atau 100% siswa tuntas belajar dengan nilai rata-rata 77,22, nilai

tertinggi 95 dan nilai terendah 65. Ketuntasan hasil belajar pada siklus II ini telah

mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu ketuntasan

belajar 100% .

4.3.4 Pembahasan Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Pada kondisi awal (pra siklus), sebelum diadakan penelitian tindakan kelas

di SDN Langensari 03 Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang,

perolehan nilai rata-rata 60,67 dan setelah diadakan tindakan penelitian pada

siklus I, nilai rata-rata menjadi 68,44 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah

40. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dengan

tingkat keberhasilan ketuntasan 71% dari jumlah siswa sebanyak 45 siswa. Akan

tetapi, masih terdapat 29% siswa yang belum tuntas sehingga perlu diadakan

pelaksanaan tindakan siklus II. Pada siklus II, ketuntasan belajar siswa meningkat

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/5/T1_292009018_BAB IV.pdfpermasalahan pembelajaran matematika yang menyebabkan hasil belajar siswa

60

menjadi 100% dan nilai rata-rata meningkat menjadi 77,22 dengan nilai tertinggi

95 dan nilai terendah 65. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan

bahwa dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

Penelitian Dwi Maryati (2011) yang berjudul “Upaya peningkatan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan pembelajaran penemuan

terbimbing pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Werdoyo Kecamatan Godong

Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2010/2011”. Dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pra siklus, terdapat 17 siswa atau 40%

siswa tuntas belajar. Pada siklus I terdapat 34 siswa atau 79% siswa tuntas dengan

rata-rata 75. Pada siklus II terdapat 43 siswa atau 100% siswa tuntas dengan nilai

rata-rata 86,25.

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa penerapan metode

penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa

kelas 5 SDN Langensari 03 Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang

semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 melalui lima tahap kegiatan yaitu: (1)

mengarahkan siswa pada masalah, (2) mengorganisasikan siswa dalam belajar, (3)

membimbing penyelidikan individual atau kelompok, (4) menyajikan atau

mempresentasikan hasil kegiatan, (5) mengevaluasi kegiatan.