bab iv hasil penelitian dan...

16
39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subyek Penelitian Kondisi awal merupakan keadaan anak sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas yang telah dilakukan dikelompok B I Ngudi Rahayu II Kopeng, menunjukkan bahwa perkembangan kreativitas anak dikelompok B I Ngudi Rahayu II masih rendah, belum sesuai dengan perkembangan kreativitas anak pada umumnya. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti sebagian besar minat anak ketika kegiatan pembelajaran berkarya masih kurang, tidak fokus sama guru dan lebih memilih bercerita dengan teman dan tidak luput dari mereka yang sering bermain sendiri. Hasilnya pekerjaan mereka tidak terselesaikan dengan sempurna. Pada observasi dalam kegiatan berkarya dengan barang-barang bekas, masih banyak ditemukan anak yang membuat bentuk karya sama persis dengan teman sebangkunya dan masih bergantung dengan contoh yang diberikan oleh guru. Dari 15 siswa di kelas, hanya 3 anak yang mempunyai kreatifitas baik dan 12 yang lain masih kurang. Di lihat dari masalah tersebut, dapat diidentifikasi permasalahan dikelompok B1 TK Ngudi Rahyu II Kopeng perkembangan kreativitas sebagian anak masih rendah. Adapun kondisi awal yang diperoleh melalui observasi Prasiklus dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel. 4.1 Kreativitas Anak Prasiklus Dikelompok TK Ngudi Rahayu II Kopeng No Kategori f Prosentase 1 Baik 3 20% 2 Cukup 4 27% 3 Kurang 8 53% Jumlah 15 100

Upload: doandien

Post on 14-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Awal Subyek Penelitian

Kondisi awal merupakan keadaan anak sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas yang telah dilakukan dikelompok

B I Ngudi Rahayu II Kopeng, menunjukkan bahwa perkembangan kreativitas anak dikelompok

B I Ngudi Rahayu II masih rendah, belum sesuai dengan perkembangan kreativitas anak pada

umumnya. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti sebagian besar minat anak ketika

kegiatan pembelajaran berkarya masih kurang, tidak fokus sama guru dan lebih memilih

bercerita dengan teman dan tidak luput dari mereka yang sering bermain sendiri. Hasilnya

pekerjaan mereka tidak terselesaikan dengan sempurna.

Pada observasi dalam kegiatan berkarya dengan barang-barang bekas, masih banyak

ditemukan anak yang membuat bentuk karya sama persis dengan teman sebangkunya dan masih

bergantung dengan contoh yang diberikan oleh guru. Dari 15 siswa di kelas, hanya 3 anak yang

mempunyai kreatifitas baik dan 12 yang lain masih kurang. Di lihat dari masalah tersebut, dapat

diidentifikasi permasalahan dikelompok B1 TK Ngudi Rahyu II Kopeng perkembangan

kreativitas sebagian anak masih rendah. Adapun kondisi awal yang diperoleh melalui observasi

Prasiklus dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. 4.1

Kreativitas Anak Prasiklus

Dikelompok TK Ngudi Rahayu II Kopeng

No Kategori f Prosentase

1 Baik 3 20%

2 Cukup 4 27%

3 Kurang 8 53%

Jumlah 15 100

40

Berdasarkan prosentase keberhasilan belajar prasiklus dapat dilihat dari grafik diatas.

Bahwa dalam perkembangan kreativitas anak kelompok di TK Ngudi Rahayu II Kopeng belum

berkembang dengan baik, hal ini dapat dilihat dari hasilnya sebesar 20% atau 3 anak mencapai

kategori baik, 27% atau 4 anak mencapai kategori cukup dan 53% atau 8 anak mencapai kategori

kurang dalam mengembangkan kreativitas. Dari masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi

permasalahan di Kelas B1 yaitu anak masih kurang dalam mengembangkan kreativitasnya.

Grafik 4.1 Kreativitas Anak Prasiklus

Dikelompok TK Ngudi Rahayu II Kopeng Pra Siklus

Data yang diperoleh ini akan dijadikan peneliti sebagai bahan pertimbangan membuat

perencanaan penelitian agar dapat meningkatkan kreativitas anak memanfaatkan bahan limbah

kelompok B 1 di TK Ngudi Rahayu II Kopeng melalui kegiatan berkarya dengan tema

“Rumahku” menggunakan pendekatan contextual teaching and learning.

Dari hasil analisis data hasil belajar pra siklus ini dijadikan sebagai sampel penelitian.

Penelitian dilaksanakan selama 2 siklus dan setiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan dengan

menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning.

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

baik cukup kurang

41

4.2 Pelaksanaan Penelitian Siklus I

4.2.1 Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH)

b. Menentukan materi dan tema kegiatan

c. Menyiapkan bahan berupa bahan limbah

d. Menyiapkan lembar observasi tentang kreativitas anak

e. Membuat lembar evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dalam

kegiatan pembelajaran

4.2.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi kegiatan pembelajaran sesuai

dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah dibuat ditahap perencanaan oleh

peneliti dengan dibantu guru kelas dan satu asisten. Tahap pelaksanaan pada Siklus I ini

terdiri dari 2 pertemuan. Adapun gambaran pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

4.2.3 Pelaksanaan Siklus I

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 02 November 2015. Sesuai dengan

RKH yang telah dibuat pada tahap perencanaan penelitian.

1) Kegiatan Awal

Pembelajaran dimulai dengan membaca doadan mengabsen anak,

menyanyikan lagu selamat datang, lihat kebunku, mengingatkan hari, tanggal,

dan tahun kepada anak, menyampaikan tema/sub tema yang akan dipelajari,

mengajak anak berkeliling lingkungan sekolah untuk mengamati rumah dan

sekolah.

2) Kegiatan Inti

Guru mengajak anak untuk tanya jawab mengenai tema hari ini. Guru

menjelaskan dan memberi contoh kegiatan berkreativitas yang akan

dilakukan,kemudian membagikan bahan-bahan limbah yang sudah diseleksi,

guru memberikan tugas kepada anak untuk membangun rumah seperti yang

42

anak-anak imajinasikan, dan guru memberikan bimbingan pada anak yang

merasa kesulitan.

3) Kegiatan Akhir

Guru menanyakan kepada anak pengalaman main yang telah dilakukan selama

belajar dan bermain bersama di sekolah. Guru menanyakan perasaan anak

selama bermain bersama. Doa pulang.

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 09 November 2015. Sesuai dengan RKH

yang telah dibuat pada tahap perencanaan penelitian, Adapun kegiatan pembelajaran

sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Pembelajaran dimulai dengan membaca doa dan mengabsen anak,

menyanyikan lagu selamat datang, di sekolah, mengingatkan hari, tanggal, dan

tahun kepada anak, menyampaikan tema/sub tema yang akan dipelajari.

2) Kegiatan Inti

Guru mengajak anak untuk tanya jawab mengenai hewan yang hidup di

sekitar rumah. Guru menjelaskan dan memberi contoh kegiatan berkarya yang

akan dilakukan. Guru membagikan bahan limbah yang telah diseleksi

diantaranya adalah cangkang telur, kapuk/kapas, kertas bekas dan lem.Guru

memberikan tugas kepada anak untuk membuat hasil karya dengan bahan yang

tersedia, guru memberikan bimbingan pada anak yang mempunyai kesulitan.

3) Kegiatan Akhir

Guru menanyakan kepada anak pengalaman main yang telah dilakukan selama

belajar dan bermain bersama di sekolah. Guru menanyakan perasaan anak

salama bermain bersama. Doa pulang.

43

Tabel 4.2 Perbandingan Ketuntasan Kreativitas anak menciptakan hasil karya kreatif Kelompok B I

di TK Ngudi Rahayu II Kopeng Siklus I

Berdasarkan tabel di atas pada siklus I pertemuan I diperoleh data 3 anak (20%) yang

masuk kategori baik, 4 anak (27%) yang masuk kategori cukup, 8 anak (53%) yang masuk

kategori kurang. Pada siklus I pertemuan kedua diperoleh 6 anak (40%) yang masuk kategori

baik, 5 anak (33%) yang masuk kategori cukup, 4 anak (27%) yang masuk kategori kurang.

Dilihat dari data-data tersebut, maka dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan Siklus I menjadi

acuan untuk melaksanakan Siklus II. Hal-hal yang masih kurang dalam Siklus I akan diperbaiki

pada Siklus II.

Grafik 4.2

Perbandingan Ketuntasan Kreativitas anak menciptakan hasil karya kreatif Kelompok B 1 di TK

Ngudi Rahayu II Kopeng Siklus I

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Pertemuan 1 Pertemuan 2

baik

cukup

kurang

Kategori

Siklus I

Pertemuan 1 Pertemuan 2

f (%) f (%)

Baik 3 20 6 40

Cukup 4 27 5 33

Kurang 8 53 4 27

Jumlah 15 100 15 100

44

Grafik di atas menggambarkan hasil kegiatan kreativitas anak memanfaatkan bahan

limbah melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning Siklus I. Warna biru

menunjukkan kategori baik dengan hasil porsentase 20% pada pertemuan 1 dan 40% pada

pertemuan 2. Sedangkan warna merah menujukan kategori cukup dengan hasil persentase 27%

pada pertemuan 1 dan 33% pada pertemuan 2. Selanjutnya pada warna hijau menunjukkan

kategori kurang dengan hasil prosentase 53% pada pertemuan 1 dan 27% pada pertemuan 2.

4.2.4 Refleksi

Dalam pelaksanaan siklus I peneliti mengalami beberapa kendala atau hambatan yang

sekiranya perlu dilakukan tindakan dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran tersebut.

Adapun hambatan atau kendala yang dialami peneliti diantaranya adalah :

1) Hasil belajar anak pada kegiatan pembelajaran belum mencapai indikator

yangditetapkan.

2) Guru kurang memotivasi anak serta menggali pengetahuan siswa tentang membuat

karya sesuai tema.

3) Penggunaaan media alat peragadalam siklus I kurang dimanfaatkan seefektif mungkin

oleh guru.

4) Guru jarang melakukan bimbingan kepada siswa untuk memecahkan masalah.

5) Pada sebelum dan saat memulai pelajaran guru belum begitu memahami dan menguasai

langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan contextual teaching

and learning.

6) Siswa belum terlibat aktif dalam kegiatan menggambar pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

7) Pada saat pembelajaran berlangsung guru kurang melibatkan siswa sehingga pada saat

pembelajaran guru yang banyak bicara dan siswa terkesan pasif.

45

Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada anak pada akhir siklus I, diketahui bahwa

nilai rata-rata yang diperoleh anak sudah menunjukan adanya peningkatan bila dibandingkan

dengan data awal pra siklus sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Walaupun demikian

peneliti dan guru kelas sepakat untuk melakukan tindakan siklus berikutnya (siklus 2) untuk

meyakinkan dan menguatkan hasil yang diperoleh pada siklus I, seperti yang telah dilaksanakan

sebelumnya.

4.3 Tahap Rencana Perbaikan

Berdasarkan uraian di atas peneliti dan guru kelas yang bersangkutan menyimpulkan

bahwa proses kegiatan pembelajaran berkreatifitas dengan menggunakan pendekatan contextual

teaching and learningyang dilaksanakan pada siklus I masih belum optimal, walaupun hasil

belajar kreatifitas menggambar anak dikelompok B 1 TK Ngudi Rahayu II Kopeng setelah

dilaksanakan siklus I mengalami peningkatan dari hasil belajar kreatifitas anak sebelum

dilakukan penelitian tindakan kelas (data awal). Tahap perbaikan perencanaan digunakan penulis

dan guru setelah melalui tahap refleksi, perbaikan yang dilakukan adalah merevisi kesalahan dan

kekurangan menjadi hambatan dalam siklus sebelumnya untuk dasar menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik disiklus selanjutnya.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perbaikan perencanaan ini mulai dengan menyusun

rencana pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran Siklus II

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun RKH yang disesuaikan dengan indikator dan tema/sub tema.

b. Menyiapkan alat dan bahan ajar yang sesuai dengan materi kegiatan proses belajar.

c. Mempersiapkan reward berupa pin berbentuk bintang untuk anak yang dapat

menyelesaikan tugasnya dengan lebih baik lagi.

d. Guru mampu mengatasi masalah-masalah yang muncul di setiap pertemuan.

4.3 Pelaksanaan Penelitian Siklus II

4.3.1 Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

46

a) Menyiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH)

b) Menentukan materi dan tema kegiatan

c) Menyiapkan bahan berupa bahan limbah terpilih

d) Menyiapkan lembar observasi tentang kreativitas anak

e) Membuat lembar pengamatan guru dalam kegiatan pembelajaran

4.3.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi kegiatan pembelajaran sesuai

dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah dibuat dalam tahap perencanaan

oleh peneliti dengan dibantu guru kelas dan satu asisten. Tahap pelaksanaan pada

Siklus II ini terdiri dari 2 pertemuan.

4.3.3 Pelaksanaan Siklus II

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 16 November 2015. Sesuai dengan

RKH yang telah dibuat pada tahap perencanaan penelitian, Adapun kegiatan

pembelajaran sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Pembelajaran dimulai dengan membaca doa dan mengabsen anak,

menyanyikan lagu selamat datang, dan bungaku, mengingatkan hari, tanggal,

dan tahun kepada anak, menyampaikan tema/sub tema yang akan dipelajari,

mengajak anak untuk berkeliling dikebun.

2) Kegiatan Inti

Guru mengajak anak untuk tanya jawab mengenai taman/kebun dan

memeberi umpan balik kepada siswa untuk mengingat apa yang pernah anak-

anak lihat disekitar rumah atau lingkungan tempat tinggalnya. Guru

menjelaskan dan memberi contoh kegiatan pembelajaran yaitu menyatukan

seluruh karya kreatif yang akan dilakukan kemudian membagikan bahan

berupa berupa kardus bekas, ampas kelapa, lem kertas dan pewarna. Guru

memberikan tugas kepada anak untuk menyatukan karya kreativitas anak pada

kardus yang telah dibagikan, memberi renovasi atau inovasi mengenai rumah

47

dan lingkungan rumah. Guru memberikan bimbingan pada anak yang

membutuhkan.

3) Kegiatan Akhir

Guru menanyakan kepada anak pengalaman main yang telah dilakukan selama

belajar dan bermain bersama di sekolah.Guru menanyakan perasaan anak

salama bermain bersama. Doa pulang.

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 23 November 2015. Sesuai dengan

RKH yang telah dibuat pada tahap perencanaan penelitian, Adapun kegiatan

pembelajaran sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Pembelajaran dimulai dengan membaca doa dan mengabsen anak,

menyanyikan lagu selamat datang, di sekolah, mengingatkan hari, tanggal,

dan tahun kepada anak, menyampaikan tema/sub tema yang akan dipelajari.

2) Kegiatan Inti

Guru mengajak anak untuk tanya jawab mengenai tanaman/tumbuhan

yang hidup disekitar rumah dan lingkungan tempat tinggalnya. Guru

menjelaskan dan memberi contoh kegiatan berkreativitas yang akan dilakukan

kemudian membagikan bahan berupa kertas yang sudah tidak terpakai, guru

memberikan tugas kepada anak untuk membuat pohon-pohonanmenggunakan

kertas yang telah dibagikan, guru memberikan bimbingan pada anak yang

membutuhkan.

3) Kegiatan Akhir

Guru melakukan evaluasi dengan tanya jawab tentang materi yang telah

dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan yang akan

dicapai oleh guru dalam penyampaian materi pada anak, guru menanyakan

kepada anak pengalaman main yang telah dilakukan selama belajar dan

48

bermain bersama di sekolah. Guru menanyakan perasaan anak salama bermain

bersamakemudian berdoa pulang.

Hasil observasi setelah proses pembelajaran siklus II pertemuan kedua

anak-anak sangat senang dan antusias mengikuti kegiatan pembelajaran

berkreativitas memanfaatkan bahan limbah menggunakan pendekatan

contextual teaching and learning,bahkan mereka ingin melakukannya lagi

dihari-hari selanjutnya. Sebagian besar anak-anak sudah bisa memecahkan

masalah tugas yang diberikan oleh guru dan hasilnya kreativitas anak

meningkat.

Tabel: 4.3

Perbandingan Ketuntasan Kreativitas anak menciptakan hasil karya kreatifkelompok B 1

di TK Ngudi Rahayu II Kopeng Siklus II

Kategori

Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan 2 f (%) f (%)

Baik 9 60 13 87 Cukup 4 27 2 13

Kurang 2 13 0 0 Jumlah 15 100 15 100

Berdasarkan tabel di atas pada siklus II pertemuan I diperoleh data 9 anak (60%) yang

masuk kategori baik, 4 anak (27%) yang masuk kategori cukup, 2 anak (13%) yang masuk

kategori kurang. Pada siklus II pertemuan 2 diperoleh data 13 anak (87%) yang masuk kategori

baik, 2anak (13%) yang masuk kategori cukup.

49

Gambar 4.3

Grafik perbandingan porsentase ketuntasan kreatifitas Anak menciptakan hasil karya kreatif

Siklus II

Grafik di atas menggambarkan hasil kegiatan kreativitas anak memanfaatkan bahan

limbah melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning Siklus II. Warna biru

menunjukkan kategori baik dengan hasil porsentase 60% pada pertemuan pertama dan 87% pada

pertemuan kedua. Sedangkan warna merah menunjukan kategori cukup dengan hasil porsentase

27% pada pertemuan pertama dan 13% pada pertemuan kedua. Selanjutnya pada warna hijau

menunjukkan kategori kurang dengan hasil porsentase 13% pada pertemuan pertama.

Hasil tes siklus II mengalami peningkatan kreatifitas anak daripada tahap siklus I.

Berdasarkan hasil observasi data awal, diketahui kreatifitas yang baik diperoleh siswa secara

keseluruhan sebesar 20% meningkat menjadi 40% pada siklus I dan meningkat lagi pada

pertemuan 1 siklus 2 menjadi 60% dan meningkat lagi menjadi 87% pada siklus 2. Peningkatan

yang terjadi dirasa sudah sangat signifikan dan kreatifitas yang diperoleh siswa secara

keseluruhan sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pertemuan I Pertemuan II

baik

cukup

kurang

50

4.4.4 Refleksi Siklus II

Pada akhir kegiatan siklus 2 diadakan refleksi proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Kegiatan refleksi bertujuan untuk mendapatkan kritik dan saran dari observer.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap tindakan yang

dilakukan guru dalam kegiatan berkreativitas dengan menggunakan pendekatan contextual

teaching and learning, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada sebelum dan saat memulai pembelajaran guru sudah memahami dan menguasai

langkah – langkah pendekatan contextual teaching and learning.

2. Penggunaan media pembelajaran dalam siklus 2 sudah dilakukan secara optimal oleh

guru.

3. Siswa sudah antusias untuk terlibat dalam penggunaan media pembelajaran pada saat

pembelajaran berlangsung.

Hasil refleksi tersebut adalah pembelajaran dalam menerapkan pendekatan contextual

teaching and learning pada siklus II pertemuan pertama sudah baik sekali, untuk pertemuan

berikutnya guru harus mengoptimalkan seluruh kegiatan yang direncanakan agar hasilnya lebih

baik lagi. Pada pertemuan pertama siklus 2 siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning sehingga pembelajaran dilakukan

dengan aktif dan anak tidak ramai sendiri. Setelah dilaksanakan proses pembelajaran pada siklus

II kreativitas siswa meningkat hal ini dapat dilihat dari hasil siklus I pertemuan I untuk kriteria

baik sebesar 20%, kriteria cukup sebesar 27% dan kriteria kurang sebesar 53%, hasil siklus I

pertemuan II untuk kriteria baik sebesar 40%, kriteria cukup sebesar 33% dan kriteria kurang

sebesar 27%. Pada hasil siklus II pertemuan I untuk kriteria baik sebesar 60%, kriteria cukup

sebesar 27% dan kriteria kurang sebesar 13%, hasil siklus II pertemuan II untuk kriteria baik

sebesar 87%, kriteria cukup sebesar 13% dan kriteria kurang sebesar 0%. Dengan capaian

sebesar 87% pada siklus II pertemuan ke II maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus

selanjutnya, karena hasil dari siklus II pertemuan ke II sudah mencapai indikator keberhasilan

yang ditentukan.

51

Pada pertemuan kedua yang dilakukan guru sudah dapat dikatakan berhasil, yang dapat

ditunjukan dari meningktanya kreatifias anak dalam berkreativitas yaitu 13 atau 87% mencapai

kategori baik dari 15 jumlah anak. Dapat disimpulkan pembelajaran yang dilakukan dalam

penerapan pendekatan contextual teaching and learning pada siklus 2 berhasil karena

memperoleh penilaian kreatifitas anak pada pertemuan pertama adalah 60% meningkat menjadi

87%. Dari uraian diatas peneliti dan guru dikelompok di kelompok B 1 TK Ngudi Rahayu II

Kopeng menyimpulkan hasil refleksi pada siklus 2, bahwa kreatifitas anak dalam berkreativitas

memanfaatkan bahan limbah dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning

pada siklus 2 sudah tercapai secara optimal. Penggunaan pendekatan contextual teaching and

learning dapat meningkatkan kreatifitas anak dalam berkreativitas.

Berdasarkan hasil dari refleksi siklus 2 ini, maka peneliti dan guru yang bersangkutan

membuat kesepatan untuk menghentikan tindakan pada siklus 2.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi, yang dilakukan sebelum tindakan (kondisi awal) diperoleh

kreatifitas anak rendah. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru

masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga anak jenuh untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar. Dampak dari

kondisi tersebut yaitu kreatifitas dalam berkreatifitas menciptakan karya anak rendah.

Berdasarkan perolehan kreatifitas anak dalam kegiatan berkreativitas dikelompok B1 TK

Ngudi Rahayu II Kopeng masih ada anak yang kreatifitasnya belum mencapai kategori baik.

Dari hasil observasi sebelum tindakan (kondisi awal) yang mencapai kategori baik sebanyak 3

siswa atau 20%, yang mencapai kategori cukup ada 4 atau 27% dan yang mencapai kategori

kurang 8 siswa atau 53%. Kondisi ini menyatakan bahwa kreatifitas anak belum mencapai

indikator kinerja yang sudah ditetapkan 80%.

Oleh karena itu diperlukan tindakan yang sesuai bagaimana meningkatkan hasil belajar

siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik. Siswa akan lebih tertarik

mengikuti pembelajaran dan pemahaman materi apabila siswa dapat melihat sesuatu yang nyata

52

dan dapat terlibat dalam pembelajaran dengan kondisi yang menyenangkan. Sehingga siswa

tidak merasa kesulitan dan bosan dalam mengikuti pembelajaran berkreativitas.

Gambar tabel 4.4

Hasil Perbandingan Siklus I Dan Siklus II

No Nilai Siklus I Siklus II f % F %

1 Baik (11-15) 6 40% 13 87% 2 Cukup (6-10) 5 33% 2 13% 3 Kurang (1-5) 4 27% 0 0%

Jumlah 15 100% 15 100%

Berdasarkan tabel 4.4 anak yang mencapai peningkatan kreativitas pada siklus I

Tindakan II Siswa yang berada pada kategori Baik 6 anak atau 40%, selanjutnya pada

siklus II Tindakan II kategori Baik meningkat menjadi 13 anak atau 87%.

Grafik 4.4

Perbandingan Ketuntasan Kreativitas anak menciptakan hasil karya kreatif kelompok B 1 di TK Ngudi Rahayu II Kopeng

Berdasarkan data yang diperoleh melalui siklus I, dan siklus II pada Gambar 4.4

membuktikan bahwa kegiatan berkreativitas memanfaatkan bahan limbah menggunakan

pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat membantu guru untuk meningkatkan

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Siklus I Siklus II

Baik

Cukup

Kurang

53

kemampuan kretativitas siswa. Hal ini dapat diketahui melalui peningkatan prosentase

keberhasilan dari hasil siklus I dan siklus II seperti yang sudah tertera pada gambar grafik 4.4.

4.4 Pembahasan Siklus I dan Siklus II

Dalam kegiatan pembelajaran siklus I guru menggunakan pendekatan Contextual

Teaching and Learning. Guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan pembelajaran

sebelumnya. Siswa mulai aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan

tunjuk jari. Dalam kegiatan pembelajaran guru menekankan pada pentingnya pemecahan

masalah, kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks, kegiatan belajar dipantau dan

diarahkan agar anak dapat belajarmandiri, mendorong anak untuk belajar dengan temannya

dalam kelompok atau secara mandiri, pelajaran menekankan pada konteks kehidupan anak yang

berbeda-beda dan menggunakan penilaian otentik.

Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilakukan terlihat adanya peningkatan

kreatifitas anak. Kreatifitas anak meningkat dengan adanya proses belajar yang bermakna serta

melibatkan kemampuan yang dimiliki anak. Pada siklus I guru menggunakan pendekatan

Contextual Teaching and Learning kreatifitas anak yang mencapai kategori baik sebanyak 3

siswa atau 20% yang mencapai kategori cukup ada 4 atau 27% dan yang mencapai kategori

kurang 8 siswa atau 53%. Serta indikator kinerja yang ditetapkan 80% yang tercapai hanya 20%.

Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan pada siklus 2. Pada siklus 2 guru menggunakan

pendekatan Contextual Teaching and Learning beserta perbaikkannya dan didapatkan hasil

kreatifitas anak lebih meningkat dan anak mencapai kategori yang telah ditetapkan. Jadi,

pendekatan Contextual Teaching and Learning adalah model pembelajaran yang tepat digunakan

karena dapat meningkatkan kreatifitas anak dalam memanfaatkan bahn limbah. Peningkatan

kemampuan guru dalam membimbing siswa menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

Learning sudah terlihat sangat baik, langkah-langkah pembelajaran terlaksana dengan baik dan

guru juga sudah menguasai metode dengan baik, hal tersebut dilihat dari lembar observasi yang

menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan kreativitas siswa.

Menurut Sanjaya (2009: 255) menjelaskan bahwa: “Pendekatan Contextual Teaching and

Learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara

54

penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi

kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan

mereka. Keunggulan pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat

menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan

nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang

ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan

berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam

erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep

kepada siswa karena pendekatan Contextual Teaching and Learning. menganut

aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan

pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa

diharapkan belajar melalui berkreativitas.

Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning adalah model

pembelajaran yang tepat digunakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu

seharusnya guru dapat menggunakan model pembelajaran ini terutama untuk meningkatkan hasil

belajar siswa. Selain itu, pendekatan Contextual Teaching and Learning, juga dapat diterapkan

pada mata pelajaran yang lain, tentu dengan harapan yang sama bahwa demi meningkatkan

kreatifitas anak pada mata pelajaran yang diajarkan.