tugas terstruktur ta
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
Teori akuntansi menurut Harry I Wolk, p. 6 : ” Accounting Theory is
developed and refined by the process of accounting research” , Teori akuntansi
merupakan hal yang dibangun dan dibakukan melalui proses riset akuntansi. Para
Profesor akuntansilah yang utamanya melakukan penelitian namun banyak
individu-individu dari pemegang kebijakan organisasi, perusahaan akuntan publik
dan industri privat yang juga turut memainkan peran dan turut andil dalam suatu
proses penelitan.
Teori normatif yang didefinisikan sebagai teori yang mengharuskan dan
menggunakan kebijakan nilai (value judgement) yang mengandung minimum
sebuah premis (Wolk & Tearney, 1997). Teori Normatif mencoba menetapkan
data apa yang harus dikomunikasikan dan bagaimana data itu harus disajikan.
Teori ini menjelaskan apa yang seharusnya dan bukan apa yang sebenarnya
disajikan. Proses ini atau teori ini biasa disebut dengan teori preskripstif.
Teori normatif berasal dari Pemikiran deduktif. Penalaran deduktif dalam
akuntansi dimulai dari proposisi akuntansi dasar sampai dengan dihasilkan prinsip
akuntansi yang rasional sebagai dasar untuk mengembangkan teknik-teknik
akuntansi (Anis dan Imam,2003). Sehingga penalaran deduktif dapat diartikan
sebagai penarikan dari tujuan (generalisasi) menjadi prinsip-prinsip yang spesifik
dan logis sebagai dasar penerapan yang konkrit/praktis. Dalam prinsip deduktif ,
perumusan tujuan merupakan langkah yang paling penting karena tujuan yang

berbeda mungkin memerlukan struktur yang berbeda dan akan menghasilkan
prinsip yang berbeda pula
Argumen – argumen yang mendukung teori normatif yaitu asumsi/ logika
yang digunakan peneliti adalah hal hal yang dipercaya di masyarakat sehingga
asumsi atau logika tersebut dapat diterima. Asumsi asumsi atau logika yang ada di
masyarakat, lalu dipilih hal hal yang berguna untuk akuntansi, pemilihan ini
didasarkan pada fungsinya sehingga yang dipreskriptifkan adalah hal hal yang
sangat berguna atau baik. Teori normatif juga tidak dapat dihilangkan karena teori
ini berfungsi sebagai pelengkap dari teori posisitif, dimana teori positif hanya
menjelaskan dan memprediksi sehingga teori normatif menjadi pelengkap untuk
mewajibkan hal hal yang memang dianggap baik.
Selain ada yang mendukung teori normatif namun tidak sedikit yang
menolak teori normatif. Beberapa yang menolak teori normatif menganggap
bahwa teori normatif memiliki beberapa kekurangan diantaranya teori normatif
dibangun berdasarkan atas pendapat pribadi tentang apa yang seharusnya terjadi.
Selain itu, Teori normatif juga dianggap sebagai teori yang tidak memiliki studi
empiris sehingga kebenarannya dapat dipertanyakan karena tidak ada pembuktian
ilmiahnya.
Perbedaan –perbedaan pendapat ini membuat pembahasan mengenai teori
normatif semakin meningkat. Setiap peneliti harus mendapatkan kelebihan dan
kekurangan dari teori normatif itu sendiri. Beberapa yang mendapatkan
kekurangan dari teori normatif, membuat metode metode akuntansi yang dapat
meminimalisasi dampak dari kekurangan tersebut terhadap validitas akuntansi
atau laporan keuangan

Pembahasan teori normatif memiliki beberapa contoh, namun penulis
membatasi ruang lingkup pembahasan menjadi lebih spesifik. Penulis mengacu
pembahasan berdasarkan referensi utama sehingga pembahasan dalam makalah
ini yaitu teori normatif-akuntansi perubahan harga dan teori normatif-kerangka
konseptual.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Teori Normatif– Akuntansi Perubahan Harga
Biaya Historis adalah Suatu ukuran berharga yang digunakan akuntansi di
mana harga suatu asset pada atas sisanya didasarkan pada biaya yang asli atau
nominalnya ketika diperoleh oleh suatu perusahaan. Metoda Biaya historis
digunakan untuk asset dibawah prinsip akuntansi berlaku umum( GAAP).
Argumen argumen untuk mendukung konsep biaya historis terus
berkembang diantaranya yaitu biaya historis relevan dalam membuat keputusan
ekonomi, biaya historis berdasarkan pada transaksi yang sesungguhnya bukan
berdasarkan kemungkinan atau perkiraan, Selama sejarah dalam laporan keuangan
yang mmenggunakan biaya historis sangat berguna, Pengertian terbaik mengenai
konsep keuntungan adalah kelebihan dari harga jual dari biaya historis, akuntan
harus menjaga integritas datanya dari modifikasi internal, Seberapa bergunanya
laporan keuangan tergantung dari current cost atau exit price, Perubahan dalam
harga pasar dapat diungkapkan sebagai data tambahan dan terjadi ketidakcukupan
data dalam membenarkan penolakan akuntansi biaya historis
Kritik akuntansi biaya historis telah dikemukakan oleh beberapa ahli,
terutama dalam kaitannya dengan ketidakmampuan biaya historis untuk
memberikan informasi yang berguna ketika harga naik dan kondisi pasar yang
terus berubah. Misalnya, kritik dilontarkan oleh Sweeney, MacNeal, Canning and
Paton pada tahun 1920 dan 1930. Dari tahun 1950-an tingkat kritik terus

meningkat, kritik dikemukakan oleh akdemisi terkenal seperti Chambers, Sterling,
Edwards dan Bell.
Kritikan- kritikan juga terjadi terhadap akuntansi biaya historis. Akuntansi
biaya historis dianggap tidak memenuhi kebutuhan pengguna dan tidak
menjalankan peran dari akuntansi itu sendiri. Peran akuntansi adalah untuk
memenuhi kebutuhan pengguna. Kebutuhan pengguna menyerukan posisi saat ini
atau kedepan bukan bertahan pada masa yang lalu. Selain itu, biaya historis
menyajikan keuntungan lebih tinggi ketika harga naik dan yang sangat menjadi
kritikan bahwa akuntansi biaya historis tidak mempertimbangkan perubahan
tingkat harga spesifik, inflasi, dan fluktuasi nilai tukar valas sehingga nilai aktiva
yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah jika di
bandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang sekarang.
Banyak kritik yang timbul sehingga ada perbaikan atau metode metode
untuk mengurangi kekurangan yang ada dari akuntansi biaya historis. Beberapa
metode itu yaitu Current Purchasing Power Accounting (CPPA), Current cost
accounting (CCA), dan Continuously Contemporary Accounting (CoCoA).
Current Purchasing Power Accounting (CPPA)
CPPA Sering disebut juga daya beli akuntansi yang berlaku umum/
akuntansi tingkat harga umum/ akuntansi tingkat dolar konstan. Konsep ini
menilai uang menurut daya belinya pada barang dan jasa secara umum. Tujuan
konsep ini untuk mempertahankan nilai modal menurut harganya yang tetap,
dengan ukuran indeks harga. Nilai harta, hutang dan modal yang terpengaruh oleh
perubahan harga disesuaikan dengan faktor indeks harga, sehingga dapat
dinyatakan dengan nilai uang yang sama.

Konsep ini digunakan pada saat kenaikan harga, jika suatu entitas
mendistribusikan keuntungan yang disesuaikan berdasarkan harga perolehan
hasilnya bisa menjadi penurunan nilai riil dari suatu entitas. Dimana secara riil
entitas bisa mengambil risiko mendistribusikan sebagian dari modal. Saat
menerapkan konsep ini maka indeks harga dibutuhkan. Indeks harga adalah rata-
rata tertimbang dari harga saat barang dan jasa yang berhubungan dengan rata-rata
tertimbang harga dalam periode sebelumnya (periode dasar). Indeks harga yang
digunakan dalam konsep ini dapat indeks harga umum maupun indeks harga
khusus.
Penyeseuaian dalam CPPA dilakukan pada akhir periode akuntansi atau
yang biasanya dilakukan pada saat akhir tahun. Penyesuaian ini dapat dilakukan
ke semua akun akun biaya historis sebagai penyesuaian terhadap keadaan saat ini.
Akun kewajiban dianggap sebagai akun moneter, akun moneter yaitu akun yang
tidak berpengaruh nilainya terhadap kenaikan harga, sehingga tingkat
kepastiannya menjadi jelas.
Selain itu, pada saat inflasi, pemegang aktiva moneter akan
kehilangan secara riil pemegang keuntungan kewajiban moneter, mengingat
mereka harus mengalami penurunan daya beli pada akhir periode jika
dibandingkan dengan awal periode sedangkan pemegang aktiva non-moneter
tidak mengalami perubahan daya beli. Keuntungan atau kerugian daya beli yang
timbul dicatat dalam laba rugi periode berjalan.
Namun konsep Current Purchasing Power Accounting (CPPA) tidak
terlepas dari kekurangan. Beberapa kekurangan dari CCPA yaitu Perubahan
dalam harga barang dan jasa yang termasuk dalam indeks harga umum mungkin

tidak merefleksikan barang dan jasa di industri yang berbeda. Ini membuat tingkat
perbandingan antar industri menjadi berkurang dan prediksi atau penilaian yang
dilakukan menjadi tidak valid. Kekurangan berikutnya yaitu pengguna akan
mengira nilai yang disesuaikan adalah asset tertentu, padahal semua asset
menggunakan indeks yang sama sehingga hal ini akan membuat pengguna
menjadi bingung. Dengan semua kekurangan tersebut maka banyak yang
menganggap bahwa data yang disajikan CPPA tidak relevan terhadap
pengambilan keputusan.
Current cost accounting (CCA)
Konsep ini merupakan konsep yang didukung oleh Paton pada tahun 1922
dan Edwards & Bell pada tahun 1961. Konsep ini mengukur nilai barang dan jasa
dalam hal biaya saat ini. Konsep ini memiliki tujuan untuk menghitung
pendapatan yang telah disesuaikan dengan perubahan harga. Konsep ini juga
membedakan antara keuntungan dari perdagangan atau penjualan dan keuntungan
dari memegang suatu aset. Konsep ini berpendapat bahwa dalam memegang suatu
aset akan menimbulkan biaya yang harus dikeluarkan walaupun secara tidak
langsung sehingga perhitungan cost dari aset tersebut membutuhkan penyesuaian.
CCA membedakan antara laba dari gain atau loss akan membuat informasi
akuntansi tersebut menjadi lebih berguna. Hal ini membuat pengguna dapat
mengetahui laba yang sebenarnya dari operasional perusahaan sehingga dapat
menilai kinerja dari perusahaan itu sendiri. CCA juga dapat meminimalisasi
dampak dari perubahan harga pasar yang sewaktu waktu dapat berubah diluar
kendali manajemen.

Namun CCA tidak terlepas dari kekurangan. Konsep CCA dianggap
memiliki tingkat subjektifitas yang terlalu besar. Biaya penggantian asset
kemungkinan tidak sama untuk semua perusahaan sehingga kemungkinan biaya
penggantian aset tiap perusahaan berbeda dan ini akan mengurangi tingkat
komparabilitas dari laporan keuangan itu sendiri. Selain itu, Biaya penggantian
tidak merefleksikan nilai asset jika asset tersebut dijual sehingga terkadang
aktivitas yang dilakukan dalam menilai biaya pengganti aset menjadi aktivitas
yang tidak berguna atau sia sia.
Continuously Contemporary Accounting (CoCoA)
Teori ini diusulkan oleh peneliti yang berasal dari Australia yang bernama
Raymond Chambers, teori ini dikembangkan pada tahun 1955 dan 1965. Teori ini
menilai aset sesuai dengan harga penjualan bersih pada tanggal neraca. Teori ini
merupakan teori normatif akuntansi yang mengatur bahwa aset harus dinilai atas
dasar harga pelepasan dan bahwa laporan keuangan harus berfungsi untuk
menginformasikan tentang kemampuan organisasi untuk beradaptasi.
Continuously Contemporary Accounting (CoCoA) berasumsi bahwa
perusahaan ada untuk meningkatkan kekayaan pemiliknya. Teori ini sangat
mendukung dengan sistem perekonomian kapitalis dimana semua nya bertujuan
untuk meningkatkan kekayaan para investor atau pemilik perusahaan. Suatu
entitas dapat dikatakan sukses jika entitas tersebut dapat beradaptasi dengan
perubahan yang ada dan kemampuan untuk beradaptasi yang terbaik tercermin
dari nilai uang dari aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal neraca dimana
nilai moneter didasarkan pada harga jual sumber daya organisasi tersebut.

Metode ini membuat perhitungan depresiasi yang sewenang wenang atau
berdasarkan prediksi dapat dihilangkan sehingga nilai yang ada dalam laporan
keuangan dapat dikatakan valid atau terbebas dari bias. Namun terlepas dari
kelebihan nya, metode ini juga memiliki kekurangan. Relevansi penggunaan harga
jual yang digunakan ketika aset tidak ingin dijual menjadi hal yang patut
dipertanyakan. Selain itu, menggunakan perhitungan dengan harga jual juga
menjadi sangat bertolak belakang dengan prinsip keberlangsungan suatu usaha.
Dengan tidak adanya depresiasi, CoCoA dianggap sangat mengabaikan nilai
pakai, dimana suatu aset akan berkurang nilainya ketika telah digunakan.
Berdasarkan metode metode di atas yang dianggap cukup untuk mengurangi
kekurangan dari akuntansi biaya historis, namun metode metode tersebut telah
tidak digunakan saat ini. Metode tersebut telah tergantung dengan metode fair
value yang dianggap lebih menghasilkan nilai yang sebenarnya sehingga tingkat
validitas laporan keungan menjadi sangat baik.
II.2 Teori Normatif– Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu teori akuntansi yang terstruktur. Hal ini
disebabkan struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi
yang didasarkan pada proses penalaran logis (logical normative). Oleh karena itu,
berdasarkan penalaran ini, teori merupakan buah dari proses pemikiran kerangka
konseptual tertentu untuk menjelaskan apa yang harus di lakukan apabila ada
fakta atau fenomena baru.
FASB (Financial Accounting Standard Board) mendefinisikan kerangka
konseptual sebagai suatu format yang saling berkait sebagai berikut :

“….suatu format yang koheren tentang tujuan (objectives) dan konsep dasar yang saling berkaitan, yang di harapkan dapat menghasilkan standar-standar yang konsisten dan memberi pedoman tentang jenis, fungsi, serta keterbatasan akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan”. (FASB, 1978)
Kerangka konseptual merupakan landasan dalam proses penentuan standar
akuntansi. Tujuannya adalah untuk memberi pedoman bagi badan yang
berwenang dalam memecahkan masalah yang muncul selama proses penentuan
standar. Hal ini dilakukan dengan cara mempersempit permasalahan sehingga
dapat di tentukan apakah standar tertentu sesuai dengan kerangka konseptual.
Kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan konsep-konsep koheren
yang menetapkan sifat dan fungsi pelaporan keuangan. Kam (1990) menguraikan
manfaat-manfaat kerangka konseptual sebagai berikut:
1. Memberi pengarahan atau pedoman kepada badan yang bertanggungjawab
dalam penyusunan atau penetapan standar akuntansi.
2. Menjadi acuan dalam memecahkan masalah-maslah akuntansi yang
dijumpai dalam praktik yang perlakuannya belum diatur dalam standar
atau pedoman spesifik.
3. Menentukan batas-batas pertimbangan (bounds for judgment) dalam
penyusunan statemen keuangan.
4. Meningkatkan pemahaman pemakai statemen keuangan dan meningkatkan
keyakinan terhadap statemen keuangan.
5. Meningkatkan keterbandingan statemen keuangan antar perusahaan.
Perkembangan Pembukuan Pencatatan Secara Berpasangan
a) Pada awal sekitar abad ke – 16 terjadi beberapa perubahan didalam teknik-
teknik pembukuan. Perubahan yang patut dicatat adalah diperkenalkannya

jurnal-jurnal khusus untuk pencatatan berbagai jenis transaksi yang
berbeda.
b) Pada abad ke – 16 dan 17 terjadi evolusi pada praktik laporan keuangan
periodic. Kemudian, di abad ke - 17 terjadi evolusi pada personifikasi dari
seluruh akun dan transaksi sebagai suatu usaha untuk merasionalisasikan
aturan debit dan kredit yang digunakan pada akun-akun yang tidak pasti
hubungannya
c) Abad ke -17 mencatat terjadinya penggunaan akun-akun persediaan yang
terpisah untuk jenis barang yang berbeda.
d) Dimulai dengan East India Company diabad ke-17 dan selanjutnya diikuti
dengan perkembangan dari perusaahan seiring dengan revolusi industry,
akuntansi mendapatkan status yang lebih baik,ditunjukkan dengan adanya
kebutuhan akan akuntansi biaya dan kepercayaan yang diberikan kepada
konsep-konsep mengenai kelangsungan,periodisitas dan accrual.
e) Pada abad ke-18 metode-metode untuk pencatatan aktiva tetap mengalami
evolusi.
f) Abad ke-19 depresiasi untuk aktiva tetap hanya diperhitungkan pada
barang dagangan yang tidak terjual. Pertengahan abad ke-19 di Saliero
tepatnya pada tahun 1915 telah menggunakan metode –metode depresiasi
berikut ini : Metode garis lurus, metode saldo menurun, metode dana
pelunasan dan anuitas, dan metode unit biaya. Setelah tahun 1930 beban
depresiasi menjadi lebih umum digunakan.

g) Akuntansi biaya muncul pada abad ke 19 sebagai sebuah hasil dari
revolusi industry. Akuntansi biaya diawali oleh pabrik-pabrik tekstil pada
abad ke 15.
h) Pada akhir abad ke 19 terjadi perkembangan pada teknik-tknik akuntansi
untuk pembayaran dibayar dimuka dan accrual, sebagai cara untuk
memungkinkan dilakukannya perhitungan dari laba periodic.
i) Akhir abad ke 19 dan ke 20 terjadi perkembangan pada laporan dana.
j) Diabad ke - 20 terjadi perkembangan pada metode-metode akuntansi
untuk isu-isu komplek, mulai dari hitungan laba persaham, akuntansi
untuk perhitungan bisnis, akuntansi untuk inflasi, sewa jangka panjang dan
sampai kepada masalah penting dari akuntansi sebagai produk baru dari
rekayasa keuangan.
Tujuan untuk Kerangka Kerja Konseptual
IASB dan FASB mempertimbangkan kerangka tujuan utama pelaporan
keuangan adalah untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada
pengguna. Informasi tersebut akan dipilih salah satu dasar kegunaannya dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi.
Pada periode 1987 - 2000, FASB menerbitkan laporan konsep tujuh
mencakup topik-topik berikut:
1. Tujuan dari pelaporan keuangan oleh perusahaan bisnis dan
organisasi non-profit
2. Karakteristik kualitatif informasi akuntansi akuntansi yang berguna
3. Unsur-unsur laporan keuangan

4. Kriteria untuk pengakuan dan pengukuran unsur-unsur
5. Penggunaan arus kas dan menyajikan informasi nilai dalam
pengukuran akuntansi.
IASB memiliki konsep laporan hanya satu yaitu kerangka atas penyusunan
dan penyajian laporan keuangan. Konsep laporan itu dikeluarkan oleh IASC,
organisasi pendahulu IASB pada tahun 1989 dan kemudian diadopsi oleh IASB
pada tahun 2001. Kerangka tersebut menggambarkan konsep-konsep dasar yang
berfungsi sebagai panduan dalam penyusunan laporan keuangan. IASB
menyatakan bahwa kerangka berfungsi dalam hal :
1. Menentukan tujuan laporan keuangan
2. Mengidentifikasi karakteristik kualitatif yang berguna dalam membuat
informasi dalam laporan keuangan
3. Mendefinisikan elemen dasar laporan keuangan dan konsep untuk
pengakuan serta pengukuran mereka dalam laporan keuangan.
Keuntungan dan Kerugian menggunakan Kerangka Konseptual
Keuntungan
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan kerangka
konseptual khususnya dalam hal keuntungan. Keuntungan dalam menggunakan
kerangka konseptual sendiri itu jelas akan berdampak pada pembuatan laporan
keuangan.
“…tujuan dibuatnya kerangka konseptual akan mempengaruhi pada kualitas informasi, pengukuran dan pengakuan aktiva” Deegan, C. & Unerman, J. (2006). Financial Accounting Theory.

Dalam hal tersebut sudah dapat dilihat bahwa dalam pembuatan kerangka
konseptual sendiri ada pula keuntungan, karena tujuan dalam pembuatan kerangka
konseptual agar pelaporan keuangan memiliki kualitas informasi yang baik, serta
ada standar yang dapat menilai baik dan kurangnya suatu laporan keuangan
tersebut. Kelebihannya sebagai berikut :
1. Adanya kerangka konseptual harus menghasilkan standar yang lebih
logis dan konsisten satu sama lain.
2. Menghindari adanya celah yang signifikan dan topik-topik tertentu
yang pernah ditangani. Misalnya, sebelum perkembangan IASB dan
kerangka konseptual FASB tidak ada definisi formal istilah-istilah
seperti 'aset', 'kewajiban' atau 'keadilan'.
3. Di mana ada konflik kepentingan antara kelompok pengguna yang
kebijakan untuk memilih, kebijakan yang berasal dari kerangka
konseptual akan kurang terbuka terhadap kritik bahwa standar-setter
mengaksesi tekanan eksternal.
4. Adanya kerangka prinsip berarti bahwa itu adalah jauh lebih sulit bagi
penyusun untuk menghindari sesuai dengan persyaratan pelaporan.
5. Standart Setter dapat menjadi lebih bertanggung jawab kepada
pengguna laporan keuangan, karena alasan di balik standar tertentu
harus jelas. Hal ini juga harus jelas bagi pengguna ketika pembuat
standar telah berangkat dari prinsip yang ditetapkan dalam kerangka.
6. Proses standar berkembang harus lebih mudah dan lebih murah karena
prinsip-prinsip dasar yang mendukung mereka telah diperdebatkan dan
ditetapkan.

7. Sebuah kerangka konseptual memberikan prinsip-prinsip yang dapat
diterapkan di mana tidak ada akuntansi standar atau panduan yang
relevan lainnya.
8. Adanya kerangka konseptual berkontribusi terhadap kredibilitas umum
pelaporan keuangan dan meningkatkan kepercayaan publik dalam
laporan keuangan.
Kekurangan
Kekurangan dalam kerangka konseptual ini dikemukakan oleh SATTA
(Statement on Accounting Theory and Theory Acceptance) “…melakukan review
terhadap teori akuntansi dan menemukan bahwa sejumlah teori menjelaskan
akuntansi dalam lingkup yang sempit” SATTA 1973,
SATTA mengungkapkan bahwa kerangka konseptual masih kurang dalam
penggunannya, kemudian kurangnya standar yang digunakan untuk mengawal
kerangka konseptual itu sendiri, mungkin itulah sedikit kekurangannya, dan
dijelaskan lebih pada :
1. Laporan keuangan dimaksudkan untuk berbagai pengguna dan tidak
yakin bahwa kerangka konseptual tunggal dapat dirancang akan sesuai
dengan semua pengguna.
2. Mengingat keragaman kebutuhan pengguna, mungkin ada kebutuhan
untuk berbagai standar akuntansi, masing-masing diproduksi untuk
tujuan yang berbeda (dan dengan konsep yang berbeda sebagai dasar).

3. Tidak jelas bahwa kerangka konseptual membuat tugas mempersiapkan
dan kemudian menerapkan standar lebih mudah daripada tanpa
kerangka.
4. Dalam prakteknya, kerangka kerja konseptual dapat menyebabkan
standar akuntansi yang sangat teoritis dan akademis. Mereka mungkin
meningkatkan kompleksitas informasi keuangan dan mengarah pada
solusi yang secara konseptual murni tetapi sulit untuk memahami dan
menerapkan bagi banyak penyusun dan pengguna.
5. kerangka kerja konseptual cenderung berfokus pada kegunaan
informasi keuangan dalam membuat 'menahan atau menjual' keputusan
tentang investasi. Namun, banyak pengguna laporan keuangan juga
tertarik pada informasi yang akan membantu mereka menilai
kepengurusan manajemen.
6. Selain itu, prinsip akuntansi yang fokus hanya pada fenomena ekonomi:
transaksi yang dapat dinyatakan dalam bentuk uang. Banyak yang
percaya bahwa aspek-aspek lain dari operasi entitas, seperti efeknya
pada lingkungan alam atau di masyarakat luas, harus setidaknya sama
pentingnya dalam menilai kinerja dan membuat keputusan investasi.
Kesimpulan
Kerangka konseptual kuntansi pada awalnya adalah suatu teori akuntansi
yang terstruktur. Hal ini disebabkan struktur kerangka konseptual sama dengan
struktur teori akuntansi yang didasarkan pada proses penalaran logis (logical

normative). Oleh karena itu, berdasarkan penalaran ini, teori merupakan buah
dari proses pemikiran kerangka konseptual tertentu untuk menjelaskan apa yang
harus di lakukan apabila ada fakta atau fenomena baru.
kemudian seiring berjalannya waktu dan semakin berkembangnya teknik
atau ilmu akuntansi kerangka konseptual yang seperti itu sudahlah tidak relevan
lagi sehingga kerangka konseptual kemudian bertransformasi atau memperbaharui
fungsinya menjadi lebih, kerangka konseptual akuntansipun bertransformasi
fungsinya yang awalnya hanyalah berdasarkan penalaran logis menjadi : (1) harus
dapat menentukan tujuan pelaporan keuangan, (2) Mengidentifikasi karakteristik
kualitatif yang berguna dalam membuat informasi dalam laporan keuangan, (3)
Mendefinisikan elemen dasar laporan keuangan dan konsep untuk pengakuan
serta pengukuran mereka dalam laporan keuangan.

Daftar Pustaka
Deegan, C. & Unerman, J. (2006). Financial Accounting Theory.-
European edition McGraw-Hill Education (UK) Limited
Harry I Wolk, p. 6 : ” Accounting Theory is developed and refined by the
process of accounting research”
PENDEKATAN DAN KRITIK TEORI AKUNTANSI POSITIF oleh
Indira Januarti
Seminar Akuntansi “Perkembangan Akuntansi” OLEH Bandi, Dr., M.Si.,
Ak
PERBANDINGAN BIAYA HISTORIS DAN NILAI WAJAR Yolinda
Yanti Sonbay, Program Studi Akuntansi Universitas Katholik Widya
Mandira
Studi Banding Penyusunan Laporan Keuangan dengan Metode
Historical Cost Accounting dan General Price Level Accounting pada
Masa Inflasi David Sukardi Kodrat Staf Pengajar Fakutas Ekonomi
Universitas Ciputra, Surabaya
AKUNTANSI INFLASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN
KEANDALAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Fatmasari
Sukesti Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang
Yadiati,Winwin.2007.Teori Akuntansi Suatu Pengantar.Jakarta:Kencana
Riahi,Ahmed.2006.Accounting Theory.Jakarta:Salemba Empat
Niswonger,Warren,Dkk.1999.Prinsip-Prinsip Akuntansi.Jakarta:Erlangga